BUKAN SEKEDAR BACA PUISI INI DESKRIPSI TENTANG SENI KISERAN oleh Nurochman Sudibyo YS (Ki Tapa Kelana)

Seni Kiseran atau Pentas Kiseran adalah sebutan yang sudah lazim diberikan untuk jenis kesenian baru berbentuk Pembacaan Puisi dan lakon serita pendek Sastrawan Nurochman Sudibyo YS. Penyebutan ini merupakan penghargaan tersendiri karena pada bentuk pembacaan puisi atau pengisahan cerita yang dilakukan Nurochman, Mas Noer atau Mas Dibyo--panggilan akrabnya, memiliki kekhasan tersendiri baik dalam struktur pengucapan maupun dalam bentuk irama tembang yang dilantunkannya di saat pentas.
Mas Dibyo dengan pengalaman empiriknya sebagai penyair dan aktor telah lama bergaul bersama insan seni pertunjukan rakyat yang sangat varian berkembang di kota yang membesarkannya hingga dewasa. Pengaruh irama musik dombret, ketuk, tayuban, gamelan wayang kulit dan wayang cepak, sandiwara dan tarling meresap dalam pikirannya. Tak pelak dalam setiap tampil pembacaan puisi atau cerpen-cerpennya gaya pengucapan Nurochman memiliki kekhasan dan boleh dibilang satu-satunya sastrawan dari Indramayu dan Cirebon yang memiliki gaya pemanggungan puisi sebagaimana dalang wayang atau aktor sandiwara dan aktor tarling bertutur. Oleh karena itulah sejak tahun 90-an ia disebut Pembaca Puisi Kiseran atau Dalang Sastra Tutur.
Istilah Kiser sendiri diambil dari nama laras tembang khas Indramayu-Cirebon yang merupakan laras khas dengan penuturan bebas saat ditembangkan. Artinya Kiser adalah tembang bebas yang menuturkan perasaan suka maupun duka, yang dilantunkan melalui irama Kiser. Irama kiser itu sendiri sudah ada selama beratus tahun lalu dan menjadi irama dalam gamelan pengiring seni ketuk, seni tayuban atau tari pergaulan yang diiringi gamelan dan tembang, seni gamelan pengiring pertunjukan wayang kulit dan wayang golek cepak khas Indramayu dan selanjutnya menjadi irama khas pula dalam mengiringi pertunjukan Tunil atau sandiwara dan masres, juga irama khas pada drama tarling di Indramayu dan Cirebon.
Irama kiser secara melodi bisa dialunkan melalui alat musik suling klasik khas Indramayu dan Cirebon. Selain itu sejak tahun 30-an setelah masuknya gitar ke pelabuhan Cimanuk Indramayu yang dibawa bangsa Belanda, mulailah warga Indramayu melakukan ‘migrasi’ (baca : pemindahan dari irama gamelan ke gitar dan suling.=Gitar bisa mentransfer suara saron, bonang dan gong, juga melodi tembang, sedang suling menjadi penguat unsur melodi dan kesenyawaan atau jiwa dari lagu tersebut) maka jika ada irama Kiser dan Irama khas Indramayu- Cirebon lainnya seperti; Bendrong, Sinjang Kirut, Saedah, Dermayu Pegot, Cirebon Pegot,Macan Ucul, Bayeman, Sulanjana dll dimainkan hanya menggunakan gitar dan seruling saja, wajar jika disebut Tarling (Gitar dan Suling).
Pada tahun 40-an perkembangan musik gitar-suling menjadi trend baru masyarakat muda di Indramayu. Mereka bergerombol bermain musik Gitar dan Suling –sebagai alat musik kebanggaan saat itu. Berikutnya hingga tahun 60-an perkembangan seni Gitar dan Suling yang diprakarsai Ki Sugra asal Kepandean Indramayu muali ditambahi unsur Cerita dan teaterikal sebagaimana lenong. Jenis kisahnya ada yang Kisah sosial berujung Tragis, ada yang berupa cerita magis dan banyak pula cerita komedi. Saat itu Group pertama hiburan seni jenis ini yang dibawakan oleh Tokoh penembangnya yaitu Jayana menyebut kesenian ini MELODI KOTA AYU. Setelah ia terkenal diundang ke Kraton Cirebon ia juga diminta mendirikan group kesenian yang sama dengan nama MELODI KOTA UDANG (cirebon Kota Udang).
