Bagi publik kesenian Indramayu mengenal seniman kembar, pasti menyebut Rokhman dan Rokhim. Dua bersaudara ini sejak tahun 1984 sudah aktif menari di Pendopo Indramayu. Kala itu menjadi pendukung pagelaran Sendratari “Babad Dermayu” merupakan kebanggaan tersendiri. Selain dapat ikut serta mengabdikan diri pada daerahnya, bergaul dengan seniman tari Kebanggan Indramayu Nyi Sidem Permatasari dari Sanggar Mulyabakti Tambi sungguh merupakan prestasi.Itulh sebabnya hingga kini Kembar selalu memposisikan dirinya sebagai Tanu Jaya dan Tanu Jiwa adik dari Tokoh Wiralodra.
Berpuluh tahun pasangan Kembar Rokhman Rokhim memilih profesi sebagai
penari dan untuk tekadnya itu ia tak
segan mengeduk ilmu dari berbagai teman satu daerah bahkan keluar kota.
Cita-citanya satu ia ingin mengajarkan berbagai jenis tari Nusantara di Kota
Kelahirannya Indramayu. Harapannya ternyata terkabul, disamping didorong pula
oleh adiknya yang telah lulus dari IKJ jurusan tari, justru semakin memperkaya
pengetahuan tari dan gagasannya.
Setelah bertahun menggeluti pelatihan tari pada anak-anak usia SD, SMP dan
SLTA, Kembar punh dikenal mampu menangani kebutuhan upacara adat Indramayu.
Untuk itu ia melibatkan berbagai unsur potensi Indramayu. Kebanyakan dari
permintaan masyarakat Indramayu sendiri meminta Kembar untuk menyajikan upacara
adat pernikahan dan khitanan gaya Indramayu. Untuk persembahan tersebut ia
memberikan spesialisasi pada jenis tarian pembuka dan kidungan ala dermayonan serta
musik berirama seruling di pesta adatnya.
Keinginan pelatih tari yang Kembar
pun terlaksana untuk ikut ambil bagian di Event 8 Tahunan World Dance Day, di Solo
24 Jam Menari yang dikenal dengan Perayaan 29 Aprilan. Setelah melakukan
persiapan selama 6 bulan latihan khususnya bagi anak-anak SLB Negeri 2
Indramayu. Sedangkan anak-anak sanggar melakukan latihan selama 2 bulan.
Pelatihan ditangani langsung oleh Rokhman dan Rokhim gedung Kesenian Panti
Budaya.
“Dancing Out Loud” Suara
Tubuh Membuka Hati adalah tema even Hari Tari Sedunia
yang ia tuju sebagai bentuk eksistensinya yampil di luar kota untuk menunjukkan
kemampuan diri dan siswa-siswi binaannya. Pelatih Sanggar Melati Ayu
Indramayu ini pun kemudian berpartisipasi memperingati Hari Tari Dunia Tgl
29 April 20014 di ISI Solo. Keinginan ini sebenarnya
sudah terbetik sejak tahun
2012, karena secara pribadi keduanya pernah mengikuti
kegiatan yang sama, sayangnya hanya menjadi duta Jawa Barat. Yang terdiri dari
beberapa sanggar tari di Jawa Barat. Tahun kini
mengingat agenda rutin tersebut Kembar memberanikan diri mengajukan sanggarnya sendiri
atas nama Kabupaten Indramayu, dengan biaya swadaya dan support dari Dispora
Budpar.
Di Solo pada Hari
Tari Sedunia, lebih dari 300 sanggar tari di Indonesia. Jumlah penari lebih
dari 3500. Selain dari Indonesia terdapat peserta dari beberapa Negara lain
seperti Singapura, Malaysia , jepang dan Eropa.Sedang jumlah peserta dari SanggarvMelati Ayu Indramayu, Jumlah peserta yang
dikutsertakan dari siswi SLB sejumlah 4 orang: diantaranya; Putri, Novi, Ade
Ari, dan Sekar Wangi. Guru Pembimbingnya Pa Mulyani dan Bu Lely.denga
penanggungjawab Kepala Sekolah Ibu Dewi. Adapun Jumlah peserta dari
anggota sanggar 7 orang yang terdiri dari ; Dila, Restri/Ecih, indri, Qeisyah, Meidinar,
Okki, Mutiara Sari.
