Sastrawan Indonesia asal Indramayu, Nurochman Sudibyo alias Ki Tapa Kelana tampil membacakan beberapa karya sastranya di Bantaran Cimanuk. Karya sastra yang menggunakan bahasa Indramayu disebut juga gurit dermayon ini ia tampilkan bukan pertama kalinya di Bantaran Cimanuk. Pada awal tahun 2010 juga dirinya berhasil menggelar acara serupa yang disajikan secara meriah di Bantaran Kali Cimanuk ini. Namun di akhir tahun 2014 ini ia tampil diundang untuk mengisi salah satu deretan acara tasyarkur mengenang 242 Tahun Bandar Cimanuk yang digelar oleh Indramayu Historia Foundation yang di gagas oleh Nang Sadewo.
"Geger Pathok Bandar Cimanuk" merupakan salah satu judul gurit yang dibacakan, kemudian ada "Si Udel Bodhong". Dibantu oleh Ki Dalang Akhmadi yang memainkan salah satu wayang cepak miliknya sebagai gambaran tentang "Si Udel Bodhong".
Acara ini disaksikan oleh ribuan undangan, dan peserta dari berbagai lapisan masyarakat Indramayu diantaranya budayawan, seniman, pengusaha, pencinta sejarah, wartawan, mahasiswa, dan berbagai komunitas diantaranya komunitas sepeda onthel Indramayu, komunitas blogger Indramayu, dan komunitas fotografi Indramayu.
Selain membacakan beberapa guritan hasil karyanya sendiri Ki Tapa Kelana juga menjabarkan beberapa makna dari simbol-simbol yang disuguhkan dari acara tasyakur mengenang 242 Tahun Bandar Cimanuk ini. Dengan satu tujuan jangan sampai generasi muda Indramayu tidak memaknai nilai filosofi yang terkandung dalamnya. Dan juga memberikan pemahaman akan sejarah Indramayu serta menumbuhkan cinta akan sejarah Indramayu. (rof)
"Geger Pathok Bandar Cimanuk" merupakan salah satu judul gurit yang dibacakan, kemudian ada "Si Udel Bodhong". Dibantu oleh Ki Dalang Akhmadi yang memainkan salah satu wayang cepak miliknya sebagai gambaran tentang "Si Udel Bodhong".
Acara ini disaksikan oleh ribuan undangan, dan peserta dari berbagai lapisan masyarakat Indramayu diantaranya budayawan, seniman, pengusaha, pencinta sejarah, wartawan, mahasiswa, dan berbagai komunitas diantaranya komunitas sepeda onthel Indramayu, komunitas blogger Indramayu, dan komunitas fotografi Indramayu.
Selain membacakan beberapa guritan hasil karyanya sendiri Ki Tapa Kelana juga menjabarkan beberapa makna dari simbol-simbol yang disuguhkan dari acara tasyakur mengenang 242 Tahun Bandar Cimanuk ini. Dengan satu tujuan jangan sampai generasi muda Indramayu tidak memaknai nilai filosofi yang terkandung dalamnya. Dan juga memberikan pemahaman akan sejarah Indramayu serta menumbuhkan cinta akan sejarah Indramayu. (rof)
Komentar