Baru di tahun 70-an Setelah Sunarto Martaatmaja (penembang=waranggana asal Cirebon) dan Nyi Dadang Darniah (sinden asal Indramayu) membawakan lakon GANDRUNG KAPILAYU= Cinta Tak Sampai, melalui siaran langsung RRI Cirebon,yang menggunakan iringan gitar suling gendang dan kecrek. Masyarakat Cirebon dan Sekitarnya saat itu kontan terhibur dan menyebut kesenian ini TARLING singkatan dari Gitardan Suling. Berikutnya bermunculan group-group Tarling baru yang digagas oleh Abdul Ajib dan Maman Suparman di Cirebon dan di Indramayu oleh Hajah Dariah, Tirah, Yoyo Suwaryo, Dadang Darniah, Ipang Supendi, Sadi, Erni, Tono, Sawud, Sewo, Tiplok, Gandul, Gotrok, Toyib, H. Udin Zaen, Nyi Dunyawati dll. Hingga kini terus bertahan.
Perkembangan seni Tarling dan lagu serta iramanya banyak melakukan perubahan manakala iramanya terdiri dari Kiser, Bendrong, Sinjang Kirut, Saedah, Dermayu Pegot, Cirebon Pegot, Bayeman, Sulanjana dll dimainkan hanya dengan gitar dan seruling MEREKA SEBUT Tarling Klasik. Adapun lagu-lagu dari irama kiser yang dipercepat ketukannya dengan menggunakan gendang dan dapat menggundang gairah orang-orang berjoged disebut KISER GANCANG yang kemudian lazim disebut lagu TARLING DANGDUT. Adapun lagu dangdut dan iramanya yang dibawakan dengan alat musik Tarling dengan menggunakan bahasa ibu Indramayu-Cirebon mereka sebut DANGDUT TARLING.
Melihat pengaruh irama Kiser dan perkembangannya yang sedemikian pesat hingga lagu dan iramanya bisa diterima oleh kalangan masyarakat di negeri ini bahkan juga ke manca negara setelah era global, Nurochman pun kemudian memotori gaya pembacaan puisinya dengan mengambil kekuatan serta nilai-nilai tradisi yang ada di benaknya. Tidaklah heran jika kemudian setiap kali diundang membacakan puisi ia selalu diiringi gitar atau pun suling. Ia pun sejak tahun 90-an membacakan puisi untuk acara pertemuan sastrawan, even seni budaya di Indramayu dan Cirebon, hajatan nikah, khitanan, Sedekah Bumi, Upacara Nadran, Upacara buka Pasar, Upacara selamatan rumah dan upacara ritual lainnya.
Nurochman sejak tahun 2000 setiap tanggal kelahirannya yaitu tanggal 24 Januari menggelar pertunjukan Baca puisi dan lakon yang dibawakannya sendiri dengan dukungan alat musik gamelan, suling, kadang gitar suling, kadang irama tayuban, kadang gamelan kreatifitas teman-teman sanggar seni dan teater di Indramayu dan Cirebon. Saat pentas sendiri ia kadang hanya diiringi irama gitar dan suling klasik. Jika sangat mendadak atau dikarnakan bajet dana yang minim ia pentas dengan iringan musik dari dari laptop, atau hand phon. Intensitannya mengadakan acara pentas yang diprakarsainya itu semakin mengukuhkan Nurochman Sudibyo YS sebagai Seorang Sastrawan yang memiliki Kekhasan dalam mensosialisasikan karya-karyanya dengan irama Kiser. Itulah sebabnya ia disebut Penyair Kiseran, Sastrawan Kiseran, Dalang kiseran dan Pentas-pentas rutinnya itu disebut Pentas Kiseran.
