Menilik Seni Rupa Tegal - Slawi

Menilik Seni Rupa Tegal - Slawi
Oleh : Nurochman Sudibyo YS.

Perkembangan seni rupa di tatar pantura Jawa Tengah, tidak bisa lepas dari perkembangan kesenian ini di Kota Tegal dan Slawi. Meski dalam peta Seni rupa Indonesia sejak lama mencatat pula geregap perkembangan kesenian ini di Brebes, Pemalang, Pekalongan selain yang terpusat di Semarang. Untuk menunjukkan kemajuannya di Jawa Tengah ditenggarai juga atas prospek seni lukis dan seni rupa di wilayah Purwokerto, Kroya, Cilacap dan Solo akhir-akhir ini.

Membicarakan seni rupa di dua kota anatara Tegal dan Slawi seperti memberi representasi khusus pada diri saya selaku penikmat seni yang selama 8 bulan ini bergaul dengan pra kreatornya. Ada semangat yang didengungkan secara kelompok dan berkesinambungan di Sanggar Putik’99, dimana terkumpul sejumlah 37 perupa asal Tegal, Brebes dan terbanyak Slawi Kabupaten Tegal. Selain itu di Kota Tegal pun secara tersembunyi juga menyimpan kepiawaian senior-senior perupa baik yang akademis maupun otodidak. Sebut saja Wowok Legowo, Dodo, Handoyo, dan rofii Dimyati.

Karya-karya mereka akhir-akhir ini semakin banyak dibicarakan di tingkat diskusi maupun perbincangan antar seniman. Bahkan Wowok lebih senang melukis di kediamannya di masa senggang kesibukannya sebagai konsultan interior dn eksterior. Handoyo baru beberapan bulan lalu menuntaskan pameran tunggalnya di Gereja Paroki Pius Tegal dengan karya religi-nya. Sedangkan Dodo cs lebih asyik merintis Kampung seni di Gerbang Pantai Alam Indah Tegal sembari mengajak teman-teman perupa lainnya melakukan demo lukis. Sedangkan Rofii yang juga ketua Komite Sastra DKT hampir tiap hari melayani pesanan lukisan potret bersama Agus Balapulang yang mondok di Gedung Wanita sembari melukis tokoh-tokoh Tegal dalam karikatur.

Gemeriap berkarya juga dilakukan perupa Sanggar Putik’99. Mereka melakukan agenda rutin pertemuan dan lukis bareng di berbagai tempat, menyiratkan tumbuh berkembangnya jagat seni lukis di wilayah ini. Tercatat Eko Pranowo selaku ketua yang secara spesifik karyanya memiliki kekhasan baik dalam bentuk kria atau gabungan dari media tersebut, dan anggota masing-masing; Ahmad (ikan kecil kontemporer) , Hasan Bisri (klasik dekoratif), Fahudin/Boleng (kontempoer), Paong Fahruri (Alam Sekitar dengan kelembutan palet), Hermawan Kian Sin (barong dan adu jago gaya bali), Lili Daniel (naif dan kontemporer) , Nurochim (ikan-ikan kontemporer), Sucipto (grafis), Sutrisno (kaligrafi), Risto (penari sintren dan lukis palet), Joni Jaya (potret realis), Indra Ninglistiyani (dunia lain-ratu peri), Mashuri (potret realis), Dyah Setyawati (Pengantin Perempuan kita), Subur (filosofi wayang), Suntoro (sepeda ontel dan gedung tua), A. Basyori (potret), Suripto Paing (potret dan kritik realis), S.Jono (Binatang di alam sekitar), Slamet , Suwitno (pemandangan), Muhammad, Toni Suhada, Taufik Rohadi (kaligrafi), Balchi (alam dan Surealis), Guntara (Bunga dan benda-benda), Masto, Rahardo (ralita alam), Dwi Harfa (boneka kontemporer), Mohamad Yusuf, Syafii (kaligrafi), Bandi , Suhadi AP, Syamsuri GK, Agus Riyanto (wayang purwa) , dan Jayanto (ikan-ikan).

Yang menarik dari kelompok perupa di Sanggar Putik’99 ini adalah keguyuban mereka melakukan pertemuan rutin yang dibiayai secara swadaya dengan materi acara melukis bareng, membahas karya terbaru dan diskusi wacana seni rupa Indonesia. Mereka juga menggagas keikutsertaan dalam pameran di luar kota, penyelenggaraan Pameran berkala, juga pameran sepanjang masa yang dilakukan di Galeri Sanggar Putik’99 binaan Dewan Kesenian Kabupaten Tegal di Samping Gedung Kesenian Rakyat Slawi.

