Dartim Yudha adalah perupa asal Desa Bogor
Kec. Anjatan Indramayu. Ia memiliki hobi mengoleksi uang lama. Dan di
Indonesia ia juga dikenal sebagai kolektor uwang ‘kuna’. Koleksinya
bisa dikatakan sangat lengkap dan berlebih. Utamanya berbagai macam uang lama yang pernah beredar di bumi Indonesia. Berkat ketekunan dan kesabarannya menekuni hobi tersebut, Dartim mengaku
memiliki tiga karung uwang blendong dari berbagai tahun, dan era pemerintahan manakala uang tersebut
beredar. Koleksi Dartin Yudha dimulai
dari uang blending yang terbit sekitar abad XVIII-an. Selain berupa
uwang logam, bertumpuk koleksi uwang kertas pun ia koleksi dengan baik karena masuk kategori kategori uwang lama yang
banyak dicari para kolektor.
Hobi yang ditekuninya semenjak kecil ini
ternyata tidak saja menguntungkan di bursa perdagangan uwang lama di Indonesia.
Basicnya sebagai Perupa lulusan LPKJ (kini IKJ), menumbuhkan inspirasi
baru untuk rencana pameran “Lukisan di
atas uang”. Pameran yang direncanakan bakal digelar sekitar bulan Maret 2011
nanti, melibatkan banyak perupa Indramayu. Sementara media uangnya dibuat
sedemikian rupa oleh Dartim Yudha, sebagai pengganti kanvas. “Saya pemilik ide
dan gagasannya, adapun yang melukis selain saya siapa saja yang komitmen ikut
serta di even pameranmelukis di atas uang nantiya.
Secara gagasan Dartim telah merencanakan pameran karyanya sejak tiga
tahun lalu. Ia yakin karya-karyanya dapat memberikan wacana baru di
dunia seni rupa. “Saya berkarya bukan untuk dijual. Akan tetapi bisa ditonton
oleh orang lain.
Daya Kejut.
“Kecring duit, kecopok iwak pupu kewiak.
Karya yang ingn dipamerkan Dartim Yudha menurutnya memiliki daya kejut
sebagaimana “Kencring duit” (manakala ada duit catuh dan berbunyi kencring,
pasti semua mata yang melihat akan menengok. Begitu juga manakala ada “kecopok iwak” gelepar ikan di atas kolam
atau sungai dan ada “pupu kewiak” (ada paha wanita yang tersingkap angin)
hampir semua mata orang yang memandang menunjukkan keterkejutannya. Daya kejut
inilah yang ingin ditangkap Dartim untuk pameran lukisan di atas uang dan
lukisan krayon-nya. Dartim merasa yakin
Tahun 2011 akan memberikan hoky tersendiri dalam kiprah berkeseniannya
sebagaimana seniman-seniman Indramayu lainnya.
Untuk itu pula Dartim meminta Ely Topeng (sebutan cucu maestro topeng
Pekandangan Mimie Rasinah). Sebagai bentuk pembersihan nilai-nilai yang
terkandung pada uang yang akan dipamerkannya itu, Dartim pun melakukan ritual
Uwang Blendong di Sanggar dengan bantuan nayaga binaan orangtua Ely, Ade Topeng
(suami Ely) dan Dalang Tutur Nurochman Sudibyo. Ritual yang dilaksanakan pada
tanggal 19 Desember lalu itu berlangsung dengan hidmat. Hanya sedikit kalangan
seniman dan pemerhati budaya yang bisa menyaksikan. Dan Teman-teman Ely dari
Bandunglah yang secara kebtulan menyaksikannya.
Sore itu satu karung wang blendong dari berbagai jenis dan tahun
pembuatan digelar diatas kain hitam. Oleh Ade Topeng ditaburi bung sesaji dan
s6 jenis topeng pusaka Mimie Rasinah pun dicuci sebelum digunakan untuk ruatan.
Setelah permohonan dilakukan Dartim pada Ely yang bakal menarikan 2 tarian
ritual Panji dan Kelana, berlanjut dengan kidung suluk ritual karuhun dilakukan
oleh Dalang Tutur Nurochman Sudibyo. Selanjutnya dengan serentak Ely pun
menarikan dua jenis tari topeng yang pernah diajarkan Sang Maestro penari topeng
Pekandanagn mimie rasinah. Berikutnya uang yang diin jak-injak tersbut
dikumpulkan kembali sebagai sarana uwang kuna yang akan dipamerkan.
Dartim menjelaskan niatnya menyelenggarakanritual wang blenong ini karena uwang yang dimilikinya menyimpan
sejarah panjang dan kekejian manusia di jaman uang teredar, sehingga
dimungkinkan uang itu memiliki sejarah buram. Untuk itu uang milik Dartim diruat dahulu sebelum
kemudian dipamerkan dalam bentuk lukisan karya para perupa. *** (NOORS)
Komentar