DAKRI DEWASA
Dakri disaat dewasa
sangat menyukai cerita rakyat yang bersejarah. Cerita ini diperoleh dari kedua
orang tuanya dan masyarakat di desanya. Diawali dengan Dongeng Gedung Kaloran
“Mbesuk pada akhir rejaneng zaman, gedung kaloran bakal boyong ning semedo”.
crita ini disari dari sejarah yang diceritakan bapak saya dan diakui oleh masyarakat
semedo. Kisah ini beredar di tahun 70 an. Karena saya ingat tahun 77 saya
berangkat kerja di jakarta sebagai tukang kayu. “Awit bocah bujang tanggung aku
sudah pintar nukang. Meski tak dibelajari siapa pun . setelah bapak meninggal
di tahun 75 saya menggantikan bapak berkerja sebagai tukang kayu.
Saya ingat dari
Terminal tegal saya naik bus Kelapa Mas turunya di Lapangan banteng Jakarta.
Saya ingin ikut bekerja di wilayah Sunter Hijau bersama saudara saya, tapi saya
tak tau dimana tempatnya. Apalagi pertama kali sendirian berada di tengah kota Jakarta,
saya alhamdulillah sampai di jakarta yang menjadi kota tujuan. Namun saya
kebingungan, ketika diturunkan di Lapangan banteng saya tak menemukan arah
menuju jakarta. Hmpir semua kendaraan dari Lapangan Banteng menawarkan arah ke Tanjung
Priuk, Cilincing, Blok M, Cililitan. Saya pusing kok tak ada kendaraan dari Lapang
Banteng yang menawarkan ke Jakarta. Baru setelah saya gelandangan sehari
semalam di sekitar pasar senen, aku berjalan-jalan mencari arah. Aku baru sadar
kalau Jakarta luas sekali. Sebab di Senen ada tulisan Jakarta, saya berjalan ke
selatan ke arah Rawa Gembrong sebelum cempaka putih. Di situ saya bertemu
seseorang yang saling pandang denganku. Dia menghampiri aku meski tidak saling
mengenal. Ia Dia bertanya tujuan perjalananku. Aku menjawab mau mencari saudara
danteman-temanku yang ada di jakarta. Padahal di rawa Gembrong pun saat itu aku
sudah berada di Jakarta. Aku ingat namanya Bapak Bohari asal Banjaran Adiwerna.
Ia bos tukang perabotan rumah tangga dari jati yang berpengalaman. Akhirnya aku
diajak kerja di rumahnya.
Saya ditanya punya ktp
apa nggak. Saya jawab punya. Saya penduduk semedo kec. Kedungbanteng Tegal. Ia membaca KTP saya dan kemudian
mengajak saya mampir di rumahnya. Setelah bercerita tentang kakak saya Rasmani
dan kawan-kawan saya. Pak Bohari menjanjikan akan mencari keberadaan kaka saya.
Tapi ia kemudian menawari saaya bekerja di situ. Pak Bohari adalah Tukang kayu
yang ulet. Ia membuat dan menjual sendiri hasil karyanya. Hampir setengah bulan
aku bekerja di rumahnya. Setiap kali aku tanya dimana kakak saya berada, ia
selalu menjanjikan kelak ketemu. Apalagi saat aku bercerita bahwa kak dan
teman-temanku bekerja pada bos perabotan kayu mebel asal madura.
Suatu hari, persisnya
di hari minggu. Di saat Pak Bohari tengah belanja kayu, saya beranikan diri
untuk jalan-jalan sembari mencari informasi saudara saya yang sudah lama
bekerja di jakarta. Saya ingat saat itu saya medang . saya memesan kopi di
warteg Sumur Batu. Ketika tengah minum kopi, saya bicara sendiri pedagang
warteg ”Saudara mirip orang warga Semedo yah? Kemudian dijawab; “Lah kamu
sendiri orang mana kok atu saya dari semedo?” Sampeyan kue raine mirip karo
wong semedo sing ana ning Desane nyong sing arane Rmun awit mbiyen ora tau
balik. “Kalau mengerti aku asale semedo coba siapa saudara-saudaraku di semedo?
kujawab:” di desa saya ada sing
arane Sunyar dan ada lagi Tori
yang kayaknya dimu. Ia kemudian membenarkan. Lalu bertanya kamu benar anak
semedo asli. Lalu kamu ke Jakarta mau apa? Aku mau mencari kakak dan
teman-temanku. Di mana kakamu itu, saya taunya bekerja ikut orng madur sebagai
tukang kayu . Ya sudah mari kuantar mudah-mudahan ketemu apa yang kamu maksud.
Kami kemudian berjalan diantar pedagang yang bernama Pak Darmad menuju ke arah
Sunter lokasi pertukangan di Jembatan Dempet Sunter Hijau dekat Pabrik Honda.
Ternyata kami kemudian menemukan keberadaan saudatra tertua sajya dan
kawan-kawan saya yang tengah berkerja. Kami bertangisan karena kaka saya tak
mengira kalau saya bnerani sendirian datang ke jakarta.
Sejak tahun 77 aku
selalu berpenampilan menggnakan celan pendek. Celana panjang saya simpan dalam
tas. Saya tidak senang menggunakan celana panjang.
Setelah bertemu dengan
kakaku, saya kemudian menceritakan pada kaka bahwa saya sudah bekerja selama
setengah bulan di tempat pak bosari dan saya diminta memilih untuk ikut kerja
pada siapa. Saya kemudian memilih ikut kakak. Saya kemudian sampai tahun 82
awal saya bekerja bolak balik di jakarta dan berganti majikan tergantung teman.
Namun yang saya ingat setiap saya bekerja di suatu tenpat saya meninggalkan
kenangan berupa sebuah lukisan wayang yang dibuat di atas triplek dengan spidol
warna. Itu saya lakukan setiap bekerja di tempat manapun. Ini menjadi ciri saya
saat iseng dan istrirahat kerja.*** (NSYS)
Komentar