Nurochman Sudibyo YS. Adalah pekerja seni dan budaya kelahiran Tegal 24 Januari 1963. Sejak
sekolah di Taman Kanak-kanak TK. GUNTUR Karangturi Indramayu, sudah Nampak
bakatnya dalam berdeklamasi. Bahkan saat duduk di SD Indramayu I (sekarang
Margadadi V) hoby membaca buku sastra dan wayang purwa, semaki memperkuat bakat
seni-nya. Saatitu ia semakin memperlihatkan kemajuan di seni menulis indah,
menggambar, menyanyi di membaca puisi
sampai kemudian tamat SD tahun 1974. Sewaktu sekolah di SMP Negeri 2 Indramayu
antara tahun 1974-1977 bakat seninya lebih terlihat menonjol di bidang seni
rupa, menyanyi dan membaca puisi. Ketika pernah setahun sekolah di SMA
Muhammadiyah Indramayu hanya terlihat bakat senirupanya saja. Demikian pula
ketika pindah sekolah ke SPG PGRI ia mulai memperlihatkan kemenonjolan di
bidang seni lukis, drama, dan membaca puisi.
Baru setelah diangkat sebagai
guru sekolah dasar di tahun 1981-82 jiwa seninya kian diaktualkan untuk diri
dan murid-muridnya. Ia kemudian mulai lebih spesifik menulis Puisi, cerpen,
Esai, catatan perjalanan dan geguritan selain juga membuat banyak karya rupa ilustrasi
dan dekorasi. Mas Noor atau Mas Dibyo pernah kuliah di FKIP D3 Bahasa dan
sastra Inggris UNWIR Indramayu dan lulus S1 Th 2000 Guru Bahasa Indonesia UPI
Bandung. Ia berhenti sebagai PNS Guru dan mulai total menggeluti Karya seni.
Sejak tahun 85-an karyaa
sastranya telah dipublikasikan di berbagai media masa. Kumpulan Puisi
Tunggalnya “Bawah Payung Langit”
(1993), “Malam Gaduh” (1995), Soliloqui (1997) dan “Gerhana” (2000). Adapun Kumpulan
Guritannya telah diterbitkan Medium Sastra & Budaya Indonesia diantaranya “Gurit Dermayon” (1995), “Perompak Indrajaya” (2000), “44 Gurit Dermayon” (2006), “Godong
Garing Keterjang Angin” (2007), “Blarak
Sengkleh” (2008), “Bahtera Nuh”
(2009), “Pring Petuk Ngundang Sriti”
(2010). Kumpulan Puisi Basa Cerbon bersama Ahmad Syubanuddin Alwy; “Susub Landep” (2008), “Nguntal negara” (2009) Dan “Gandrung
Kapilayu (2010). Kumpulan Puisi Tegalan “Ngranggeh Katuranggan”(2009). Puisi-puisinya terkumpul dalam
antologi bersama “Kembang Pitung Werna”
(1992), “Kiser Pesisiran” (1994),
Antologi Penyair Indonesia “Dari Negeri
Poci” Th 1996, antologi puisi dan cerpen Indonesia modern “GERBONG” Yogyakarta (Th.2000), “Antologi Penyair Indonesia HUT Jakarta”
(1999), Antologi “Lahir Dari Masa Depan”
Tasikmalaya (2001). Antologi “Dari
Negeri Minyak” (Th.2001), Antologi “Sastrawan
Mitra Praja Utama” (2008). Antologi “Pangikat
Serat Kawindra” (2010), dan Antologi “Perempuan
Dengan Belati di Betisnya” Taman Budaya Jawa Tengah (2010). Sebagai
sastrawan kini aktifitasnya tidak hanya di Indramayu namun juga menjadi
motivator kesenian di berbagai darah baik di Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal,
Slawi dan Pemalang.
Berkali tampil membacakan puisi dan menjadi juri puisi di berbagai kota di pulau Jawa.
