Garudaku cerpen : Nurochman Sudibyo YS.

Selembar sayap yang patah mengalun diterbangkan angin semilir. Udara sejuk gunung dan pepohonan yang rindang seakan menantang datangnya siang. Matahari pun dengan malas menyeruak dari rimbun dedaunan. Cahayanya berebut direngkuh gumpalan mega. Namun berkali juga angin sumilir mendorongnya jauh. Patahan bulu itu tak jadi jatuh di atas semak rumput berduri. Kibasan spasang angsa menambah tenaga angin untuk membawa patahan bulu tersebut kian naik dan kali ini menuju ke tengah telaga. Aku yang memperhatikan sejak beberapa menit lalu kian gundah. Kemana kelak patahan bulu berwarna biru bercerak putih hitam itu?

Apa yang kukhawatirkan benar. Angin kian mendorong ke tengah telaga. Kali ini sepertinya akan jatuh tepat di tengah-tengah telaga yang bersejarah. Aku mengenalnya lewat dongeng yang sering disampaikan nenek saat menjelang aku susah tidur. Benar kata nenek, tak seberapa lama dari tengah telaga itu muncul moncong dengan mulut terbuka keluar dari keciprak air. Warnanya keperakan semakin bercahaya tertimpa matahari pagi. Seekor ikan besar menyantap potongan bulu itu sebelum jatuh ke permukaan air. Mungkin ikan itu tak mau kalau potongan bulu burung yang akan disantapnya keburu disamber orang. Benar saja ikan bersisik putih itu berhasil menyantap bulu dan langsung ia jatuhkan badannya ke danau. Terdengarlah suara gejubar benturan tubuh dan permukaan danau menimbulkan keciprak besar dan riak danau bergelombang makin membias ke tepian dan kemudian menghilang.

Tak sampai disitu aku tertegun dengan pemandangan yang baru saja kusaksikan. Karena tiba-tiba entah dari arah mana sesosok binatang besar terbang ke arah titik selam ikan yang baru saja menyantap potongan bulu. Cengkeraman kakinya diarahkan ke permukaan danau serasa hendak menangkap sesuatu. Dalam sekejap mata berhasil. Burung besar itu berhasil menangkap ikan bersisik perak dari tengah danau. Aku kian takjub. Aku tak bawa kamera. Aku bangga dengan apa yang kusaksikan hari ini. Kelak akan kuceritrakan pengalaman visualku beberapa menit tadi. Sungguh pagi yang mencerahkan.***
Nurochman Sudibyo YS.

Komentar