BUPATI TEGAL SPONSORI MEMBELI LUKISAN PAMERAN PELUKIS TEGAL DI PERAYAAN IMLEK KLENTENG HOK IE KIONG SLAWI TEGAL
Tropong.com- Bupati Tegal, Moh. Herry Sulistyawan siang, 25 Pebruari Kemarin hadir di perayaan Imlek Tahun Baru; 1 CHIA GWEE 2564 di Klenteng Slawi HOK IE KIONG. Didampingi istri dan ajudannya ia sempatkan pula melongok Pameran Lukisan perupa Slawi dan memborong 1 set karikatur seri Presiden RI karya Agoes Balapulang. Siang itu Karikaturis kebanggaan Tegal Agus Balapulang tersenyum dengan gemilang. Karena dari jadwal pameran yang telah berlangsung 10 hari itu, ia baru tahu dan ikutan kegiatan dua hari yaitu tanggal 24 dan 25 Pebruari. Terjualnya karya Seri Presiden yang jadi kebanggan dan berulangkali diproduksi itu telah menunjukkan bahwa karya dan gagasanya memang layak jual dan laris manis di berbagai even pameran seni rupa dimanapun. Uang senilai Rp 3 Juta dari Bupati pun ia kantungi dengan senyum yang tak habis-habisnya. " Bisa negobati Asem Urat--ku", ujarnya sembari tertawa menghikmati penyakitnya yang bertahun-tahun tak pernah hilang.
Kesuksesan Agus Balapulang mengantungi uang Rp 3 juta atas penjualan karya karikaturnya satu seri atau 6 buah lukisan berukuran 40 x 40 cm dengan friem berkaca itu tidak semua bisa dibawa pulang untuk membiayai sakit tahunannya si Asam Urat dan membiayai produksi ulangnya pembuatan Seri Presiden RI. Ia juga harus rela uangnya dipotong Rp 1 Juta oleh panitia pameran dengan alasan sudah menjadi keputusan bersama peserta pameran dimana jika terjadi penjualan maka sepertiganya disumbangkan untuk pengelolaan Klenteng Hok Ie Kiong. Itu tentu saja tak jadi soal, ujar Agus Balapulang meski akhirnya ia hanya mengantungi Rp 2 juta saja. Hanya saja ia berharap kedepan panitia dan pelukis di Tegal bisa menekan prosentase agar tidak sebesar itu.
"Umumnya di Indonesia prosentase pejualan lukisan itu ya 20 % . Itupun kalau yang menjual pihak panitia pameran bukan si kreator atau senimannya sendiri yang harus ndempel mepet calon pembeli sampe kraket," sahut Agus pula. Sementara itu Pelukis yang karyanya laris manis terjual adalah pelukis W. Widodo warga Randu Alas Slawi warga keturunan yang sebelumnya banyak melukis figur religi seperti Yesus dan Bunda maria, kini ia bersama lukisan dewa dewinya seperti Kwan In, Kwan Kong dan Dewa Sun Go Kong dalam berbagai versi telah diborong banyak pembeli dari berbagai kota yang hadir siang dan malam sejak tanggal 24-25 kemaren, Bersamaan dengan acara panggul -gotong Tem Pek Kong.
Ikut memeriahkan kegiatan tahunan itu Pelukis Nasional asal Desa Pakulaut Margasari Kab. Tegal ; Masruri pelukis realis yang enggan melukis potret pesanan ini karyanya selalu jadi incaran kolektor. Bahkan tahun lalu ia memperoleh kepercayaan melukis ratusan jenis kucing dengan ukuran kecil pesanan pengusaha dan kolektor Malaysia. Syang katanya sampai hari ini pihak Malaysia terus pesan tapi tangan keduanya asal Indonesia tak bertanggungjawab soal pembayarannya yang macet. Untuk itu Masruri lebih senang melukis di Studionya sendiri atau diundang melukis di studio pribadi para pejabat Indonesia secara langsung. Dan di hari yang bersejarah kemarin Masruri mengabulkan keinginan pihak Klenteng Slawi agar ia bisa melakukan demo lukis di acara goyang Tem Pek Kong hingga sore hari. Bahkan Karyanya yang berjudul "Bertiga Main Kelereng" pun ikut dipamerkan di itu dinilai sangat memukau pengunjung. Lukisan yang dihargai senilai Rp 4.5 juta itu ditaksir banyak kolektor lokal yang hadir di acara Imlek tahun ini. Mereka ada yang datang dari Kudus, Cirebon, Purwokerto, Brebes, Pemalang, Kota tegal dan kota-kota lainnya Padahal aslinya lukisn sebesar itu di pasara Indonesia ia membandrol dengan harga 20-25 juta rupiah." ini pengenalan dan tidak semua lukisanku senilai itu. Kalau aku nggak jual dikira sombog tak mau menjual karyaku untuk saudaraku sendiri warga Slawi," jelasnya santai.
Melihat perkembangan positif dari pengunjung Pesta Imlek tahun 2013 di Slawi, kawan-kawan Pelukis seperti Hardo, Mashuri, Risto, Agus Jembrong dll akan menawarkan program ke berbagai panitia imlek di beberapa Klenteng Pantura yang memiliki agenda budaya leluhur dan memperoleh perhatian masyarakat yang membludag. Mereka bakal menawarkan program pameran bersama yang untungnya juga bisa diraih untuk kesejahteraan para perupa dan pihak klenteng. Dyah Setyawati penyair dan seniman ikon Tegal ini menjelaskan bahwa klenteng di Indonesia saat ini bukan hanya tempat pemujaan bagi para penganut Kong Hu Chu saja, tapi juga memiliki nilai-nilai sejarah para leluhur dan kebudayaan masyarakat Indonesia yang leluhurnya juga berasal dari daratan Tiongkok. " jadi jangan heran jika ada banyak warga keturunan China yang Muslim, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha juga hadir di acara ini. Belum lagi masyarakat Slawi dan sekitarnya yang dari dulu diajarkan oleh nenek moyangnya jika mau nonton goyang Tem Pek Kong, bakal turun hujan dan para petani akan cukup memperoleh air sebagai kebutuhan pokok musim tanam," jelasnya.