Dalam pengakuannya dua
bersaudara kembar ini pernah aktif menjadi pengurus Dewan Kesenian Indramayu.
Periode Supali, dan Ivan Alvian dan Syayidin sebagai penanggungjawab di Komite
Seni Tari. Pengalaman berorganisasi menurutnya menjadi pengalaman
yang dapat memperkaya dedikasinya pada masyarakat. Hal itu pernah juga
dilakukannya pada PMI, dan Komunitas Filateli Indramayu.
Cikal bakal Sanggar
Melati Ayu yang dipimpin kembar, sudah dirintis sejak tahun 90 an.
Namun dipatenkan
secara lebih serius Mulai tahun 2006. “kami
memfokuskan pelatihan dan pembinaan pada siswa sidik baik yang berada
di tingkat pendidikan dasar maupun menengah.
Ketertarikan
pembinaan seni tari juga pada anak-anak SLB yang dibina secara khusus
di sekolah.
Hal ini merupakan tatangan baginya. Karena menghadapi siswa spesial seperti itu memerlukan perhatian khusus dan kesabaran.
Meski demikian hasilnya lumayan dapat acungan jempol.
Anak-anak sanggar
binaan Melati Ayu,
kerap kali mengikuti kegiatan lomba di berbagai daerah baik di tingkat
kabuaten, wilayah 3 dan tingkat profinsi jawa barat. Untuk
lomba di tingkat daerah kabuoaten dan wilayah 3 Cirebon kami sering berhasil
merebut juara pertama dan kedua. Sedang di tingkat Jawa Barat kami baru dapat
berpartisipasi saja.
Sebelum ke Solo dua
pelatih di Sanggar Melati Ayu ini pada tanggal 22 Februari menggelar SWARNA
KHATULISTIWA dengan meriah menampilkan 60 penari, tari-tari
yang ditampilkannya berupa tari daerah senusantara.
Semu khasil binaannya tersebut digelar
di Gedung Universitas Wiralodra. Dihadiri bintang
tamu dari 3 propinsi. Jakarta, Jawa Barat dan DIY ISI
Yogya.
Dalam pengakuannya Kembar mempunyai pengalaman suka dan duka. Suka dukanya mereka dalam melakukan
pembinaan di sanggar, adalah ketika menghadapi lomba. Setiap
lomba kami tidak pernah menargetkan menjadi juara , namun hasilnya selalu saja
memperoleh kejuaraan. Adapun dana yang diperoleh Ya secara swadaya dari orang
tua anak-anak yang mereka latih.
Adapun Dukanya adalah karena merasa susah mencari bantuan dana. Dana bagi kami yang dimaksud
adalah dari dukungan pemerintah atau sponsor yang mau bekerja
sama. Selain itu jadwal latihan kami berbenturan dengan mereka yang disekolahnya diwajibkan
sekolah madrasah. Kelak harapannya dimasa datang ada perhatian besar dari sponsor dan bantuan
dari pemerintah untuk membanguns anggar sendiri agar tidak nebeng di
gedung orang lain.
Hingga kini sudah lebih
dari 300 penari dicetak di Melati Ayu.
Tapi kini yang aktif hanya 49 anggota.
Hal ini karena terkedala karena
kebanyakan masih usia SD dan SMP. Mereka pun banyak memilih kursus
pelajaran lain seperti matematika dan pelajaran
lainnya. Dan Bagi anak SD karena latihannya sore hari,
sedang di sekolah diwajibkan madrasahakhirnya banyak
yang nggak bisa mengikuti latihan tari. (Rofi)
Komentar