Puisi-Puisi Terbaru Penyair Nurochman Sudibyo YS

Nurochman Sudibyo YS
Aku Ingin Bermain Dadu`

ingin aku bermain dadu
yang terbuat dari kayu lapis bergaris
yang digulirkan gadis-gadis
demikian selalu gairah ini dikencangkan
naik turun seperti harga kacang kedelai
memang sepele, orang mengamuk
gara-gara kehilangan tahu dan tempe
di atas kendaraan besar di suatu sore, kita terobos
semak belukar, sembari bersenda gurau
brekele, mencla mencle tertawa-tawa
sembari mengigau memaki galau

ada apa gerangan cinta yang sesungguhnya
jika setiap dadu yang jatuh terdapat angka `
sepenuh makna hak dan kepemilikan
lalu serapah mereka yang patuh menghuni rumah bersama
lima perempuan bersolek memandangku gedek
sebanyak itukah keadilan dipertaruhkan
tidakkah kau cuma pedagang kayu
lalu apa hendak terus kau sembunyikan catatan ini
biar buram mengeram gairah mudamu
jadi raja atau sodagar kayu di gelap malam
menguasa hutan jadi hunian
merubah ktp jadi tkp
memulas wajah jadi perjaka, sekekar hutan belantara
selalu untuk pesta kuasa
terulang jadi kebohongan semata

di atas batu besar yang kelam ini
ingin aku bermain dadu
sembari membiarkan tubuh gemulaimu
lelap tertidur dengan rambut tergerai
dan dari mulutnya sesekali terdengar lenguh lirih
sepenuh rasa yang dalam, bahkan mungkin bisa
seperti sapi yang ngorok sebelum digorok
menjelang kematian cinta,karena kelewat dalam
ia memaknai murah meriahnya sebuah permainan dadu
pesta rekayasa cinta.

TEGAL, 2012



Nurochman Sudibyo YS
Melukis Gunung Menangkis-Tenung

Ingin kulukis punggungmu
wahai riung gunung dengan pelangi
melengkung indah di lehermu

mungkin di sini tempat yang dijanjikan
untuk kita saling pandang
aku yang melukis dan kau yang asyik bergaya
begitu manja menari sembari bermain mata
seperti merpati kipas dirundung berahi
bulu-bulu kudukmu berdiri
aku dibiarkan tamasya menerobos
hutan, kelapa sawit, buah dukuh
cempedak dan durian yang terbelah
usai sudah semua itu . bersama kita
berebut buah manggis dan menaksir-naksir isinya
sampai menangis di ujung senja

cinta bergembira di atas bunga-bunga
jatuh tak kenali lagi tanah airnya
karena hari yang dijanjikan
sudah ditetapkan untuk dinikmati

dan, ingin kembali melukis wajah ranummu
di antara ikan-ikan patin yang menari
di keremangan cahaya sungaimu
cinta dan airmata yang lebur di daun-daun
menanti gugur di akhir pungkasan tahun.

TEGAL, 2012














 Nurochman Sudibyo YS
Mempertimbangkan Darah

Sesaat datang amuk, duduk lemas dilanda cemas
remuk rasa di dada, gundah dan gelisah
bersisa di gelas kopi, pagi ini kubiarkan saja jendela
membuka kacanya sendiri-sendiri
mungkin mengira semua hutan belantara
masih perjaka dan tak ada lagi para penjudi
mengantungi kartu domino sembari teriak,poldan balak liok
dan mereka tertawa terbahak bahak

lalu, siapa mau terus berjaga jaga melawan mantra
apapun resikonya tak beralasan untuk takut
meski habis semua area, diolah alih permainan,
rok umpet, bola sodok, dan mobil penggergaji  
semudah sembunyi di semak belukar
meredam suara lalu berputar, keluar samar-samar
sudah jadi papan daun pintu, kusen dan jendela  

seperti kartu mati di meja judi. Suaramu parau
sekali mengaum harimau penunggu itu
terdengar suaranya saja
mungkin dari sound sistem, cd
atau nada dering sebuah hand phone
menyertakan data akurat untuk terus tumbuh
dan selalu saja dipertahankan

kembali kita belajar mempertimbangkan darah,
dunia yang kekar, menawar rumah dibelah
meski tak ada lagi alasan klasik untuk berkilah
tanah air ini, mata air bagi generasi pungkasan
atau penyedia ruang terbuka untuk duka lara
sekedar penyembuh luka, hasrat kambuh saling bunuh
setiap tetes bertambah saja jumblahnya
serasa senjata rahasia, mengancam lurus kedepan
bertambah rakus, dan makin tinggi voltase ingkarmu
yang mengaku mencintai hutan dari ancaman
sedang tangan siap terbelengu karena
mempertimbangkan darah.