Sejak awal tahun 2010 bersama Dyah Setyawati mementaskan lakon puisi secara
berkeliling, dengan memadukan unsur tradisi guritan, tembang, suluk, wayangan
dan tari, bertajuk “Pangikat Serat
Kawindra”, “Kupu Mabur Golet Entung”,
“Kembang Suket”, dan “Nagari Corong Renteng, Sedulur Papat Lima
Pancer dan Oyod Ming Mang.”. Penyair
dan dalang tutur wayang gondrong ini
sejak tahun 1990 menjadi Ketua Medium Sastra & Budaya Indonesia. Beberapa
kali diundang untuk mengikuti pertemuan sastrawan Nusantara baik di Brunai,
Palembang dan Jambi. Thn 2012 ia diundang
dalam pertemua Sastrawan Indonesia di Makasar sekaligus diminta
mementaskan Wayang Sastranya dalam iringan lagu-lagu tarling. Di tahun 2012 bersama
groupnya Medium Sastra dan Budaya Indonesia untuk tampil di Penutupan Festifal
Teater Indonesia di Galery Nasional. Dan pada tgl 28 November kemarin kembali
Nurochman Sudibyo memperoleh Penghargaan Anugtrah Cipta Budaya 2013, dari
Gubernur Jokowi melalui Kepala Dinas Parbud Prov Jakarta Drs. Ari Budhiman.
Meskipun teman-teman sastrawan di Indramayu selalu
meledek karya puisinya dan dianggap mereka jelek, namun beberapa kali karya
puisinya justru masuk karya terbaik di Festifas Sastra Cirebon.’94, Tasik’95,
Bandung’96, Riau 96, Jakarta’99, Bali’10, Jakarta’10, Bogor’11, Yogyakarta’12,
KSI’12, dan Festifal Lanjong Kalimantan’13.
Sebagai
ketua Medium Sastra & Budaya Indonesia, Nurochman Sudibyo YS menjelaskan
bahwa: Lembaga seni budaya yang dipimpinnya lahir di Jl. Jendral Sudirman No.69
Indramayu Jawa Barat antara tahun 1990-1993 an. Sejak pertama didirikan
intensitasnya melakukan kegiatan pelatihan penulisan/pembacaan karya sastra, penyelenggaraan
even kesenian, pementasan teater dan penelitian seni budaya. Sejak mula lembaga
ini menggunakan kata Indonesia sebagai bentuk keyakinan bahwa kelak apa pun
yang digagas dapat menjadi suatu kekuatan baru dalam tatanan seni budaya
bangsa, karena itulah lembaga ini dalam kiprahnya tak mau meniru selain harus
terus berinovasi mencari bentuk-bentuk baru untuk seni budaya di Indonesia.
Meski demikian kesekretariatannya tetap di Indramayu.
Salah satu
ciri khas pentas pembacaan puisi produk Medium Sastra & Budaya Indonesia,
selalu menggunakan gaya tutur teater rakyat “Sandiwara, dalang wayang dan Drama
Tarling” khas Indramayu. Seni tembang klasik yang berasal dari tembang tayub
dan kiseran dalam iringan gamelan itu kemudian bermigrasi dari gamelan ke gitar
dan suling ini, hingga kini terus bertahan menjadi kesenian yang khas dari
Indramayu dan Cirebon atau lazim disebut Tarling. Namun demikian Medium Sastra &
Budaya Indonesia hanya mengambil esensi besar pada Tarling yaitu pada unsur
musik dan tembang saja, yang kemudian dipadukan dengan karya sastra baik berupa
puisi jawa (gurit), suluk, tembang, kidung, jawokan serta parikan yang
dipadukan dengan puisi berbahasa Indonesia.
Gaya
pembacaan puisi yang khas ini semenjak tahun 80 an dimotori oleh Nurochman
Sudibyo YS. Sejak itu setiap kali mengikuti lomba baca puisi selalu menjadi
juara baik di daerah maupun di berbagai kota lainnya. Di mulai dengan membaca
puisi dengan ilustrasi beriramakan suling khas Dermayu/Indramayu. Gagasannya
ini kemudian menempatkannya sebagai Pemuda Pelopor bidang pembangunan seni
budaya dan pariwisata tingkat Provinsi Jawa barat dan nominator ke 2 di tingkat nasional tahun 1996-1997.
Selanjutnya
Nurochman Sudibyo YS pun dikenal dengan sebutan sastrawan yang menghasilkan
karya puisi, cerpen, esai dan catatan budaya. Ia dikenal pula sebagai Pembaca
Puisi Kiseran, karena setiap membacakan puisi selalu dihiasi dengan suluk,
tembang dan jawokan gaya irama tarling kiseran. Karena sering di undang ke
berbagai kota dan daerah, Sejak itu ia pun diberi gelar Ki Tapa Kelana.
Posisinya selain pembaca puisi di berbagai even juga diminati masyarakat
Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal sampai Bekasi, utamaya di minta memberi
kidungan Dermayonan ditambah dengan pembacaan puisi. Lagi lagi irama
pengiringnyapun live gamelan, suling
atau rekaman yang ada di memori HP, CD dan Mp3. Kiseran sendiri maknanya adalah
ungkapan cerita dalam bentuk tembang bernuansa sastra yang mengemukakan
perasaan suka maupun duka secara bebas dengan laras tarling irama kiser.
