1. Batik motif “
kembang suket” motif ini memang unik, rumit dan dibuat
dengan proses yang lama. Untuk itu nilainya pun sangat tinggi. Apalagi
jika ditilik dari makna filosofisnya “Kembang Suket” artinya jadilah
bunga yang indah di suatu pagi hingga siang dimana embun yang menempel
disana memberi kesejukkan sampai kemudian menghilang diterpa matah
ari
siang. Jadilah kembang yang asri meski lahir dari kalangan rakyat
jelata.(kaum rumputan) disebut kaum bawah. Meskipun rakyat jelata harus
mampu belajar dan berusaha memiliki magnit. Untuk itu fikiran dan
kepercayaan dirinya harus berkembang agar menjadi masyarakat yang
berguna dan berdaya guna (-memiliki magnet) serta menarik perhatian
orang lain dan dicintai tentunya. Membaca makna filosofis ini tentu saja
bagi yang memakai kain ini akan terpengaruh oleh kedahsyatan nuansa
filosofis di kedalaman motif tersebut. Oleh karenanya bagi yang
menggenakan kain ini untuk dipadu dengan kebaya, rok dan pakaian lelaki
pun membawa mawa. Atau pengaruh possitif agar tampak cantik, gagah,
berwibawa dan terpandangs erta dicintai orang lain.
2. “Ganggeng Mina” Ganggeng tanaman yang tumbuh di dasar laut, muara
dan sungai di dekat muara. Mina adalah dunia ikan atau jagat ikan.
Ganggeng mina dimaknai sebagai filosofi; jadilah tumbuhan yang disukai
ikan-ikan dan menjadi tempat bertelur serta berkembangbiaknya ikan-ikan
laut. Melihat makna ini ganggeng mina bisa
diartikan sebuah wilayah yang nyaman untuk kehidupan biota laut yang
kelak menjadi sumber kemakmuran masyarakat bhahari atau nelayan. Dengan
bukti ini Kita melihat betapa Orang Indramayu di jaman dahulu meskipun
bukan sarjana atau ahli seni, ia memiliki pandangan yang sebegitu
dalam.. Mungkin saja hal itu karena prihatinnya si pencipta motif,
sehingga saat membuat nama saja memiliki kekuatan nilai-nilai filosofi
yang tinggi. Siapapun yang memiliki batik bercorak kembang dan hias
biota laut ini dipastikan akan memberi kebahagiaan bagi si pemakainya.
Jika ia seorang ibu, maka ia akan menjadi sosok ibu yang subur dan
penuh cinta sedangkan jika dipakai laki-laki maka ia akan menjadi sosok
pengayom keluarga dan di masyarakatnya. Karena ganggeng mina mengajarkan
penyelamatan generasi. Penyelamatan kehidupan di masa depan.
Benar-benar futuristik. Pencipta nama batik ini.

3.
Motif “Kembang randu”. Pohon randu di tahun 90-an kebelakang masih
banyak ditanam orang di sekitar pesawahan dan batas-batas pekarangan
kita. Nasib pohon randu saat ini sama kondisinya dengan pohon bendara
atau petai cina. Jika Bendara diburu kayunya yang kuat untuk bahan
gagang pacul dan garunya weluku. Kini bendara mendapat tanaman
penggantinya lamtoro (proyek), sedang buah petenya dijadikan lalaban dan
yang tua untuk campuran masakan oreg tempe. Namun Pohon randu menjadi
sirna dan tidak lagi ditanam orang karena kita mengenal pohon ini selalu
berkaitan dengan kematian. Lihat saja buah kapuknya yang dulu jadi isi
kasur dan bantal sekarang sudah tergantikan kapuk sintesis. Batangnya
yang mudah rapuh menjadi tatabannya orang mati. Pendeknya kayu randu
meskipun bisa jadi papan tak lepas dari makna kematian. Namun demikian
kembangnya yang putih kekuning-kuningan menjadi bunga yang disukai
anak-anak dijaman dulu. Terutama ketika anak-anak bermain
dagang-dangangan, jika diberi air kembang ini bisa berubah seperti
pindang sontong. Kembang randu dimaknai sebagai kebang pengharapan untuk
teman dalam kematian. Orang dulu memberi ajaran agar kita selalu ingat
dan siap untuk mati. Kalau dijaman sekarang mana ada orang mau disuruh
siap-siap mati.
Komentar