TEGAL, 2012





Nurochman Sudibyo YS
Sebelum Cahaya Mencair
ke Tengah Kotamu

Sebelum cahaya mencair ke tengahkotamu
mengulum senyum, ingatlah saat aku
menangkap setiap derai rambutmu yang berbayang
lalu cobalah melukiskannya dalam gelap
menyingkap tabir, dalam hitungan detik
berharap dapat menyulap seisi dunia
seperti menanti beragam warna meleleh 
di setiap datang waktu saling bertukar
hati yang samar terbakar, 

Sebelum Udara malam ini mengguris merah
di tengah kotamu yang mulai ragu
menakar keseimbangan jiwa raga
jangan cuma jadi area pengembaraan saja
Cukup bunga sesaji dan aroma dupa
habis dimangsa angin tinggal sisa
nuansa jelaga, seperti geriap warna
yang disimpul dalam bayang bermin
gambar kembar itu dinantikan datangnya
sebelum cahaya mencair ke tengah kotamu.

TEGAL Juli 2012




















Nurochman Sudibyo YS
Ikan Berlompatan Dari Tubuhmu

Dadamu kini teratai, dan bunga putih
datang ungu lalu bisu, mencitai pun ragu
dikenang selalu dalam lagu,
gemericik air, jadi melodi tubuhmu
berputar jernih, hati bersih,latar semedi
benih ditebar, bawa kabar
tentang sungai yang kekar
tentang jiwa yang mawar
tentang hati yang berdebar
setelah bosan menghikmati setiap perjalanan
kubiarkan kau bermain mata, melabuhkan raga
mengibaskan slayer jadi sepasang sayap 
menari dan terus menari

seperti panorama bunga-bunga
ikan-ikan berlompatan dari tubuhmu
mengalirkan peluh, lenguh yang luruh
membawa anganku tumbuh, sepi pun ngungun
menanti subuh ditatah diam

kutulis kesunyian ini, laksana sungai mencekam 
sejak awal aku tertuduk di sudut malam
lalu semua ikan bernyanyi, tak ada yang sembunyi
setiap kata adalah mata yang berkaca-kaca

ikan berlompatan menambah kekuatan baru
bagi Seperempat usia, sisa hidupmu
lahir dari ketakberdayaan
sebagaimana tangan-tangan mencengkeram
berusaha menangkapi semua yang diam
hingga sungai di dadamu kian redam
dan kembali ikan-ikan berlompatan
dari tubuhmu.

TEGAL,Juli 2012









Nurochman Sudibyo YS
Anak-Anak Laut


Bermainlah terus anak-anakku,
sepanjang sungai, hingga menuju muara
berebut melempar kepala mangrouf di lumpur garam
menepis amis tubuh, membawa pulang ikan-ikan letih
dan bau karat angin malam yang dingin. Laut mu

Mengantar anak-anak bermain gundu, dari tiram
dan umang-umang. Dipelintir dahaga, juga kelaparan
Tak ada lagi perahu bagi bapak yang rindu melaut
ujar anak-anak mereka meratapi lengang samudra
matanya melolong bolong mengawang gelombang
perutnya kosong melompong. Jemarinya begitu cepat
melipat kertas bungkus kacang yang kopong
sampai sudah, kau sisihkan ubur-ubur, mengajak
ekstase ke negeri yang jauh
sampai perahu-perahu kertas meluncur dari tangannya
sepuluh, seratus sampai seribu lebih, dua hari
angannya meliar. Diantara hijau rumput, sepanjang pesisir
menghitung benur bandeng. Menyisir,
bianglala dunia maritimmu, tarian cakalang,
senandung tengiri dan puisi cumi-cumi
tak ada dengki para lelaki, untuk menjadi pengecut
yang terkejut saat datang angin sasar. Anak-anak pun mengalir
ke hilir. menjauh dari laut yang dalam. membangun
istana mutiaranya, dari tiram-tiram.
sembari menenggak nira kelapa
melepas dahaga. berharap datang kesadaran
esok, bukanlah impian, bisik asanya karam.

TEGAL, 2010-2012.