Lebih lanjut Dyah menjelaskan perihal even pameran atau musim berkah bagi pelukis ia memberi masukan ; " Jangan heran Jika di pameran yang akan datang akan banyak muncul pelukis-pelukis muda yang akan menampilkan berbagai figur tokoh Tiongkok, juga dewa dari agama Budha, Hindu dan dewa-dewa yang dipercaya oleh masyarakat leluhur negeri China memberi berkah dan dipercayai juga oleh anak cucunya yang menyukai sosok figur leluhur sebagai penarik rejeki, kemulyaan serta pembawa hokky. Sebut saja ada dewa Kwan Kong, Kwan In, Sun Go Kong, dalam berbagai pose, ada pura tiongkok dan burung-burung bangau, Gadis pemain musik, Dewa Ketawa, Dewa Mabuk, Dewa pemberi berkah, dan beberapa tokoh lain seperti Dalai Lama, Sam Pho Kong, Ceng Ho, Ku Bilai Khan, Brus Lee, Chen Kwan Tai, dan tokoh lainnya yang juga masuk kategori keturunan China dan penganut Lintas Agama seperti Sunan Gunung Jati dan Gusdur, bahkan sampai ke era Ki Entus Susmono yang senang memerankan tokoh Ceng Ho, sebagaimana tahun lalu telah dipentaskan dengan sukses di TIM Jakarta. Semestinya tokoh-tokoh masyarakat Tegal melirik even menarik ini serta mengagendakan untuk mengunjungi acara ini; karena sekaligus juga bisa mencatat banyak hal yang ada di peristiwa budaya ini.
Lebih lanjut Sastrawati Indonesia kebanggaan Tegal; Dyah Setawati yang juga pelukis itu memberi usul agar di tahun depan harus diseleksi pelukis yang berniat ikut pameran. Untuk memberikan keuntungan dikedua belah pihak, sebaiknya peserta pameran dalam hal ini perupa yang boleh ikut adalah siapa saja khususnya pelukis Tegal yang bisa menunjukkan karya-karyanya dengan sebelumnya ditentukan dulu temanya. Semisal "Tokoh dan Alam serta Pengaruhnya dari Negeri Tiongkok dan Tokoh Dunia terkenal asal Tiongkok dan pemandangan dan alam gaya tiongkok dan pengaruh budaya tiongkok pembawa hoki dan keberkahan menurut shio yang diyakini hingga kini oleh masyarakat keturunan China dan Jawa. Dengan begitu senafas dengan perayaan Imlek. Jadi nggak amburadul. Selanjutnya setiap perupa atau pelukis yang masuk nominasi dikenakan biaya sewa panel untuk pameran sepuluh hari. Seumpamanya satu orang pelukis memperoleh dua panel dengan biaya Rp 200 ribu, dan hasil penjualan dikenakan 20 % untuk panitia atau pihak klenteng setempat itu baru menguntungkan kedua belah pihak. Satu pihak pelukis bisa mengukur hasil karyanya yang kiranya layak jual (baca kemedol) dan harganya terjangkau di masyarakat, memperoleh media pameran yang representatif --karena pameran dengan ditempel di tembok apalagi becgroundnya adalah korden pengantin, itu ndak level. Begitu juga kalau panitia bisa mengadakan level, membuat atau sewa sebaiknya lampu penerangan pun dibuat pr level. Kalu sewa pun di Tegal dan Pekalongan ada. Berikutnya Setiap seniman atau peserta pameran memperoleh kewajiban dan hak yang sama. Kewajiban piket, demo dan menjaga lukisan bisa dijadwal, sedang haknya untuk keseragaman sebagai pendukung Imlek ya harus diberi T sirt atau kaos kegiatan agar nampak ada kebersamaan diantara sesama seniman pelukis peserta. Jika di Tegal ini dalam catatan kami ada 50 Pelukis yang mendaftar, maka panitia bisa memperoleh dana pendaftaran atau sewa panel dari para perupa yang lolos seleksi dan dijadikan modal untuk membuat papan panel atau untuk sewa saja sudah untung banyak ditambah sisanya bisa untuk kebersihan dan pengamanan. Belum lagi keuntungan dari 20 % dari penjualan lukisan yang kemedol dan diprediksi bisa menjadi asesoris atau hiasan di kamar dan ruang bagian rumahnya baik tipe 21, 36, 45 atau tipe besar lainnya tersedia di situ. Wal hasil pameran Seni Lukis Tahun depan bisa menjadi even kebanggaan bagi setiap perupa yang lolos seleksi tentunya. Aku sih inginnya tahun depan pelukisnya tidak cuma memindahkan gambar dari internet ke media lukisnya. Harus ada gagasan dong. Pokoknya harus berani menunjukkan gagasan orisinil yang akan memperkaya dunia seni rupa Indonesia dengan tema Tokoh dan Alam Thiongkok di mata Pelukis kita," jelas Bu Dyah sembari nelirik sana sini saat diskusi santai di ruang pameran Klenteng Slawi ditutup dengan pengumuman nilai penjualan lukisan yang mencapai sekurangnya seratus juta rupiah selama sepuluh hari. Sungguh prestasi yang ngileri bukan?'***
Komentar