Karena tak mau ngantri, dengan sengaja pengendara yang menyimpang malah jadi sasaran palak anak-anak diduga didalangi oknum aparat polisi setempat (SW)
Cirebon—Pembangunan Jalan Layang Gebang tidak saja membuat situasi pedagang pasar setempat merugi. Kemacetan yang direncanakan juga menimbulkan kerugian besar bagi pengguna jalur internasional di Pantura ini. Bagaimana tidak, Jika saja pengaturan dibuat sesuai antrian, maka kemacetan tidak terjadi dan waktu pengantrian pun tidak memakan jadwal yang sudah direncanakan.
Kerugian semenjak lama dikeluhkan para sopir angkutan penumpang maupun barang. Akibat kemacetan yang dibikin oleh oknum aparat yang dikendalikan para preman setempat telah membuat para sopir rugi waktu dan kepercayaan penumpang. Namun begitu bagi sopir yang berani nekat mengambil jalur kanan, akan dilayani secara spesial untuk masuk ke pintu antrian terlebih dahulu oleh anak-anak yang bergaya mengatur jalannya kemacetan yang mereka bikin sendiri. Tak jauh dari kesibukan mereka dampak 2-3 orang anggota polisi dengan tenang minum kopi sembari mengawasi kerja para preman.
Dari keterangan salah seorang sopir yang kesal menunggu antrian akibat macet, sebut saja Dede warga asal Sumedang keluhkan sikap arogan anak-anak yang dengan sengaja mementingkan memberi jalan pada kendaraan yang menyiap dari jalur kanan, dengan alasan mereka menyuap per kendaraan Rp 5000,- Adapun yang mengantri di jalur kiri yang benar meski tak dimintai uang sebesar itu tetap saja digedog-gedog pintu jika tak memberi rokok atau uang. Menurut Dede mereka melakukan aksinya sekitar pukul 9 pagi hingga pukul 12 malam.
Lebih lanjut Kadir (40), kawan dede yang juga sopir truk menjelaskan manakala berada di kemacetan Pembangunan Jalan Layang gebang sekitar lepas Isya makin bertambah arogan. “Mereka para pemalak berjejer disetiap mobil yang lewat dan mulai berjalan mengantri melewati bawah bangunan Jembatan diantara toko-toko dan rumah pedagang yang tergusur, meminta dengan paksa sembari bergaya mabuk dan wajah seram. Mereka mengancam menggores mobil jika tidak dikasih uang. Kalau satu orang saja tak jadi masalah ini puluhan orang berjejer dan ada polisi yang mengawasi diam saja. Kan lucu jadinya?” keluh Kadir.
Pembangunan Jalan Layang di Gebang memang dimaksudkan untuk mengurangi dampak dari kian membesarnya perekonomian di Pasar Gebang. Namun jika proyek yang diperkirakan selesai tahun 2014 ini dibiarkan sungguh tidak menjadi simbol keamanan negeri kita. Hampir sebagian besar sopir kendaraan yang lewat mengatakan tidak seharusnya terjadi kemacetan jika tidak dengan sengaja dibuat macet.
“Lihat saja kalau setiap kendaraan bergantian satu-satu pasti akan lancar. Iani justru tidak terjadi. Kadang dengan sengaja dari arah barat membelok dengan tiba-ttiba dan meminta lewat mendahului kendaraan yang ngantri perlahan menuju arah barat. Kami mohon pihak Polres Cirebon atau Polda Jabar untuk turun tangan menertibkan aparat yang mbalelo dan preman-preman picisan yang dibiarkan berkeliaran sembari mabok,” ujar mereka penuh harap. *** (TIM)
Cirebon—Pembangunan Jalan Layang Gebang tidak saja membuat situasi pedagang pasar setempat merugi. Kemacetan yang direncanakan juga menimbulkan kerugian besar bagi pengguna jalur internasional di Pantura ini. Bagaimana tidak, Jika saja pengaturan dibuat sesuai antrian, maka kemacetan tidak terjadi dan waktu pengantrian pun tidak memakan jadwal yang sudah direncanakan.
Kerugian semenjak lama dikeluhkan para sopir angkutan penumpang maupun barang. Akibat kemacetan yang dibikin oleh oknum aparat yang dikendalikan para preman setempat telah membuat para sopir rugi waktu dan kepercayaan penumpang. Namun begitu bagi sopir yang berani nekat mengambil jalur kanan, akan dilayani secara spesial untuk masuk ke pintu antrian terlebih dahulu oleh anak-anak yang bergaya mengatur jalannya kemacetan yang mereka bikin sendiri. Tak jauh dari kesibukan mereka dampak 2-3 orang anggota polisi dengan tenang minum kopi sembari mengawasi kerja para preman.
Dari keterangan salah seorang sopir yang kesal menunggu antrian akibat macet, sebut saja Dede warga asal Sumedang keluhkan sikap arogan anak-anak yang dengan sengaja mementingkan memberi jalan pada kendaraan yang menyiap dari jalur kanan, dengan alasan mereka menyuap per kendaraan Rp 5000,- Adapun yang mengantri di jalur kiri yang benar meski tak dimintai uang sebesar itu tetap saja digedog-gedog pintu jika tak memberi rokok atau uang. Menurut Dede mereka melakukan aksinya sekitar pukul 9 pagi hingga pukul 12 malam.
Lebih lanjut Kadir (40), kawan dede yang juga sopir truk menjelaskan manakala berada di kemacetan Pembangunan Jalan Layang gebang sekitar lepas Isya makin bertambah arogan. “Mereka para pemalak berjejer disetiap mobil yang lewat dan mulai berjalan mengantri melewati bawah bangunan Jembatan diantara toko-toko dan rumah pedagang yang tergusur, meminta dengan paksa sembari bergaya mabuk dan wajah seram. Mereka mengancam menggores mobil jika tidak dikasih uang. Kalau satu orang saja tak jadi masalah ini puluhan orang berjejer dan ada polisi yang mengawasi diam saja. Kan lucu jadinya?” keluh Kadir.
Pembangunan Jalan Layang di Gebang memang dimaksudkan untuk mengurangi dampak dari kian membesarnya perekonomian di Pasar Gebang. Namun jika proyek yang diperkirakan selesai tahun 2014 ini dibiarkan sungguh tidak menjadi simbol keamanan negeri kita. Hampir sebagian besar sopir kendaraan yang lewat mengatakan tidak seharusnya terjadi kemacetan jika tidak dengan sengaja dibuat macet.
“Lihat saja kalau setiap kendaraan bergantian satu-satu pasti akan lancar. Iani justru tidak terjadi. Kadang dengan sengaja dari arah barat membelok dengan tiba-ttiba dan meminta lewat mendahului kendaraan yang ngantri perlahan menuju arah barat. Kami mohon pihak Polres Cirebon atau Polda Jabar untuk turun tangan menertibkan aparat yang mbalelo dan preman-preman picisan yang dibiarkan berkeliaran sembari mabok,” ujar mereka penuh harap. *** (TIM)
Komentar