Tidaklah gampang mengelola Galery di Sanggar Putik’99 yang hampir setiap hari puluhan pelukisnya melakukan produksi. Pasalnya dari ratusan karya mereka belum semua terserap menjadi konsumsi masyarakat Tegal dan Slawi. Namun demikian banyak pula dari karya-karya mereka yang telah dibeli para kolektor lokal dan nasional. Namun tetap saja kian hari karya mereka dalam bentuk seni lukis kian menumpuk dan tak kebagian tempat untuk dipajang di pamerkan di ruang galery.
Dari sisi produksi para pelukis Tegal dan Slawi cukup signifikan. Hanya saja perkembangan mereka tidak terbantukan dibidang pemasaran. Muculnya Even Organiser di Kota Tegal sebagaimana diprakarsai Erwin, dan Sakti Art Managemen di Slawi sebenarnya mulai menjawab kondisi perkembangan Seni Rupa di dua kota ini. Hanya saja yang patut disesalkan adalah kurangnya peran pemegang institusi dalam hal ini pemerintah dan pihak-pihak swasta yang semestinya ikut bersama memanfaatkan kemajuan ini sebagai penunjang keberhasilan baik dibidang pembangunan seni maupun pemanfaatannya sebagai barang dagang, atau seni pakai. Kita contohkan saja manakala seluruh gedung pemeintah di berbagai kota di wilayah Tegal-Slawi ini mau menyisihkan anggaran sosialnya dengan membeli karya seni lukis untuk menghias ruang dan penataan di berbagai sisi penunjang keindahan lainnya. Begitu juga Hotel, rumah makan, swalayan, Rumah sakit, dan dieler-dieler kendaraan, juga kantor perbangkan dan perusahaan swasta serta BUMN lainnya yang semestinya mampu mengakumudir potensi artistik dari karya-karya rupa pelukis Tegal-Slawi.

Bukankah banyak nilai-nilai luhur dari sebuah karya seni rupa, entah itu makna filosofi, mitos-mitos pencapaian, dan nilai-nilai keindahan lainnya yang diakui bakal menjajikan pencerahan dan kemenawanan yang terkandung didalamnya. Jadi jika Kantor-kantor pemerintah daerah benar-benar ingin mengangkat seniman perupanya sebagaimana mereka memperoleh pengakuan di wilayah keseniannya, bisa dengan memberikan proyek melukis potret tokoh-tokoh yang telah berjasa memimpin daerahnya. Atau Ada proyek melukis anggota DPRD setiap periodik. Begitu juga kantor-kantor lain di tingkat Dinas, UPTD, Camat dan kelurahan.


Di sisi lain para pengusaha, pebisnis dan pemilik kebijakan di perusahaan swasta juga BUMN dan perbankan pun memeiliki kesadaran humanis juga sosial dengan memanfaatkan potensi dari karya pelukis lokal untuk menunjang produknya. Kalau saja kesadaran ini didukung oleh pemilik kebijakan, tentu saja kemajuan perupa Tegal-Slawi pun akan kian pesat dan ini akan semakin terbaca di Tatar nasional bahkan Internasional sebagaimana karya pelukis lain di Kotanya masing-masing.


Bagaimana dengan Rumah sakit dan perkantoran pelayanan masyarakat lainnya. Tentu saja bentuk-bentuk karya seni lukis yang dihasilkan para perupa Tegal-Slawi mampu memberi banyak manfaat selain menambah keasrian, keindahan dan kenyamanan di area pelayanan yang disediakan, sebuah karya seni rupa juga diyakini akan menjadi obat penyembuh secara psihis selain dari obat yang diberikan para medis. Dan untuk tempat pelayanan lainnya dengan emmiliki karya seni rupa di ruang-ruang tertentu, akan memberikan suasana betah bagi yang tengah menunggu giliran sebagaimana pelayanan di Dokter praktek dan antrian menunggu layanan di kantor samsat, perbankkan, Stasiun Kereta, Pusat Layanan Gas Pertamina dan kantor-kantor lainnya.

