Kumpulan Puisi terbaru Dyah Setyawati

Puisi Dyah Setyawati

POHON YANG KAU TANAM

Igatkah akan pohon yang kau tanam di otakku
ia mulai tumbuh,
aku coba sadap racun dan durinya
bisakah membuang jauh
agar tak lagi menyentuh
merawat penuh, kaupun sedikitnya ikut memupuk suburkan
hingga kita dapat bersama bercengkerama,
bercinta di rindangnya
jangan sakiti; sebab dara dan airnya
telah kutampung dalam tempurung
mengapa patahkan rasa yanng hampir membumbung
lewat cerita poho pohon yang patah hati
tanam pada lalang lalumu
lelaki yang menitipkan jantung dan hatinya
jangan cuma kata di padang tanya
singkirkan sangsiku
jadikan sungguhmu.

Juni 2012


KENDURI RINDU

Mengundangmu pada kenduri rindu
seorang ibu membuka pintu
menunggu
siapkan senyum mwar yang mengakar untukku
buah tubuh perkasa
buah tubuh jelita
barangkali titik koma dan jeda masih memakna
selagi usia terus berbilang
bagai anak tangga menujuNya

Mendekapmu lewat kata-kata
dan rasa yang buting tua
adalah lebih bijaksana
karena hanya itu yang tersisa
jangan butakan telinga

Mengundangmu pada kenduri rindu
seorang ibu membuka pintu
menunggu
di dermaga sunyi
pergi dan pulang meniup peluit lantang
sembari membayang senja saga yang mayang
bergegas kemari, tak ada duri di sini
cinta pasti tak pernah basi.

April 2012

WAKTU

Waktu yang kupinjam
Jangan dulu kau tagih
Seperti diburu; keluar masuk belantara
"pepadanging" ati kapan waktu

Kemarin luka melulu
Benih benih mati sebelum pagi
Sedang sunyi yang tumpah selalu saja memunculkan namamu
Di antara daftar alamat;
Sungguh kau telah memikat untuk lebih dekat
Merumay nikmat

Ijinkan kubentang panjang waktu pinjaman itu
Untuk menanam kembali biji bijak
Sampai beranak pinak
Lapang jalan tak sesak onak

Angin subuh begitu memukau
Lewat surau
Menerbangkan sholawat lamat lamat
Kau pun mengirimkan sajadah untuk larut di dalamnya
Aku tak ingin kehabisan cinta

Waktu yang hanya pinjaman
Beri kesempatan, agar hariku tiada berlompatan
Tak sia saat mengembalikan

Mei 2012


PRASASTI TERBELAH

Anak matahari mengurai sejarah
ingin mengiringnya pada ziarah
prasasti yang terbelah
kepada siapa ia singgah
ibu masih seonggok hati bernadi
sedang musim telah menerbangkan pundi pundi purba
sepah cuma yang bersisa
kakang kawah adi ari ari
di mana kau sembunyi dari harga mati
cinta tak bertepi
luka berperi silih ganti
apakah kau ikut merasa
seperti dulu selalu bersama dalam garba
tali pusar gusar jika saling tak sapa
kita bersaudara
anak matahari menurai sejarah
prasasti terbelah
melihat anak panah
mengarah pasti ke nurani tak bertepi
untuk kembali singgah
tanpa memilah.

Mei 2012

Komentar