Pentas TARLING MULTIMEDIA Durasi 1.5 jam Di Taman Ismail Marjuki Tgl 24-28 Nopember 2013 Produksi ke 102 Medium Sastra & Budaya Indonesia Lakon : “SEDULUR PAPAT LIMA PANCER” Sutradara Nurochman Sudibyo YS. Astrada: Ucha M Sarna Narator : Dyah Setyawati Penata musik: Bintoro Adi Nugraha (biola dan keyboard) Rasmadi (Gitar melodi) Wa Jenggot (Suling) Penata Artistik dan lampu: Rere Artistik, Penata lighting: Cak Kacung Penari: Ali Larinka, Putri Shinta Penata audio visual: Rusiano Oktoral Firmansyah, Imam Suboim Camerament: Igun Gunawan, Roomy Kembara Trimauldian Noor Driver: Mujhid
Sekilas tentang MS&B
Medium Sastra & Budaya Indonesia, demikian Lembaga seni budaya ini lahir di Indramayu Jawa Barat di tahun 1994. Sejak pertama didirikan intensitasnya melakukan kegiatan pelatihan penulisan/pembacaan karya sastra, pementasan teater dan penelitian seni budaya. Sejak mula lembaga ini menggunakan kata Indonesia sebagai bentuk keyakinan bahwa kelak apa pun yang digagas dapat menjadi suatu kekuatan baru dalam tatanan seni budaya bangsa, karena itulah lembaga ini dalam kiprahnya tak mau meniru selain harus terus berinovasi mencari bentuk-bentuk baru untuk Indonesia. Meski demikian kesekretariatannya tetap di Indramayu.
Salah satu ciri khas pentas pembacaan puisi Medium Sastra & Budaya Indonesia, selalu menggunakan gaya tutur teater rakyat ‘Drama Tarling’. Seni Klasik yang bermigrasi dari gamelan ke gitar dan suling ini hingga kini masih bertahan menjadi kesenian yang khas dari Indramayu dan Cirebon. Namun demikian MS&BI hanya mengambil esensi besar pada Tarling yaitu pada unsur musik dan tembang yang kemudian dipadukan dengan karya sastra baik berupa puisi jawa (gurit), suluk, tembang, kidung, jawokan serta guritan yang dipadukan dengan puisi berbahasa Indonesia. Gaya pembacaan yang khas ini dimotori oleh Nurochman Sudibyo YS. Sejak tahun 80-an setiap kali mengikuti lomba baca puisi selalu menjadi juara baik di daerah maupun di berbagai kota lainnya. Di mulai dengan membaca puisi dengan ilustrasi beriramakan suling khas Dermayu/Indramayu.
Gagasannya ini kemudian menempatkannya sebagai Pemuda Pelopor bidang pembangunan seni budaya dan pariwisata tingkat Provinsi Jawa barat dan nominator ke 2 di tingkat nasional tahun 1996-1997. Selanjutnya Nurochman Sudibyo YS pun dikenal dengan sebutan sastrawan yang menghasilkan karya puisi, cerpen, esai dan catatan budaya. Ia dikenal pula sebagai Pembaca Puisi Kiseran, karena setiap membacakan puisi selalu dihiasi dengan suluk, tembang dan jawokan gaya irama tarling kiseran. Karena sering di undang ke berbagai kota dan daerah, Sejak itu ia pun diberi gelar Ki Tapa Kelana. Posisinya selain pembaca puisi di berbagai even juga diminati masyarakat Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal sampai Bekasi, utamaya di minta memberi kidungan Dermayonan ditambah dengan pembacaan puisi. Lagi lagi irama pengiringnyapun live gamelan, suling atau rekaman yang ada di memori HP, CD dan Mp3. Kiseran sendiri maknanya adalah ungkapan cerita dalam bentuk tembang bernuansa sastra yang mengemukakan perasaan suka maupun duka secara bebas dengan laras tarling irama kiser.