Beberapa Pentas Tahunannya dia bikin dengan Tajuk “Perompak Indrajaya” di Tengah Sungai Cimanuk Indramayu, “Gurit Patang Puluh Papat” di Wisma Dharma Indramayu, “Blarak Sengkleh” di Halaman Panti Budaya Indramayu, “Godong Garing Keterjang Angin” di Halaman Panti Budaya Indramayu, “Bahtera Nuh” di Gedung Wisma Dharma Indramayu, “Pring Petuk Ngundang Sriti” di Pinggir sungai Cimanuk dekat Pasar Mingguan, “Oyod Mingmang” di Cirebon, “Babad Dermayu” di Indramayu, Cirebon dan Taman Budaya Bandung serta Taman Mini Indonesia, “Sajrone Topeng”di Indramayu dan Cirebon, “Gupak Endut” di Indramayu dan Cirebon, “Setor Rai” di Indramayu, “Sungsang” di Indramayu, Cirebon dan Tegal, “Roggeng Menjeng” di Indramayu, dan Cirebon, “Serat Kawindra” di Kota Tegal, Slawi, Brebes, Pemalang, Pekalongan, Bojonegoro, Semarang, Solo, Yogyakarta,-- HB Jasin, Reboan, Kedailalang dan TIM- Jakarta, “Kupu Mabur Golet Etung” Yogyakarta, Reboan dan Kedailalang, Gelora Senen dan Hut NU 2011 TIM - Jakarta , “Prabu MD lawan Ponggol Setan” Kota Tegal, “Merah Meremah” Pusat HB Jassin, “Bocah Merapi” di Kaki Gunung Merapi pasca Meletus, “Indonesia Rayahan” Guci Slawi Tegal, Kota Tegal, Ngawi. Pentas “Indonesia Kesurupan” di Pati kolaborasi Dengan kelompok musik Sampak Gusuran, Pentas sambut Tahun Baru 2012 Di Slawi dan Tegal kolaborasi musik kroncong, di Brebes “Kidung Khitan” pentas kolaborasi dengan musik Dangdut, Di Pameran Pembangunan Indramayu Pentas Kolaborasi dengan musik Rock band anak-anak muda, Pentas Serat Kawindra di Surabaya di Kongres Basa Jawa dan Palembang di Pertemuan Sastrawan Nusantara V. dan beberapa bulan lalu pentas di Makasar dalam Pertemuan Pengarang Indonesia serta Pentas di Paston Galeri Nasional dengan lakon “Sedulur Papat Lima Pancer”
Nurochman Sudibyo juga sudah beberapa puluh tahun melahirkan karya sendratari yang naskahnya ditulis sendiri seperti “Nyi Mas Ratu Junti”, “Babad Dermayu”, “Saedah Saeni”, “Palagan Kurusetra”, Palagan Galuh”, “Tragedi Srakatan”, “Tumandange Sinatria Bhayangkara” dll. yang dipentaskan baik di Indramayu, Cirebon, Kuningan, Bandung, Jakarta, Solo, dan Slawi KabupatenTegal.
Dalam setiap tampil baik Minimalis maupun pentas besar Nurochman Sudibyo YS selalu tampil dengan gayanya yang khas. Ikat Kepala, Kostum Khas dan gaya pemanggungannya yang selalu menggunakan media gonta-ganti. Kadang dalam bertutur sebagaimana Dalang Tutur adau dalang Klemprakan yang pernah ada di jaman dahulu di pesisir Indramayu-Cirebon ia hanya modal bercerita dan menggunakan tekan vokal serta ekspresi yang khas untuk mempengaruhi penontonnya. Jawara Lomba Baca puisi dan Cerpen sejak muda baik di Indramayu, Wil 3 Cirebon dan Tingkat nasional ini selalu saja menemukan sesuatu yang khas baik rumput, kain, kertas, padi, ikan asin, wayang golek sunda, wayang golek cepak, wayang golek dari Ki Entus dan wayang kulit yang dipinjami oleh Pepadi Kota Tegal juga Wayang cepak milik Ki Ahmadi Indramayu da Wayang Kulit dan Golek Cepak pinjaman dari Ki Warsad Indramayu.
Sejak tahun 2011 ia mengkhususkan diri dalam pementasannya menggunakan media wayang padi dan ikan asin hal ini dimaksudkan sebagai simbol masyarakat Agraris dan Maritim. Sedangkan Musiknya ia pilih musik klasik kiser baik dalam irama pengiring gamelan wayang maupun tarling dikolaborasi musik terbang dan gamelan jawa Khas Tegal yang maksudnya untuk mengimbangi tampilnya vokal narasi yang dibacakan istrinya yang asal Tegal yaitu Dyah Setyawati yang juga pemilik Sanggar dan Rumah Kreatif Asah Manah serta Pembaca Puisi handal berkualitas nasional asal Tegal Jawa Tengah.
Pengalaman lain yang juga memposisikan Nurochman Sudibyo YS sebagai Sastrawan Kiseran adalah ketika di tahun 2007 diminta pentas dalam Pembukaan Pameran Tunggal Pelukis SP Hidayat dan Mendapat Aplaus positif dari Bapak Jendral Wiranto di Musium Nasional Jakarta ia membacakan puisi-puisi yang kemudian jadi referensi karya SP Hidayat dengan iringan group musik Tarling Indramayu, dan Pentas Kiseran dalam Pembukaan Pameran Tunggal Pelukis Dirot Kadirah denagn iringan Seruling Sakti Wa Jenggot yang mendapat aplaus juga dari Putu Wijaya dan Pramono Anung.