Sejak tahun
2000 setiap datang hari ulang tahun Nurochman Sudibyo, MS&B melakukan
Pentas Malam Pembacaan Puisi Multimedia di kota Indramayu yang saat itu biasa
disebut pembacaan puisi kiseran. Meski tanggal kegiatannya 24 Januari dan
bertepatan dengan musim penghujan, namun acaranya selalu sukses walau
digelar di luar gedung, bahkan beberapa
kali dilakukan di tengah sungai Cimanuk dan sekitarnya. Diantara pentasnya
antara lain; “Perompak Indrajaya 2001, Aja Mbluya-2002, Perang Potret-2003,
Waduk Bojong-2004, Mak Njaluk Mangan-2005, Gurit ‘44-2006, Blarak Sengkle
-2007, Godong Garing Keterjang Angin-2008, Bahtera Nuh -2009, dan Pring Petuk
Ngundang Sriti-2010”, semua di gelar di Kota Indramayu di bantaran Kali
Cimanuk. Selain pentas di agenda tahunan di tahun 2006 MS&B diundang untuk
pentas “Negeri Cantik” di pembukaan Pameran seni lukis SP Hidayat di Musium
Nasional Jakarta, dan di tahun 2008 Pentas “Negeri Para Pejuang” di pembukaan
Pameran Tunggal seni lukis Karya Dirot Kadirah di gedung utama Galeri Nasional.
Mulai tahun
2010 hingga tahun 2013 banyak diundang pentas pembacaan Tarling Multimedia,
diantaranya di Bojonegoro dengan Lakon Pangikat Serat Kawindra, di Kota Tegal
dan Slawi dengan lakon yang sama Pangikat Serat Kawindra. Berikutnya diundang
di Pentas sastra Kedai Lalang Jakarta dengan Lakon Pangikat Serat Kawindra, di
Taman Siswa Yogyakarta dengan lakon Kupu Mabur
Golet Entung, di Komunitas Sastra Reboan dalam lakon Negeri Corong
Renteng, di TIM dalam lakon Bintang Anak Tuhan, di Taman Budaya Surakarta
“Pangikat Serat Kawindra”, di Indramayu “Kembang Suket”, di Pembukaan Art
Semarang “Sintren Beken”, di Pasar Malam Jawa Tengah Semarang “Negeri Corong
Renteng”, di Pati “Indonesia Kesurupan”, di PPIB kota Tegal “Sedulur Papat Lima
Pancer”, di Cirebon “Tragedi Kurusetra”, di Pertemuan Sastrawan Nusantara
Palembang “Negeri Corong Renteng”, di STSI Bandung “Negeri Corong Renteng”
Pertemuan Sastrawan Makasar “Bersatu Pujangga Nagari Bhahari”, di Galeri
Nasional “Sedulur Papat Lima Pancer”, Pembukaan Kongres Bahasa Jawa, di
Surabaya dengan Lakon Negeri Corong Renteng,” di Slawi Kab. Tegal dipentaskan
“Tumandhange Sinatria Bhayangkara”, dan berlanjut baru-baru ini menggelar
pembacaan puisi Tarling Multi media dengan lakon: Puisi Menolak Korupsi dimulai
di kota Blitar, Semarang, Surakarta, Jakarta dan Purworejo.
Selain
memenuhi panggilan pentas besar dan kecil, sesuai dengan kemajuan zaman Medium
Sastra & Budaya Indonesia pun menyajikan bentuk pemanggungan pembacaan
puisi dengan tetap beriramakan Tarling, meski kadang diiringi musik gamelan,
orkes keroncong, dangdut, organ tunggal, bahkan berbagai musik modern lainnya.
Disebut multi media karena dalam pentas pembacaan puisinya kerap kali
menggunakan berbagai media sebagai kekuatan pendukung, seperti; wayang kulit,
wayang golek, wayang suket, wayang tutus, wayang kertas, wayang padi, wayang
ikan asin, topeng, dan dihiasi pula dengan berbagai jenis tari klasik,
kontemporer, seni lukis, dan property visual lainnya. ***
Sekilas tentang MS&B
Medium
Sastra & Budaya Indonesia, demikian Lembaga seni budaya ini lahir di
Indramayu Jawa Barat di tahun 1994. Sejak pertama didirikan intensitasnya melakukan
kegiatan pelatihan penulisan/pembacaan karya sastra, pementasan teater dan
penelitian seni budaya. Sejak mula lembaga ini menggunakan kata Indonesia
sebagai bentuk keyakinan bahwa kelak apa pun yang digagas dapat menjadi suatu
kekuatan baru dalam tatanan seni budaya bangsa, karena itulah lembaga ini dalam
kiprahnya tak mau meniru selain harus terus berinovasi mencari bentuk-bentuk
baru untuk Indonesia. Meski demikian kesekretariatannya tetap di Indramayu.