Sejak tahun 2000 setiap datang hari ulang tahun Nurochman Sudibyo, MS&BI melakukan Pentas Malam Pembacaan Puisi Multimedia di kota Indramayu yang saat itu biasa disebut pembacaan puisi kiseran. Meski tanggal kegiatannya 24 Januari dan bertepatan dengan musim penghujan, namun acaranya selalu sukses walau digelar di luar gedung, bahkan beberapa kali dilakukan di tengah sungai Cimanuk dan sekitarnya. Diantara pentasnya antara lain; “Perompak Indrajaya 2001, Aja Mbluya-2002, Perang Potret-2003, Waduk Bojong-2004, Mak Njaluk Mangan-2005, Gurit ‘44-2006, Blarak Sengkle -2007, Godong Garing Keterjang Angin-2008, Bahtera Nuh -2009, dan Pring Petuk Ngundang Sriti-2010”, semua di gelar di Kota Indramayu di bantaran Kali Cimanuk. Selain pentas di agenda tahunan di tahun 2006 MS&BI diundang untuk pentas “Negeri Cantik” di pembukaan Pameran seni lukis SP Hidayat di Musium Nasional Jakarta, dan di tahun 2008 Pentas “Negeri Para Pejuang” di pembukaan Pameran Tunggal seni lukis Karya Dirot Kadirah di gedung utama Galeri Nasional. Mulai tahun 2010 hingga tahun 2013 banyak diundang pentas pembacaan Tarling Multimedia, diantaranya di Bojonegoro dengan Lakon Pangikat Serat Kawindra, di Kota Tegal dan Slawi dengan lakon yang sama Pangikat Serat Kawindra. Berikutnya diundang di Pentas sastra Kedai Lalang Jakarta dengan Lakon Pangikat Serat Kawindra, di Taman Siswa Yogyakarta dengan lakon Kupu Mabur Golet Entung, di Komunitas Sastra Reboan dalam lakon Negeri Corong Renteng, di TIM dalam lakon Bintang Anak Tuhan, di Taman Budaya Surakarta “Pangikat Serat Kawindra”, di Indramayu “Kembang Suket”, di Pembukaan Art Semarang “Sintren Beken”, di Pasar Malam Jawa Tengah Semarang “Negeri Corong Renteng”, di Pati “Indonesia Kesurupan”, di PPIB kota Tegal “Sedulur Papat Lima Pancer”, di Cirebon “Tragedi Kurusetra”, di Pertemuan Sastrawan Nusantara Palembang “Negeri Corong Renteng”, di STSI Bandung “Negeri Corong Renteng” Pertemuan Sastrawan Makasar “Bersatu Pujangga Nagari Bhahari”, di Galeri Nasional “Sedulur Papat Lima Pancer”, Pembukaan Kongres Bahasa Jawa, di Surabaya dengan Lakon Negeri Corong Renteng,” di Slawi Kab. Tegal dipentaskan “Tumandhange Sinatria Bhayangkara”, dan berlanjut baru-baru ini menggelar pembacaan puisi Tarling Multi media dengan lakon: Puisi Menolak Korupsi dimulai di kota Blitar, Semarang, Surakarta, Jakarta dan Purworejo. Selain memenuhi panggilan pentas besar dan kecil, sesuai dengan kemajuan zaman Medium Sastra & Budaya Indonesia pun menyajikan bentuk pemanggungan pembacaan puisi dengan tetap beriramakan Tarling, meski kadang diiringi musik gamelan, orkes keroncong, dangdut, organ tunggal, bahkan berbagai musik modern lainnya. Disebut multi media karena dalam pentas pembacaan puisinya kerap kali menggunakan berbagai media sebagai kekuatan pendukung, seperti; wayang kulit, wayang golek, wayang suket, wayang tutus, wayang kertas, wayang padi, wayang ikan asin, topeng, dan dihiasi pula dengan berbagai jenis tari klasik, kontemporer, seni lukis, dan property visual lainnya. ***
Tentang Lakon Sedulur Papat Lima Pancer Lakon SPLP ini dalam mitologi masyarakat Jawa diyakini sebagai pegangan hidup wong jawa yang selalu berpedoman pada yang Lima. Lima ini ada karena ada sedulur papat dan pancernya adalah diri pribadi. Sedulur papat itu adalah teman, sahabat, sekaligus kekasih yang menemani kita sejak lahir. Ia adalah cahaya cinta kasih dari Yang Maha Kuasa. Dan, jika mau mendalaminya maka akan ditemukanlah kesempurnaan hidup. Kisah kehidupan manusia Jawa ini kemudian menjadi kekuatan jatidiri untuk menjalani hidup dan kehidupan, sehingga kelak mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.***
Pentas Sedulur Papat Lima Pancer di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki ini adalah undangan kedua setelah lakon ini sebelumnya digelar dalam puncak Pesta Festival Teater Indonesia di Galerry Nasional 2012 lalu. Atas keberhasilan pentas tersebut ketua panitia Anugrah Seni Cipta bUdaya 2013 Ari Batubara kembali mengundang Medium Sastra & Budaya Indonesia yang bersekretariat di Jl Jndral Sudiran 69 Indramayu untuk tampil menjadi salah satu dari 10 jenis kesenian hasil cipta budaya creator Indonesia. Tarling Multi Media adalah nama yang diajukan pihak panitia mengingat Nurochman Sudibyo YS alias Ki Tapa Kelan selaku penyusun cerita dan sutradara pagelaran member kebebasan kepada audien yang menilai dan member nama.
“Saya pada intinya mempersembahkan sebuah pertunjukan baca puisi yang lain dari yang lain. Jika di Makasar kami disebut Wayang Tarling, Di Indramayu pentas Kiseran jika semata baca puisi saja. Pentas Wayang Gondrong ankala medianya beraneka macam. Pendek kata Pembacan kary sstra multi media adalh sebentuk cara mensosilissikn kary gabungn dari berbgi aspek puisi, gurit, mantra, jawokan, pantun, parikan dan seluruh unsure peninjang lain seperti seni rupa, seni musik dan seni drama. Semua itu tersaji dalam kekentalan tembang klasik yang berbuansakan tarling dan lagu-lagu bernafaskan dendang pantura. Pentas Tarling Multi media digelar persis di malam puncak penyerahan Anugrah Cipta Budaya dari atas nama Gubernur Jakarta melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jakarta Bapak Ari Budhiman diberikan pada Ketua Medium Sastra & Budaya Indonesia Nurochman Sudibyo YS. Anugrah Cipta Budaya tersebut diraih atas dedikasi dan kesetiaannya menggeluti kesenian yang diperjuangkannya selama bertahun-tahun.
Komentar