Pentas Berikutnya di Makasar dengan Lakon “Pujangga Mbangun Nagari” dengan iringan musik gamelan dan irama tarling dari laptop. Pentas inipun mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat dan semua peserta Pertemuan Pengarang Indonesia. Begitu juga saat pentas undangan Panitia Patron di Galeri Nasional Jakarta dengan lakon “Sedulur Papat Lima Pancer” Panitia memberi nama pentas kami Wayang Tarling. Wajar saja karena mereka melihat ada unsur media wayang yang digunakan dan penekanan laras kiseran yang selalu digunakan dalam pentas tarling. Dan Dalam Pentas besar ini, Mas Ari Batubara selaku ketua panitia penyelenggara memberi aplaus positif dan jabat erat yang amat dalam.
Sebutan apapun untuk pentas yang dilakukan Nurochman Sudibyo YS tidaklah masalah. Ada yang menyebut Wayang Gondrong karena banyak jenis wayangnya, Pentas wayang Alang-alang, ada Pembacaan Puisi Dermayonan ada juga yang menyebut Sastra Etnik, ada juga yang mengatakan Pembacaan Puisi Wayangan dan Wayang Tarling. Namun untuk lebih akrabnya memang pentas tersebut lebih tepat dan cocok diberi nama Seni pertunjukan inovasi baru KISERAN. Ya Pentas Kiseran oleh Dalang Tutur Nurochman Sudibyo atau Sastrawan Gaya KISERAN Nurochman Sudibyo YS.
Pentas “Kiseran” oleh Sastrawan Nurochman selalu siap untuk tampil dalam acara apapun. Ia beratus kali menghibur di berbagai kota di Indonesia dan pelosok tanah air. Tak ada bulan yang pantang baginya. Bulan Puasa pun ia kerap kali memenuhi permintaan undanngan ceramah budaya dan sirman lakon kehidupannya di setiap acara selalu diminati karena penonton selain disuguhi wejangan budaya dan cerita yang fenomenal serta lagu dan tembang yang mengharu biru. Penonton pun diajak larut dalam kesedihan, keprihatinan dan tergugah perasaannya untuk bangkit dan membangun. Nurochman juga bisa menghibur sembari berdedang dan menari ala jaipong, tayub dan dangdutan karena ia memiliki vokal dangdut dan tembang yang khas. Adapun jika kita simak karya sastra Nurochman Sudibyo baik dari naskah drama maupun puisi dan cerpennya selalu mengundang tersenyum dan apresian seakan memukuli diri sendiri. Kita diajak bercermin tentang kehidupan yang telah dilalui, kemudian menyesalid an menertawakan apa yang sudah terjadi, Berikutnya kita juga menaruh harapan di masa depan melalui pesan-pesannnya.
Pementasan dan penampilan Nurochman Sudibyo YS baik yang sudah tersebar melalui Yutube, FB dan website www.tropong.com serta Guritdermayon.Blogspot.com menunjukan sebegitu besar nilai-nilai edukatif yang ia perjuangkan. Untuk itu ia siap tampil kapan saja, dengan lakon apa saja, bisa juga lakon permintaan panitia, secara mendadak tampil solo tanpa iringan musik, bisa diiringi musik dari HP, memori, Flassdics dan Laptop serta iringan live group tarling lengkap, iringan suling saja, iringan gitar melodi saja, atau iringan seperangkat gamelan jawa, dan alat-alat perkusi lainnya selain juga group band, keroncong, musisi country dan rebana salawatan. Serta semua alat musik dan group musik yang ada di tanah air juga bisa jadi latar pementasannya. Ia juga sudah pernah tampil diiringi saksofound danflute dari anggota pemain orkestra asal Indramayu. Jadi Nurochman Sudibyo YS dan Dyah Setyawati bersama pendukunganya kini pemain biola sakti Bintoro Agung, Wa Jenggot dan Rasmadi juga Group Tarling Wa Gandul dari Indramayu dan Tegal siap untuk pentas kapan saja, dalam bentuk acara apa pun.
Nurochman Sudibyo YS pun mengaku telah siap pentas di luar negeri. Selain sudah siap Paspor, ia juga siap bermain kolaborasi dengan musisi dunia di manapun untuk memaparkan kisahnya baik dalam bahasa Indonesia, bahasa jawa, dan karya-karya yang berbahasa Inggris. Tapi keinginan tersebut tentu saja tak bakal terealisasi tanpa dukungan dan suport sahabat-sahabat terkasih yang mencitai seni budaya dan kekhasan Bangsanya. Untuk itu mari kita dukung rencana Nurochman Sudibyo YS dengan seni KISERAN-nya untuk bisa terus menghibur dan menjadi salah satu corong kemajuan kesusastraan kebanggaan bangsa Indonesia. Amien.
















Komentar