CATATAN PERJALAN KE SANGGAR SENI BUDAYA PURWA KENCANA TARI TOPENG LOSARI

Selepas Isya sampai sudah di halaman Sanggar Tari Topeng Losari. Rumah Ibu Sawitri masih seperti dulu ketika pertama kali aku menjenguk Ibu Sawitri yang tengah sakit. Seingatku saat itu sekitar tahun 1996-an. Seperti juga malam itu. Aku disambut hangat oleh Yayu Ning (Taningsih) putri angkat Ibu Suwitri yang juga cucu keponakan Ibu Suwitri dari Kakak laki-lakinya. Suami Taningsih bernama Deni atau Mas Deni. Dialah yang kemudian membuka sedikit sejarah berdirinya Sanggar Tari Topeng Losari.


Menurut Deni ia posisinya hanya seorang menantu. Namun dari obrolan keluarganya sedikitnya ia hafal siapa sebenarnya perintis Sanggar Tari Topeng Losari yang berada di Desa Astana Langgar Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon. Menurut sejarahnya di jaman dahulu Desa Losari memiliki dalang wayang Kulit yang kondang bernama Ki Sumitra. Dalang Sumitra selain piawai dalam melakonkan cerita wayang kulit, ia juga pandai menabuh gamelan dan menari Topeng. Mungkin saja pengetahuannya menari itu mewarisi ilmu orangtuanya atau nenek moyangnya.

Dalang wayang kulit Ki Sumitra memperistri Ibu Jaetun wanita keturunan seniman dan pemilik sanggar di Gebang Namun Ibu Jaetun tidak bisa menari topeng. Setelah menikah Ibu Jaetun dan gamelan Topengnya dibawa ke Losari, untuk kemudian memperbesar sanggar mereka. Karena selain memiliki grip Kesenian Wayang Kulit, di era tahun 1940-an masyaralat Pantura sekitar Cirebon memiliki tradisi setiap ada hajat kawinan dan khitanan pasti nanggap hiburan wayang dan topeng. Siangnya digelar pementasan Tari Topeng dan malam harinya dilanjut pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

Ki dalang Sumitra dan Ibu Jaetun dikaruniai 11 putra. Anak-anak mereka dididik menjadi seniman-seniman yang handal. Ada yang menjadi dalang wayang kulit, sinden, nayaga dan penari topeng. Hampir semua putra dan putrinya memiliki keahlian menabuh gamelan. Utamanya laras iringan tari topeng Losari. Diantaranya anaknya itu ada; Sukanta (dalang wayang kulit), Dewi (penari topeng), Punjul (dalang wayang kulit), Sinom (sinden), Kocap (dalang wayang kulit), Kacip (dalang wayang kulit), Sawitri (penari Topeng), Rasminah (sinden), Nurwening (sinden), Nurwenir (sinden), Tarsiah (sinden).

Menurut Mas Deni, Tari topeng Losari itu berbeda dengan Tari Topeng dari daerah lainnya. "Saya sendiri tak mengerti mengapa memiliki pembeda seperti itu. Perbedaannya pada tari topeng Losari si penari membelakangi penonton dan menghadap ke nayaga atau pengrawit. Jadi kalau penonton mau jelas menyaksikan tariannya, ya harus berada dibelakang nayaga posisi duduknya. Tapi itu kayaknya dulu. Sekarang sih Nani selaku pelanjut generasi Ibu Dewi dan Ibu Sawitri sudah bisa mengikuti selera penonton," ujar deni lagi.

Dijelskan oleh Deni pula bahwa Nani Topeng adalah pelanjut generasi penerus Kesenian Topeng Losari setelah Kejayaan Ibu Sawitri di era 90-an. Nani itu cucu dari Ibu Dewi salah satu Putri Ki Dalang Sumitra erintis pertama Sanggar Tari Topeng Losari. Ibu Dewi itu Kakak nya ibu Sawitri.

“Jadi dulu sebelum tenarnya Ibu Sawitri, kejayan Tari Topeng Losari diangkat awalmya oleh Ibu Dewi. Kemana pun ibu dewi pentas, Ibu Sawitri selalu mendampingi. Ketenaran Ibu Dewi tidak hanya menari di desa dan daerah sekitar Cirebon saja. Ia juga menari dari kota ke Kota lainnya. Setelah Ibu dewi wafat, Ibu Suwitri kemudian melanjutkan keberadaan sanggar tari Topeng Losari. Waktu itu sekitar tahun 70 an Suwitri membangkitkan seluruh keluarganya untuk kembali eksis setelah terjadinya peristiwa GESTAPU yang membuat berbagai kesenian di daerah mandeg, dan mengalami kematian kretifitas. Peristiwa itu berkisar tahun 60-an," demikian diceritrakan oleh Mutara anak pertama dalang Punjul, cucu dari Dalang Sumitra yang malam itu ikut memberi penjelasan.

