WAYANG SANTRI HASIL PERENUNGAN
MENDENGAR nama dan ada pagelaran ‘wayang santri’ bagi sebagian warga yang bermukim di area Pantura Tegal, bukan lagi kabar yang aneh. Sudah tentu mereka tidak lagi asing dengan penampilan sosok dalang kondang multi talenta asal Desa Bengle Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. Siapa lagi kalau bukan hasil dari perenungan panjang seorang dalang sekaligus kreator besar abd ini; Ki Enthus Susmono. Wayang Santri itu hadir ditengah dinamika kehidupan warga pesisir Pantura. Wayang Santri menurut Ki Entus lahir di tahun 2006. Dalam perjalanannya kini Wayang Santri terus diperlukan untuk menjalankan misi, membantu para kyai guna menjabarkan ‘kawruh’ (pengetahuan) agama Islam.
Ki Enthus mengakui pada awal lahirnya Wayang Santri ini bermula lahir setelah ia memperoleh gelar dalang terbaik Jawa Tengah yang diteruskan dengan ajang Festival Wayang Internasional di Bali. “Dalam wayang santri, saya hanya menggunakan sembilan pengrawit, total sepuluh dengan saya sebagai dalangnya. Disinilah saya kembali terpacu menciptakan syair lagu-lagu baru dibawah bimbingan KH Fuad Hasyim dan ada juga syair yang diambil dari lagu-lagu Nahdhatul Ulama,” tutur Ki Enthus.
Berangkat dari tempaan latihan rutin bersama komunitas wayang santri itulah, fungsi Ki Enthus tetap sebagai dalang yang piawai. Namun misi pedalangan dalam wayang santri ini menurut Ki Entus terfokus khusus membantu kinerja para kyai untuk menjabarkan kawruh agama Islam. Saat ini banyak kalangan kyai yang memberi kontribusi naskah untuk mendukung pementasan wayang santri. Adapun Wayang Santri karya Ki Entus Susmono ini ada yang berupa wayang golek, dan wayang kulit, dalam beberapa kali pentas Ki Entus mampu tampil dengan cerita yang konseptual bahkan peka dengan tema sosial, keagamaan seperti peringatan 1 Suro, Maulud Nabi, Rajaban, Ramadhan, Syawalan, hingga peringatan HUT RI. Hingga kini, kedekatan antara masyarakat dan Dalang Kondang Serba Bisa Ki Entus Susmono tersebut tumbuh menjadi komunitas Wayang Santri yang kian memikat audiennya. ( noors)
MENDENGAR nama dan ada pagelaran ‘wayang santri’ bagi sebagian warga yang bermukim di area Pantura Tegal, bukan lagi kabar yang aneh. Sudah tentu mereka tidak lagi asing dengan penampilan sosok dalang kondang multi talenta asal Desa Bengle Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. Siapa lagi kalau bukan hasil dari perenungan panjang seorang dalang sekaligus kreator besar abd ini; Ki Enthus Susmono. Wayang Santri itu hadir ditengah dinamika kehidupan warga pesisir Pantura. Wayang Santri menurut Ki Entus lahir di tahun 2006. Dalam perjalanannya kini Wayang Santri terus diperlukan untuk menjalankan misi, membantu para kyai guna menjabarkan ‘kawruh’ (pengetahuan) agama Islam.
Ki Enthus mengakui pada awal lahirnya Wayang Santri ini bermula lahir setelah ia memperoleh gelar dalang terbaik Jawa Tengah yang diteruskan dengan ajang Festival Wayang Internasional di Bali. “Dalam wayang santri, saya hanya menggunakan sembilan pengrawit, total sepuluh dengan saya sebagai dalangnya. Disinilah saya kembali terpacu menciptakan syair lagu-lagu baru dibawah bimbingan KH Fuad Hasyim dan ada juga syair yang diambil dari lagu-lagu Nahdhatul Ulama,” tutur Ki Enthus.
Berangkat dari tempaan latihan rutin bersama komunitas wayang santri itulah, fungsi Ki Enthus tetap sebagai dalang yang piawai. Namun misi pedalangan dalam wayang santri ini menurut Ki Entus terfokus khusus membantu kinerja para kyai untuk menjabarkan kawruh agama Islam. Saat ini banyak kalangan kyai yang memberi kontribusi naskah untuk mendukung pementasan wayang santri. Adapun Wayang Santri karya Ki Entus Susmono ini ada yang berupa wayang golek, dan wayang kulit, dalam beberapa kali pentas Ki Entus mampu tampil dengan cerita yang konseptual bahkan peka dengan tema sosial, keagamaan seperti peringatan 1 Suro, Maulud Nabi, Rajaban, Ramadhan, Syawalan, hingga peringatan HUT RI. Hingga kini, kedekatan antara masyarakat dan Dalang Kondang Serba Bisa Ki Entus Susmono tersebut tumbuh menjadi komunitas Wayang Santri yang kian memikat audiennya. ( noors)
Komentar