Lalu bagaimana cara memperoleh lukisan atau karya seni rupa sebagai penunjang keindahan ruang dan tata asri kediaman dan kantor kita? Peran konsultan di Sakti Managemen atau even organiser seni yang ada akan memberi jalan untuk kebutuhan tersebut. Caranya jika memang hanya diperlukan untuk beberapa ruang saja bisa dilakukan dengan membeli sebagaimana para kolektor mengoleksi karya pelukis Tegal dan Slawi sebagai sarana keindahan, keyakinan, sekaligus investasi. Namun untuk rumah sakit dan kantor-kantor yang terdiri dari banyak ruang, tentunya dapat dilakukan dengan cara rental. Artinya setiap ruang di sebauh rumah sakit dan kantor-kantor besar bisa melakukan sewa pakai dengan perjanjian dibayar bulanan tau kontrak tahunan dengan perhantian karya sebulan sekali.


Keuntungan dari sistim sewa karya seni rupa untuk sarana penunjang keindahan dan penyembuhan selain memberi magnit baru dibidang pelayanan, apabila ada lukisan yang diminati pihak luar atau ada yang berniat membeli, pihak penyewa atau yang merentalkan memperoleh 20 persen dari harga penjualan. Bukankah ini sisi menarik bagi pihak pengelola bagian tata ruang sebagai pendapatan sambilan.


Ada beberapa petunjuk yang memberikan manfaat bagi para pebisnis dan pihak-pihak swasta yang berkeinginan mengoleksi karya seni rupa sebagai daya tarik bagi usahanya sekaligus investasi atas karya yang dimiliki. Sebagai contoh untuk lembaga perbankan, lukisan panen padi, panen ikan, panen udang, pesta panen teh, pesta giling dan sebagainya cocok sebagai magnet bisnis.

Adapun untuk pengusaha otomotif, lukisan ikan adalah pilihan terbaik selain ditilik dari Feng Sui, juga dari mitologi ikan yang dimaknai sumber rejeki.
Adapun untuk ruang-ruang di sarana penyehatan pasien dan kalangan medis bisa memilih rangkaian bunga, pemandangan alam, kaligrafi, dan binatang-binatang lucu seperti kucing, anjing, tupai, kelinci juga boneka-boneka dan buah-buahan. Sedang untuk para pebisnis muda, direktur, pengusaha, pejabat bersemangat, dan keluarga muda yang tepat mengoleksi lukisan kuda, harimau, singa, rajawali, dan lukisan abstrak yang bernuansa warna semangat.

Dunia senirupa di Tegal dan Slawi juga tak bisa melupakan karya seni rupa tradisionil sebagaimana yang tumbuh dan berkembang di daerah. Kita mengenal wayang kulit, wayang golek cepak, wayang papan, wayang kaca, dan bentuk ragam hias lainnya yang dapt dikoleksi sebagai penunjang keindhan di rumah, kantor dan ruang kerja kita. Meski era digital telah mewabah dalam modernitas alat-alat penunjang keindahan, namun seni lukis diyakini sampai kapanpuns ebagai benda terhormat yang bisa diwariskan pada generasi mendatang sebagaimana harta benda lainnya.

Perkembangan seni rupa di tegal dan Slawi juga tak melulu menghasilkan karya lukis. Banyak dianatar mereka para perupa Tegal dan slawi juga seorang desaigner, arsitektur konsultan, ahli interior dan exterior. Bahkan Dalag Wayang Suloso (ROSO) di Pasar Batang Brebes justru laris menjadi pembuat taman di rumah dan perkantoran sebagaimana pelukis Paing dan Suntoro di Slawi dan kota Tegal. Lalu akankah kita berdiam diri menyaksikan kemajuan perupa Tegal, Brebes dan Slawi, sementara kini puluhan karya mereka tengah menjadi bahan perbincangan di even pameran bertaraf nasional dan internasional “A(rt)SEM di Semarang hingga Pebruari 2011 nanti. Rasanya kita bisa dengan mudah menjawab kebutuhan kita tentang benda seni baik di galery maupun di rumah-rumah seni. Sebab kita juga tak mau ketinggalan dengan daerah lain yang tengah dilanda booming lukisan klasik, grafis, ekspresionis, abstrak, dan yang kontemporer atau kekinian misalnya. ***
*

Penulis adalah Pengamat Seni rupa, tinggal di Pangkah Slawi Kab. Tegal.

Komentar