NUROCHMAN SUDIBYO USULKAN HARI TARLING SEDUNIA UNTUK MENGENANG WA SUGRA PENCIPTA TARLING ASAL INDRAMAYU

Meski kurang publikasi, terkesan dadakan, dan tanpa sponsor, Selasa 14 September kemarin Dewan Kesenian Indramayu berhasil selenggarakan Malam Sarasehan Budaya. Kegiatan yang dipanitiai Komite Seni Tradisional dengan penanggungjawab Sihabudin dan Wergul ini, mengangkat Tema Mengenang "Wa Sugra" Tokoh Pencipta Tarling asal Kepandean Indramayu.

Gedung kesenian Wisma Dharma atau Panti Budaya malam itu memang tak seperti biasanya. Diatas panggung yang ditata gaya tahun 70-an. Terpampang setting Group Tarling Kidang Kencana. Diantara suramnya lampu, hadir ketua DKI- Adung Abdulgani, Drs. Umar Budi Karyadi kepala Dinas Parbud, H. Taufiq Hidayat Ketua DPRD Indramayu, sederet seniman, budayawan dan pemerhati seni dari Indramayu dan Cirebon. Serta Seniman Tarling Klasik Indramayu yang malam itu bakal menggelar lakon "Saedah -Saenih".

Lewat sambutannya Adung Abdulgani keluhkan banyaknya potensi seni budaya di Kabupaten Indramayu. Khususnya banyak tokoh seni yang telah berjasa serta telah meninggal dunia, kurang mendapatkan penghargaan secara layak. utamanya pada kesenian tradisi . Ia berharap dengan upaya menghidupkan kembai seni tarling klasik dan mengenang Wa Sugra sebagai penemu dan penciptanya, bakal terdorong penghargaan pada karya seni tarling klasik dan modern di masyarakat.

Kadisbudpar Drs Umar Budi Karyadi pun merasa bangga atas inisiatif Dewan Kesenian Indramayu yang berniat menggugah kembali keberadaan Tarling Klasik. Sebab pengalamannya tinggal dan berkeluarga di Indramayu telah memposisikannya sebagai orang yang dekat dengan para seniman baik secara pribadi maupun karyanya. erinduan banyaknya pentas Tarling di masyarakat selain lagu dangdut tarling juga terdapat drama musikal tarling, diyakini bakal semakin menghidupkan keberadaan seni tradisional yang kelak membentuk kultur masyarakat bermental baik.

Apresiasi Seni Musik Tarling Kidang Kencana dalam Lakon "Saedah-Saeni" pun mendapat apresiasi yang meriah dari penonton. Meski terkesan kaku karena penyutradaraan yang kurang cermat pertunjukan yang disajikan 1,5 jam itu dapat tertolong oleh munculnya duet Sinden Kondang Mimie Dadang Darniah dengan Kang Sunarto Marta Atmaja Seniman Tarling asal Cirebon. Penampilan mereka yang nampak energik di usia tua justru mengingatkan kita kemunculan suara mereka saat duet di RRI Cirebon tahun 70 an. Hampir seluruh masyarakat Cirebon dan sekitarnya saat itu mengenal lakon "Gandrung Kapilayu" atau Kang Ato Ayame Ilang.

Saresehan malam itu berlanjut dengan diskusi yang dipaparkan oleh pembicara Nurochman Sudibyo YS. Sastrawan Penggurit sastra Basa Jawa dialek Indramayu dan Dalang Pentas Kiseran Wayang Multimedia yang malam itu mengusulkan ditetukannya Hari Tarling Sedunia. Menurut Nurochman alias Ki Tapa Kelana ini dikarenakan Lagu Tarling Dermayonan telah menjadi konsumsi se hari-hari telinga masyarakat nasional dan yang ada di beberapa negara seperti Saudi Arabia, Jepang, Korea, Amerika, Singapura , Malaysia, Thailan dan Australia. Lagu klasik tarling dermayonan menurut Nurochman memiliki kekuatan sebagaimana lagu jazz  yang mempengaruhi kepandaian seseorang jika diperdengarkan sejak anak-anak. Lagu Tarling klasik dan modern yang dikenal dengan dangdut tarling atau tarling dangdut menurutnya terproduksi sedemikian banyak dari seniman Indramayu dan Cirebon. namun belum ada penghargaan dari pemerintah pusat, propinsi dan daerah setempat. Kalaupun dapat hidup senimannya memperoleh hasil dari tanggapan bukan dari karya ciptanya.

Sementara itu Kang Sunarto Marta Atmaja menegaskan dalam paparannyabahwa Trling itu berasal dari Indramayu. "Saya saksi hidupnya. Sudah 2 kai saya bertemu Wa Sugra. Ialah yang menemukan irama taling dari gitar belanda yang dibetulkan Pak Talam ayahnya Wa Sugra. Karena gitar tak diambil ambil dan Belanda telah kembali ke negerinya, Alat tersebut kemudian ditiru dan digunakan oleh Sugra sebagai alat musik pengganti suara gamelan yang ada di Indramayu-Cirebon. Dari situ kemudian kesenian teng dung berproses. dan berikutnya berkembang setelah dikembangkan oleh Ki Jayana, yang hingga meninggalnya setia pada gurunya Wa Sugra dan Tarling. Jadi singkat saja Tarling itu ciptaan wa Sugra dari Indramayu."
Lain lagi dengan Supali Kasim MPd. kepala sekolah di kecamatan Pasekan yang juga pemerhati seni budaya yang gemar melakukan penelitian secara independen. Malam itu Supali membeberkan kronologis terciptanya Tarling hingga pada pembabakan tahun dan perkembangannya sampai kini. Ia membuktikan keberhasilan Wa Sugra dalam memperjuangkan seni Tarling dengan mengundang anak dan cucunya di forum tersebut.

Usai diskusi yang menyedot waktu hingga larut malam bahkan menjelang pagi H. Tofiq Hidayat, ketua DPRD Indramayu periode 2014-2019 menegaskan kehadrannya karena sangat apresiatif terhadap kinerja Dewan Kesenian dan keinginannya lebih dekat dengan para seniman Indramayu. Ia pun berjanji akan mengusahakan peningkatan anggaran serta mekanisme birokrasinya untuk peningkatan seni budaya di Indramayu. H. Taufiq janji akan terus hadir dalam berbagai even kesenian yang digagas DKI asalkan waktunya tak berbenturan dengan kegiatan DPRD. Pengunjung saresehan malam itu pun kemudian berhamburan bubar meski telah pukul setengah dua pagi. Termasuk 15 Nok Nang Dermayu yang merasa bangga menyaksikan apresiasi seni dan mendengar bahwa kota yang dicintainya memiliki banyak seni budaya yang asli Indramayu termasuk Tarling Klasik dan perkembangannya.***

Komentar