FILOSOFI ANGKA DALAM PANDANGAN MASYARAKAT JAWA

Wong Jawa bahkan juga warga keturunan China sangat menhormati nilai-nilai budaya luhur yang diajarkan para pendahulunya. Dalam berbagai hal termasuk dalam memaknai angka dipahami memiliki nilai-nilai filosofi yang tinggi. Tidaklah heran jika dalam menentukan nomor kendaraan bermotor, nomor HP, nomor telefon rumah dan tanggal memulai pekerjaan selalu dihitung dengan seksama sehingga dapat ditentukan angka yang bermakna baik untuk diri dan orang lain. Dalam masyarakat jawa angka dan filosofinya dihitung dengan hanya lima jari. Artinya hitungan hanya sampai angka lima. Jika lebih dihitung mulai dari satu lagi setelah lima. Langkahnya satu (1) dibaca Sri, dua (2) Lungguh, tiga (3) Dunya, empat (4) Lara dan lima (5) Pati. Dimanapun mereka berada jika memandang Angka satu (1) filosofinya jatuh pada “Sri” yang artinya cukup sandang pangan. Pemilik angka ini dan siapapun yang kadung menyukainya dipahami akan cukup sejahtera dalam kehidupannya. Contoh angknya ya 1; 6, 11, 16, atau yang berjumlah satu dan enam misalnya 222,640, 119, 3332 dll. Untuk meningkatkan usaha dan terjaga dalam kesejahtraannya disarankan selamatannya memberi makan minimal pada seseorang setiap memperoleh rizki yang tidak disangka-sangka. Adapun angka dua (2) jatuh pada hitungan “Lungguh” yang artinya kedudukan atau jabatan. Mereka yang memiliki angka 2 ini selalu mengejar kedudukan dan dengan cara yang bagaimanapun akan ditempuh untuk berhasil memperoleh jabatan. Anehnya berdasarkan pengalaman pemilik angka dan hitungan ini selalu berjaya dalam melangkah. Ia pun kerapkali kesampaian dalam cita-citanya. Angkanya sudah pasti 2 atau angka 7 dan semua gabungan kata yang jika dijumlahkan sisa dua dari jangkepan 5. Contoh : 3333=12 = sisa 2. Atau 502, 444, 5552 dll. Guna mencapai jalan kebaikan disarankan agar selamatan setiap dua hari sekali, taua minimalnya jika memperoleh rejeki tiba-tiba ia sedekahkan pada dua orang teman atau tetangganya yang hidupnya susah. Bagi yang memiliki angka tiga (3) ini dimaknai jatuhnya pada hitungan “Dunya”. Artinya dalam kepribadian dan pandangan hidupnya pemilik nomor atau angka tiga ini selalu diliputi banyak harta duniawi. Ia selain kaya raya secara turun menurun jika menghikmati angka ini setiap rencana dan kinerjanya akan mengalami banyak keberuntungan dunia. Tak heran jika dalam kehidupannya selalu makmur sentosa dan perolehan keberuntungan harta benda akan terus berpihak padanya. Sehingga ibarat ada gula ada semut. Dalam kehidupannya yang sukses itu banyak membantu orang lain dan ia mendapat keuntungan dari dukungan orang-orang yang membantnya. Kesadaran dunya ini membuat ia tidak pernah kehabisan hartanya. Jadi jangan heran jika angka 3000, 300, 3, dan semua yang berjumlah 3 seperti 111, 1110, 2001, 1002, 1200, 2100 dan berapapun yang jumlahnya jia dihitung lebih dari tiga seperti 5210, 4004, 8000, 3333, selalu lebih tiga dari hitungan lima, maka itu menjadi angka keberuntungan. Apalagi jika memiliki angka 8. Dalam falsafah China angka delapan ini angka yang baik karena tidak terputus. Artinya siapapun yang memiliki angka dan hitungan 8 ia akan mengalami banyak keberuntungan dan kemulyaan duniawi. Tanpa diselamati dengan aturan pun pemilik angka tiga ini sudah pasti tajir. ia selalu berbagi dengan kawan dan tetangganya. Sifatnya yang dermawan dan gemar membantu banyak masyarakat tidak mampu menjadikan pemilik angka ini Langgeng Kekayaannya. Angka empat (4) dalam hitungan filosofi Jawa bermakna lara. Artinya sakit atau susah. Angka ini dimaknai akan datangnya susah dana rasa sakit. Artinya angka ini akan memberi akibat datangnya kesusahan dan masalah jika dipaksakan untuk melangkah. Coba saja lihat di kantor polisi banyak nomor kendaraan yang mendapat kecelakaan dengan nomor ini bahkan nomor berapapun yang jika dijumlahkan menjadi sama dengan 4. Contohnya 1111, 2020, 3001, 4000,5504, dll. Untuk menjaga agar tidak mencapai sakit berkepanjangan dan jatuhnya penyakit yang kronis disarankan pada pemilik nomor ini agar kemana-mana selalu membawa empat sekawan, dan selamatannya minimalnya 4 hari sekali memberi sedekah pada orang yang tidak mampu. Untuk meningkatkan usaha dan terjaga dari datangnya sakit, disarankan selamatannya memberi makan pada kawan dan tetangga yang tidak mampu secara periodik. Yang terakhir angka lima (5) yang dalam hitungan Jawa jatuh pada Pati yang artinya Mati. Maksudnya pemilik angka ini selalu saja memperoleh duka karena jatuhnya akan mati langkah, mati rasa, mati usaha bahkan mati jiwa raganya. Mari kita lihat dan amati makna angka 5 dan semua angka yang jika dijumlahkan sama dengan 5. Misalnya : 555, 2005, 1275, 5000. Dll. Untuk menghindari datangnya pati akibat mempercayai angka ini disarankan kemana-mana harus didampingi minimal 5 anggota atau pengawal. dan selamatannya setiap kali memperoleh rizki lebih berilah lima orang makan dan sedekah terutama pada kawan dan tetangga yang masih hidup susah di manapun ia berada. Benar kiranya bahwa yang terjadi di seluruh jagat ini adalah karena kehendak Allah semata. Tapi ingat apabila kita yakin dan menyukainya bahkan menghikmatinya maka nilai-nilai yang kita yakini itu membawa pengaruh pada diri dan lingkungannya karena keyakinan seseorang pada air putih sakit bisa sembuh. Karena yakin dengan seribu rupiah bisa sembuhkan pusing ia bisa sembuh dari sakit setelah membeli obat sakit kepala sebutir. Karena yakin bahwa sakitnya hanya bisa diobati jika berobat ke Australia maka ia sembuh dengan menghabiskan biaya semilyar besarnya. Karena seseorang yakin bisa sembuh penyakit struk-nya dengan cara ritual dan terapi di pasir pantai maka ia bisa sembuh. Demikian juga jika seseorang yakin angka yang dimilikinya mengandung makna filosofi, maka usaha dan langkahnya pun dapat terbukti sesuai dengan hitungan di atas. Selamat menghikmati angka dan ingat jangan sampai dirumus dan di setan karena bukan angka togel. Ini hanya filosofi Jawa dan Pandangan falsafah hidup pengusaha bangsa China. Nggak tau sih kalau pandangan Masyarakat Jawa Barat, soalnya kebanyakan mereka menyebut masyarakat Sunda bukan Jawa. (ditulis berdasarkan pengalaman Ki Tapa Kelana)***

Komentar