Sebagai pewaris kesenian dari Kakek Buyutnya, Mutara memang sempat mogok belajar seni karwitan, nari topeng dan wayang. Persoalannya karena menjadi seniman tidaklah menjanjikan secara ekonomi. Itulah sebabnya cucu Ki Dalang Sumitra tak ada yang menjadi dalang wayang kulit. "Saya sih mengerti dan bisa berceritra tentang lakon apa saja. Tapi belum diajarkan Suluk, oleh Ayah saya Ki Dalang Punjul, beliau sudah wafat duluan. Untung Ibu Suwitri orangnya nekad. Ia memberi semangat dan memiliki disiplin tinggi untuk mencapai cita-citanya. Itulah yang menyebabkan sanggar Tari Topeng ini kemudian bisa eksis dan terus bermanfaat bagi anak-anak sekitar Losari juga bagi tamu-tamu yang datang dari luar kota. Saya dan saudara-sodara saya digembleng oleh Ibu Suwitri menabuh gamelan dan menari. Dan sepengetahuan saya hampir semua keturunan Dalang Ki Sumitra setelah mendengar gamelan, akan bisa menbuh dan menari. Tapi kalu mereka berminat mau mempelajarinya. Saya yakin jika orang lain memerlukan waktu 3-5 bulan, anak cucu kami hanya perlu waktu satu bulan saja, untuk bisa menabuh gamelan dan menari Topeng," Jelas Mutara berapi-api yang kini selain menabuh gamelan ia juga bertindak sebagai pelawak dalam lakon Tari Topeng Losari.

Saya malam ini tak bertemu Nani Topeng dan Iing Sayuti yang berencana besok siang ikut menggelar performent art denganku dalam lakon " Dewi Nawangwulan". Kehadiranku di Losari Selain untuk mengumpulkan data sebagi kelengkapn saya dalam meneusuri "Jejak Topeng Majapahit menebar ke seantero Jawa,Madura, Bali hingga nuswantara, dan ke Mancanegara". Bagi sahabat-sahabat pencinta seni budaya. Jika anda berkenan, dipersilahkan menyaksikan Kegiatan Sanggar Tari Topeng Losari yang ada di Desa Astana Langgar Kec. Losari Kabupaten Cirebon. Silaturahmi Budaya itu akan dilaksanakan Besok Hari Kamis 19 September 2013, pukul 13.30 di halaman sanggar Tari Topeng Losari.Kegiatan ini hasil kerjasama Dewandaru Otnair Japan Dance dan Sanggar Seni Budaya Purwa Kencana Topeng Losari Cirebon. Jangan lupa hadir ya selain ada agenda tari Topeng garapan Nani Topeng akan digelar pula kolaborasi Iing Sayuti dan Suluk Kiseran Ki Tapa Kelana. Salam Budaya. Yu Bareng memperjuangkan Seni Budaya Bangsa kita sebagai kekuatn besar negeri ini.
Esok harinya aku dikenalkan oleh Nani beberapa tamu yang hadir di sanggranya. Ada Firman penari dan koreografer energik asal Kota Cirebon bersama rekan putrinya sesama mahasiswi ISI Solo; Gress. Hadir pua lima orang dari Perusahaan PT Pelni Jakrta yang bermaksud menyalurkan bantuan bangkit dan pembenaha Sanggar Tari Topeng Losari, Para pemerhati Seni tari dari Kota Cirebon dan Kabupaten, Serta Tamu istimewa yang dipimpin oleh Mas Riyanto pimpinan Dewandaru Outair  bersama istri dan kawan-kawan penari asal Tokyo Jepang.
Yang menjadi kebanggaan Nani pada hari itu, selain sanggar yang pernah dihidupkan neneknya Ibu Dewi dan Ibu Sawitri di 3 dasawarsa lalu, dan kini menjadi tanggungjawabnya untuk kembali memimpin Sanggar yang legendaris tersebut. "Hari ini adalah Ultah Mbak Klara istri Mas Riyanto. Mereka kawan baik saya sewaktu di ISI dan yang ikut membesarkan saya sebagai pelanjut generasi Topeng Losari. Kegiatan hari ini selain menampilkan pentas akbar Kekhasan Tari Topeng Losari juga ada sumbangan pentas Kolaborasi Iing Sayuti dengan Ki Tapa Kelana yang menari Kontemporer di tengah adegan nanti. Berikutnya juga ada pementasan anak-anak binaan sanggarku," ujar Nani.
Yang membuat nani menjadi agak grogi setelah ia dibel pihak Porabudpar  Kabupaten Cirebon dan Kota yang akan hadir di hari itu bersama rombongan Sultan Arif Cakradiningrat didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Cirebon Bapak Drs. Made Casta, M. Hum . 
"Ini kan suprais banget buat aku dan mas Riyanto. Aku nggak gundang siapapun wong ini acara kecilan saja. Tapi aku berterima kasih pada facebook, yang berbuah hadirya banyak pejabat desa, kecamatan dan kabupaten juga kota bahkan dari kota tetangga seperti Bandung, Indramayu dan Kuningan. 
Terima kasih untuk wartawan media cetak dan televisi. Ada Pikiran Rakyat, Kabar Cerbon, Fajar Cirebon, Radar Cirebon, Tempo, Kompas,dan TV lokal serta nasional. Pokoknya Nani mengucapkan banyak terimakasih atas kunjungan dan kerjasama juga supornya," ujarnya sembari berlinang airmata. Hari itu dari siang sampai Sore Nani dan seabreg pendukungnya mempergelarkan pertunjukan yang meghibur ratusan masyarakat Astana Langgar Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon. Tarian khas Topeng Losari memang sangat terbuka untuk terus dikupas kekhasannya. Unsur khayang, traend dan kekuatan keseimbangan kaki serta telapak kaki yang diperlihatkan tinggi-tinggi menyimpan misteri yang harus diungkap tak sekedar bermakana keseimbangan diri dan alam, kekuatan rakyat dan gejolak spiritual seniman di sentra kecil kebudayaan rakyat Indonesia.*** Noors.









 
*** Noors

Komentar