Salah satu
ciri khas pentas pembacaan puisi Medium Sastra & Budaya Indonesia, selalu
menggunakan gaya tutur teater rakyat ‘Drama Tarling’. Seni Klasik yang bermigrasi
dari gamelan ke gitar dan suling ini hingga kini masih bertahan menjadi
kesenian yang khas dari Indramayu dan Cirebon. Namun demikian MS&BI hanya
mengambil esensi besar pada Tarling yaitu pada unsur musik dan tembang yang kemudian
dipadukan dengan karya sastra baik berupa puisi jawa (gurit), suluk, tembang,
kidung, jawokan serta guritan yang dipadukan dengan puisi berbahasa Indonesia.
Gaya pembacaan yang khas ini dimotori oleh Nurochman Sudibyo YS. Sejak tahun
80-an setiap kali mengikuti lomba baca puisi selalu menjadi juara baik di
daerah maupun di berbagai kota lainnya. Di mulai dengan membaca puisi dengan
ilustrasi beriramakan suling khas Dermayu/Indramayu. Gagasannya ini kemudian
menempatkannya sebagai Pemuda Pelopor bidang pembangunan seni budaya dan pariwisata
tingkat Provinsi Jawa barat dan nominator ke
2 di tingkat nasional tahun 1996-1997.
Selanjutnya
Nurochman Sudibyo YS pun dikenal dengan sebutan sastrawan yang menghasilkan
karya puisi, cerpen, esai dan catatan budaya. Ia dikenal pula sebagai Pembaca
Puisi Kiseran, karena setiap membacakan puisi selalu dihiasi dengan suluk,
tembang dan jawokan gaya irama tarling kiseran. Karena sering di undang ke
berbagai kota dan daerah, Sejak itu ia pun diberi gelar Ki Tapa Kelana.
Posisinya selain pembaca puisi di berbagai even juga diminati masyarakat
Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal sampai Bekasi, utamaya di minta memberi
kidungan Dermayonan ditambah dengan pembacaan puisi. Lagi lagi irama
pengiringnyapun live gamelan, suling
atau rekaman yang ada di memori HP, CD dan Mp3. Kiseran sendiri maknanya adalah
ungkapan cerita dalam bentuk tembang bernuansa sastra yang mengemukakan
perasaan suka maupun duka secara bebas dengan laras tarling irama kiser.
Sejak tahun
2000 setiap datang hari ulang tahun Nurochman Sudibyo, MS&BI melakukan Pentas
Malam Pembacaan Puisi Multimedia di kota Indramayu yang saat itu biasa disebut
pembacaan puisi kiseran. Meski tanggal kegiatannya 24 Januari dan bertepatan
dengan musim penghujan, namun acaranya selalu sukses walau digelar di luar gedung, bahkan beberapa kali dilakukan
di tengah sungai Cimanuk dan sekitarnya. Diantara pentasnya antara lain; “Perompak
Indrajaya 2001, Aja Mbluya-2002, Perang Potret-2003, Waduk Bojong-2004, Mak
Njaluk Mangan-2005, Gurit ‘44-2006, Blarak Sengkle -2007, Godong Garing
Keterjang Angin-2008, Bahtera Nuh -2009, dan Pring Petuk Ngundang Sriti-2010”,
semua di gelar di Kota Indramayu di bantaran Kali Cimanuk. Selain pentas di
agenda tahunan di tahun 2006 MS&BI diundang untuk pentas “Negeri Cantik” di
pembukaan Pameran seni lukis SP Hidayat di Musium Nasional Jakarta, dan di
tahun 2008 Pentas “Negeri Para Pejuang” di pembukaan Pameran Tunggal seni lukis
Karya Dirot Kadirah di gedung utama Galeri Nasional.
