MAKNA FILOSOFIS dan NILAI-NILAI HEROIK PADA SENI DAN MOTIF BATIK INDONESIA Oleh : NUROCHMAN SUDIBYO YS.

Sejarah Kain Sandang
Perkembangan seni membatik di Indonesia telah berlangsung selama beratus tahun. Seni membatik lahir setelah bangsa yang ada di dunia ini membutuhkan kain penutup tubuh, baik untuk menjaga kesehatan fisik maupun untuk melindungi tubuh dari udara dingan dan panas. Munculnya gagasan pembuatan kain juga didorong karena kebutuhan sandang dari daun, pelepah pisang dan kulit kayu juga kulit binatang sudah tidak mungkin lagi dapat memenuhi kebutuhan manusia, terkait semakin bertambahnya jumlah penduduk.

Pada mulanya kebutuhan akan kain sebagai bahan sandang, dilakukan oleh manusia stelah menemukan alat tenun. Alat tradisional ini terbuat dari kayu yang dibuat sedemikian rupa sehingga alat ini terus berkembang dari yang sederhana sampai yang praktis mengikuti kemampuan berfikir dan kreasi manusia di saat itu. Sedang bahan benang tenun sebagai materi pokoknya diambil dari serta pohon, serat rumput, hingga kemudian ditemukan kapas dan materi bahan benang yang lebih halus serta mengkilap yaitu serat dari ulat sutera. Tradisi menenun kini masih dilakukan oleh masyarakat di belahan bumi ini. Tentu saja bahan benangnya sudah modern karena selain dari benang kapas, serta sutera hasil produksi pabrik muncul juga wol dari bulu domba, juga serat nilon dari bahan limbah plastik.

Belakangan setelah terciptanya mesin industri kain, hasil produksi yang berlimpah, memunculkan kebosanan masyarakat di bumi ini yang hanya menggenakan pakaian berwarna terang dan gelap sebagaimana populernya jaman blacu dan kain mori serta bahan kanvas yang tebal dan keras. Kebosanan ini memunculkan gagasan manusia dengan nilai-nilai estetika yang mempengaruhi hidup dan kehidupannya menghasilkan kain berwarna, bercork, berkelir liris, kotak-kota, bunga dan keunikan-keunikan lain yang dari tahun ke tahun beraneka ragam jenis dan variasinya.

Berikutnya ditengah-tengah perkembangan dan kemajuan sumber daya manusia di dunia muncul kebutuhan baru untuk memanfaatkan limbah kulit kayu dan ampas rumputan. Setelah melalui pengolahan dan proses produksi jadilah bahan kertas untuk kebutuhan manusia di dunia menulis, membuat kitab, buku dan melukis. Perkembangan ini diikuti dengan penemuan pewarna baik yang dihasilkan dari bahan alami tumbuh-tumbuhan, batuan dan juga pencampuran kimia atas materi yang ada. Semua itu kemudian dimanfaatkan ada yang berguna untuk mewarnai benang, pewarnaan produksi kain dan pewarnaan untuk bahan melukis di atas kertas dan kain.

Beribu tahun lamanya manusia di dunia ini dengan kemajuan intelektualnya menghasilkan karya agung itu hingga bermanfaat sebagai acuan dalam memenuhi kebutuhan sandang, sekaligus pencurahan nilai-nilai seninya. Uniknya lagi masing-masing negeri di dunia ini memiliki ciri khas dan keunikan dalam menghias, mewarnai dan membuat bentuk juga desain kebutuhan sandangnya. Ini berlangsung terus hingga sekarang. Sampai-sampai di era yang serba canggih sekarang ini para ahli motif dan hias bisa dengan mudah memadukan motif dan ciri-ciri yang berkembang secara varian tadi hingga memunculkan motif dan ragam hias baru.***

Komentar