Lisus di Padang Kurusetra
Kita berusaha lepas dari gulungan angin, di antara jutaan panah yang tumpah
diri berbagi seperti seorang perwira Astina bersemangat menang perang
debu beterbangan menebarkan amis darah juga teriakan dan jerit panjang
hanya surup matahari pembatas waktu, tapi hati terus berlaga
malam masih berkemulkan angin dan debu peperangan yang tak berkesudahan
sulit menentukan mana nilai-nilai yang selama ini dipertaruhkan
siap membunuh, atau dibunuh. Tak ada waktu untuk menakar jarak
Lihatlah ke atas langit. Angin lisus kembali datang, tak diundang
laksana prajurit pilihan yang sengaja dipermainkan jadi bidak catur
peperangan, harga diri, inovasi tiada henti. Sulit untuk disebut korupsi
tapi angin lisus, topan, dan badai yang datang dari tengah lautan emosi
semakin membungkus dengan alus setiap elusan bagus setiap strategi
datang mengatur posisi, maju terys mengumbar orasi, membuncah takkan pecah
didukung tiap lapisan penyangga, bertopeng, kuda tunggangan dan tameng baja
tak ada desas-desus, penundaan serangan apalagi pertimbangan
setiap langkah sudah menghitung angka kemenangan. Sekali lagi
ini perang di padang kurusetra dimana keberlangsungan negeri taruhannya
Lisus, tak lagi bisa ditunda datang dan perginya. Ia hadir sebagai musuh
dan barisan muda melihat kekotoran di manamana. Risih juga rasanya
seperti berperang menghadap ke cermin. Ruang dan dinding bercermin
bergelut dengan lisus yang halus tapi terus mendengus
laksana anjing kudisan ia virus yang akan terus menularkan jutaan bakteri
penghancur. Tak ada pertimbangan, perang terus dilanjutkan
kita masih punya bermilyar vaksin kebaikan, jangan lengah saat dibalikkan
Jangan aneh dengan isyue yang dibuat atau dituduhkan. Itu isyarat lawan
kita adalah generasi serdadu dengan senjata pikiran bukan buruh picisan
yang gampang rubuh ketakutan oleh senjata dan pukulan
berbagai peluang telah ditebar untuk selalu kita kalahkan. Dengan pedang
terhunus, kemul lisus dimusnahkan. Bukan jadi kasus aras urus tak becus
lihat di ufuk timur Arjuna mengarahkan senjatanya ke angkasa
Jaya Sena mengayun-ayunkan gadanya ke langit jingga
Nakula dan Sadewa berkelebat seperti kilat dan pedang mustikanya
sementara Dharma Kusuma mengatur siasat kejujuran
tangan ditata di atas dada, Sembari teriak ”Bapakku Pandu Dewanata,
istirahatlah dengan tenang di Nirwana, usai kumenangkan peperangan ini!”
kami bukan bangsa keturunan darah Astina yang durhaka pada negara
saksikan bermilyar tangan menyeret lisus angkara dan kita penjarakan
di rutan Amarta Pura. Pekat, lekat tanpa kebocoran, apalagi uang sogokkan.
11.
Nurochman Sudibyo YS. Pekerja seni dan budaya kelahiran Tegal 24 Januari 1963. Menulis Puisi, cerpen, Esai, catatan perjalanan dan geguritan. Dipublikasikan di berbagai media masa sejak tahun 90-an. Kumpulan Puisi Tunggalnya “Payung Langit” (1993), “Malam Gaduh” (1995), Soliloqui (1997) dan “Gerhana” (2000). Kumpulan Guritannya telah terbit di “44 Gurit” (2006), “Godong Garing Keterjang Angin” (2007), “Blarak Sengkleh” (2008), “Bahtera Nuh” (2009), “Pring Petuk Ngundang Sriti” (2010). Kumpulan Puisi Basa Cerbon; “Susub Landep” (2008), “Nguntal negara” (2009) Dan “Gandrung Kapilayu (2010). Kumpulan Puisi Tegalan “Ngranggeh Katuranggan”(2009). Puisi-puisinya terkumpul dalam antologi bersama “Kembang Pitung Werna” (1992), “Kiser Pesisiran” (1994), Antologi Penyair Indonesia “Dari Negeri Poci” Th 1996, antologi puisi dan cerpen Indonesia moderen “GERBONG” Yogyakarta (Th.2000), “Antologi Penyair Indonesia HUT Jakarta” (1999), Antologi “Lahir Dari Masa Depan” Tasikmalaya (2001). Antologi “Dari Negeri Minyak” (Th.2001), Antologi “Sastrawan Mitra Praja Utama” (2008). Antologi “Pangikat Serat Kawindra” (2010), dan Antologi “Perempuan Dengan Belati di Betisnya” Taman Budaya Jawa Tengah (2010). Sebagai sastrawan tinggal dan menetap di Slawi Kabupaten Tegal. Berkali tampil membacakan puisi dan menjadi juri puisi di berbagai kota. Sejak awal tahun 2010 bersama Dyah Setyawati mementaskan lakon puisi secara berkeliling, dengan memadukan unsur tradisi guritan, tembang, suluk, wayangan dan tari bertajuk “Pangikat Serat Kawindra”, “Kupu Mabur Golet Entung”, “Kembang Suket”, dan “Nagari Corong Renteng”. Penyair dan dalang tutur ini sejak tahun 1990 menjadi Ketua Medium Sastra & Budaya Indonesia. Alamat Dukuh Sabrang, Kec. Pangkah Slawi Kab. Tegal: Mobile: HP.085224507144 – 087828983673. E-mail: nurochmansudibyoys@yahoo.co.id, sakti_artmng@ymail.com dan Website: www.guritdermayon.co.cc.,www.kembangsuket.blogspot.com, www.tropong.com
Komentar