Mulai tahun
2010 hingga tahun 2013 banyak diundang pentas pembacaan Tarling Multimedia,
diantaranya di Bojonegoro dengan Lakon Pangikat Serat Kawindra, di Kota Tegal
dan Slawi dengan lakon yang sama Pangikat Serat Kawindra. Berikutnya diundang
di Pentas sastra Kedai Lalang Jakarta dengan Lakon Pangikat Serat Kawindra, di
Taman Siswa Yogyakarta dengan lakon Kupu Mabur
Golet Entung, di Komunitas Sastra Reboan dalam lakon Negeri Corong
Renteng, di TIM dalam lakon Bintang Anak Tuhan, di Taman Budaya Surakarta
“Pangikat Serat Kawindra”, di Indramayu “Kembang Suket”, di Pembukaan Art
Semarang “Sintren Beken”, di Pasar Malam Jawa Tengah Semarang “Negeri Corong
Renteng”, di Pati “Indonesia Kesurupan”, di PPIB kota Tegal “Sedulur Papat Lima
Pancer”, di Cirebon “Tragedi Kurusetra”, di Pertemuan Sastrawan Nusantara
Palembang “Negeri Corong Renteng”, di STSI Bandung “Negeri Corong Renteng”
Pertemuan Sastrawan Makasar “Bersatu Pujangga Nagari Bhahari”, di Galeri
Nasional “Sedulur Papat Lima Pancer”, Pembukaan Kongres Bahasa Jawa, di
Surabaya dengan Lakon Negeri Corong Renteng,” di Slawi Kab. Tegal dipentaskan “Tumandhange
Sinatria Bhayangkara”, dan berlanjut baru-baru ini menggelar pembacaan puisi
Tarling Multi media dengan lakon: Puisi Menolak Korupsi dimulai di kota Blitar,
Semarang, Surakarta, Jakarta dan Purworejo.
Selain
memenuhi panggilan pentas besar dan kecil, sesuai dengan kemajuan zaman Medium
Sastra & Budaya Indonesia pun menyajikan bentuk pemanggungan pembacaan
puisi dengan tetap beriramakan Tarling, meski kadang diiringi musik gamelan,
orkes keroncong, dangdut, organ tunggal, bahkan berbagai musik modern lainnya.
Disebut multi media karena dalam pentas pembacaan puisinya kerap kali
menggunakan berbagai media sebagai kekuatan pendukung, seperti; wayang kulit,
wayang golek, wayang suket, wayang tutus, wayang kertas, wayang padi, wayang
ikan asin, topeng, dan dihiasi pula dengan berbagai jenis tari klasik, kontemporer,
seni lukis, dan property visual lainnya. ***
Pentas
Sedulur Papat Lima Pancer di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki ini
adalah undangan kedua setelah lakon ini sebelumnya digelar dalam puncak Pesta
Festival Teater Indonesia di Galerry
Nasional 2012 lalu. Atas keberhasilan pentas tersebut ketua panitia Anugrah
Seni Cipta Budaya 2013 Ari Batubara kembali mengundang Medium Sastra &
Budaya Indonesia yang bersekretariat di Jl Jndral Sudiran 69 Indramayu untuk
tampil menjadi salah satu dari 10 jenis kesenian hasil cipta budaya creator
Indonesia.
Tarling
Multi Media adalah nama yang diajukan pihak panitia mengingat Nurochman Sudibyo
YS alias Ki Tapa Kelan selaku penyusun cerita dan sutradara pagelaran member
kebebasan kepada audien yang menilai dan member nama. “ Saya pada intinya
mempersembahkan sebuah pertunjukan baca puisi yang lain dari yang lain. Jika di
Makasar kami disebut Wayang Tarling, Di Indramayu pentas Kiseran jika semata
baca puisi saja. Pentas Wayang Gondrong ankala medianya beraneka macam. Pendek
kata Pembacan kary sstra multi media adalh sebentuk cara mensosilissikn kary
gabungn dari berbgi aspek puisi, gurit, mantra, jawokan, pantun, parikan dan
seluruh unsure peninjang lain seperti seni rupa, seni musik dan seni drama.
Semua itu tersaji dalam kekentalan tembang klasik yang berbuansakan tarling dn
lagu-lagu bernafaskan dendang pantura.
Pentas Tarling Multimedia digelar persis di malam puncak
penyerahan Anugrah Cipta Budaya dari atas nama Gubernur Jakarta melalui Kepala
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jakarta Bapak Ari Budhiman diberikan
pada Ketua Medium Sastra & Budaya Indonesia
Nurochman Sudibyo YS. Anugrah
Cipta Budaya tersebut diraih atas dedikasi dan kesetiaannya menggeluti kesenian
yang terus diperjuangkan hingga kini.
Komentar