BIOGRAFI DAKRI SANG PENEMU FOSIL PURBA SEMEDO bag.3

DAKRI DEWASA
Dakri disaat dewasa sangat menyukai cerita rakyat yang bersejarah. Cerita ini diperoleh dari kedua orang tuanya dan masyarakat di desanya. Diawali dengan Dongeng Gedung Kaloran “Mbesuk pada akhir rejaneng zaman, gedung kaloran bakal boyong ning semedo”. crita ini disari dari sejarah yang diceritakan bapak saya dan diakui oleh masyarakat semedo. Kisah ini beredar di tahun 70 an. Karena saya ingat tahun 77 saya berangkat kerja di jakarta sebagai tukang kayu. “Awit bocah bujang tanggung aku sudah pintar nukang. Meski tak dibelajari siapa pun . setelah bapak meninggal di tahun 75 saya menggantikan bapak berkerja sebagai tukang kayu.

Saya ingat dari Terminal tegal saya naik bus Kelapa Mas turunya di Lapangan banteng Jakarta. Saya ingin ikut bekerja di wilayah Sunter Hijau bersama saudara saya, tapi saya tak tau dimana tempatnya. Apalagi  pertama kali sendirian berada di tengah kota Jakarta, saya alhamdulillah sampai di jakarta yang menjadi kota tujuan. Namun saya kebingungan, ketika diturunkan di Lapangan banteng saya tak menemukan arah menuju jakarta. Hmpir semua kendaraan dari Lapangan Banteng menawarkan arah ke Tanjung Priuk, Cilincing, Blok M, Cililitan. Saya pusing kok tak ada kendaraan dari Lapang Banteng yang menawarkan ke Jakarta. Baru setelah saya gelandangan sehari semalam di sekitar pasar senen, aku berjalan-jalan mencari arah. Aku baru sadar kalau Jakarta luas sekali. Sebab di Senen ada tulisan Jakarta, saya berjalan ke selatan ke arah Rawa Gembrong sebelum cempaka putih. Di situ saya bertemu seseorang yang saling pandang denganku. Dia menghampiri aku meski tidak saling mengenal. Ia Dia bertanya tujuan perjalananku. Aku menjawab mau mencari saudara danteman-temanku yang ada di jakarta. Padahal di rawa Gembrong pun saat itu aku sudah berada di Jakarta. Aku ingat namanya Bapak Bohari asal Banjaran Adiwerna. Ia bos tukang perabotan rumah tangga dari jati yang berpengalaman. Akhirnya aku diajak kerja di rumahnya.

Saya ditanya punya ktp apa nggak. Saya jawab punya. Saya penduduk semedo kec. Kedungbanteng  Tegal. Ia membaca KTP saya dan kemudian mengajak saya mampir di rumahnya. Setelah bercerita tentang kakak saya Rasmani dan kawan-kawan saya. Pak Bohari menjanjikan akan mencari keberadaan kaka saya. Tapi ia kemudian menawari saaya bekerja di situ. Pak Bohari adalah Tukang kayu yang ulet. Ia membuat dan menjual sendiri hasil karyanya. Hampir setengah bulan aku bekerja di rumahnya. Setiap kali aku tanya dimana kakak saya berada, ia selalu menjanjikan kelak ketemu. Apalagi saat aku bercerita bahwa kak dan teman-temanku bekerja pada bos perabotan kayu mebel asal madura.

Suatu hari, persisnya di hari minggu. Di saat Pak Bohari tengah belanja kayu, saya beranikan diri untuk jalan-jalan sembari mencari informasi saudara saya yang sudah lama bekerja di jakarta. Saya ingat saat itu saya medang . saya memesan kopi di warteg Sumur Batu. Ketika tengah minum kopi, saya bicara sendiri  pedagang  warteg ”Saudara mirip orang warga Semedo yah? Kemudian dijawab; “Lah kamu sendiri orang mana kok atu saya dari semedo?” Sampeyan kue raine mirip karo wong semedo sing ana ning Desane nyong sing arane Rmun awit mbiyen ora tau balik. “Kalau mengerti aku asale semedo coba siapa saudara-saudaraku di semedo? kujawab:” di desa saya ada sing  arane  Sunyar dan ada lagi Tori yang kayaknya dimu. Ia kemudian membenarkan. Lalu bertanya kamu benar anak semedo asli. Lalu kamu ke Jakarta mau apa? Aku mau mencari kakak dan teman-temanku. Di mana kakamu itu, saya taunya bekerja ikut orng madur sebagai tukang kayu . Ya sudah mari kuantar mudah-mudahan ketemu apa yang kamu maksud. Kami kemudian berjalan diantar pedagang yang bernama Pak Darmad menuju ke arah Sunter lokasi pertukangan di Jembatan Dempet Sunter Hijau dekat Pabrik Honda. Ternyata kami kemudian menemukan keberadaan saudatra tertua sajya dan kawan-kawan saya yang tengah berkerja. Kami bertangisan karena kaka saya tak mengira kalau saya bnerani sendirian datang ke jakarta.
Sejak tahun 77 aku selalu berpenampilan menggnakan celan pendek. Celana panjang saya simpan dalam tas. Saya tidak senang menggunakan celana panjang.

Setelah bertemu dengan kakaku, saya kemudian menceritakan pada kaka bahwa saya sudah bekerja selama setengah bulan di tempat pak bosari dan saya diminta memilih untuk ikut kerja pada siapa. Saya kemudian memilih ikut kakak. Saya kemudian sampai tahun 82 awal saya bekerja bolak balik di jakarta dan berganti majikan tergantung teman. Namun yang saya ingat setiap saya bekerja di suatu tenpat saya meninggalkan kenangan berupa sebuah lukisan wayang yang dibuat di atas triplek dengan spidol warna. Itu saya lakukan setiap bekerja di tempat manapun. Ini menjadi ciri saya saat iseng dan istrirahat kerja.*** (NSYS)

Komentar