Nurochman Sudibyo YS

AKU  IKAN SELAUTAN

Karena nenek moyangku seorang pelaut, aku tak gimir dan takut untuk melaut
mereka gemar mengarung luas samudra, Menyapa pulau merambah seisi benua
tak takut badai tak jera hadapi ganasnya topan. Nenek moyangku raja lautan

Kini aku ikan selautan, beristana arus dan pusaran. Dunia masa lalu menganyam impian
tongkol, tengiri dan cakalang bersarang dimataku, Ikan kerapu di terumbuotakku
baranang,barakuda,baramundi dan pari mengitari seluruh kulit dan dagingku
udang merah,lobster, blekutak, sontong,bersama ratusan kerang
bersarang dijemari tangan dan kaki.Aruslaut mengajakku menar berputar dan menari

karena aku ikan selautan.kuselusuri sepanjang pantai dan pulau harapan
ribuan teluk, tanjung juga ruang-ruangpertapaan. Mulutkuikan tuna,pesut
dan hiuyang beranakpinak.rambutku teri juga benih nener belanak,bandeng
yangsiap ditebarkan ditambak-tambakpembaharuan.melompatindah di aliran
sungai-sungai dan muaramu, kakap putih,sembilang, kipper, dan welangi
bawal,etong dan keindahan ikan-ikan di dasarlautmu
menyatu dalam tarian hidupku.aku berputar dan terus berputar, menarikan hidup
dankehidupan masa lalu dan yang akan datang
karena aku ini ikan selautan.Menghunijagat raya, beristana samudra raya
menggelegarkan ombak danbadai. Menyelancarkan jutaan ikan seriapdetiknya
karena aku ini ikan selautan.

TEGAL, Oktober 2012          

Nurochman Sudibyo YS. Pekerja seni dan budaya kelahiran Tegal (Jawa Tengah) 24 Januari 1963. Menulis Puisi, cerpen, Esai, catatan perjalanan dan geguritan.Kumpulan Puisi Tunggalnya Payung Langit (1993), Malam Gaduh (1995), Soliloqui (1997) dan Gerhana (2000). Puisi-puisinya terkumpul dalam antologi bersama kembang Pitung Werna (1992), Kiser Pesisiran (1994),

Penyair Indonesia “Dari Negeri Poci” Th 1996, Puisi dan cerpen Indonesia moderen“GERBONG” Yogyakarta (Th.2000), “Penyair Indonesia di HUT Jakarta” (1999), “Lahir Dari Masa Depan” Tasikmalaya (2001). “Dari Negeri Minyak” (Th.2001),“Sastrawan Mitra Praja Utama” (2008). “Pangikat Serat Kawindra” (2010),  “Perempuan Dengan Belati di Betisnya” Taman Budaya Jawa Tengah (2010). “Angkatan Kosong-kosong” Dewan Kesenian Kota Tegal (2011), "Negeri Cincin Api" HUT NU, (Juni 2011). "Akulah MUSI" Pertemuan Penyair Nusantara V Palembang (Juli 2011), Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah (2011). 50 Penyair Indonesia “Kitab Radja-Ratoe Alit”  (2011). "Senja di Batas Kata" antologi Puisi Karya Penyair Nusantara Raya Jambi (2011),  108 Penyair Indonesia Modern (Puisi Tiga Bahasa) "Equator" Yayasan Cempaka Kencana (2011), dan Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2012).

Banyak berkarya di wilayah, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Jakarta, Slawi,Tegal, Brebes, Cirebon, dan Indramayu. Berkali tampil membacakan puisi  di berbagai kota di Indonesia. Kumpulan geguritanya diterbitkan dengan tajuk; Perompak Indrajaya (2001), Gurit 44 (2006), Blarak Sengkleh (2007)Godong Garing Keterjang Angin (2008), Bahtera Nuh (2009), PringPethuk Ngundang Sriti, (2010) dan Oyod Mingmang 2012. Geguritannya terkumpul dalam antologi puisi  basa Tegal Ngranggeh Katuranggan (2009), puisi basa Cirebon; Susub Landep (2008), Nguntal Negara (2009) , Gandrung Kapilayu (2010), Suluk-suluk Pesisir (2011),"Pasewakan" Geguritan Peserta Kongres Sastra Jawa 3 Bojonegoro (2011).

Menulis Esai Seni Budaya Sejarah Kesenian Tarling; Migrasi Bunyi Dari Gamelan Ke Gitar -Suling (2003), Fenomena dan Dinamika Seni Tradisi Indramayu (2006), Asyik Menulis Puisi (2010), Membaca Puisi itu Mudah (2010) dan Energi Kata dari Tembang Tarling Pantura (2011).

Berkali mementaskan lakon puisi, memadukannya dengan musik tradisi, geguritan, tembang, suluk, wayangan,  tari, dan gabungan semuanya menjadi Seni Drama Tari bertajuk “Pangikat Serat Kawindra”, “Kupu Mabur Golet Entung”, “Kembang Suket”, dan “Nagari Corong Renteng”.  Nyi Mas Ratu Junti, Babad Dermayu, Ngruat Jagat, Kidung Ruwatan, Perompak Indrajaya, Palagan Kuru Setra, dan Tumandhange sinatria Bhayangkara. Penyair dan dalang tutur ini sejak tahun 1990 menjadi Ketua Medium Sastra & Budaya Indonesia. Sekretariat MSB-Jl. Jendral Sudirman No. 69 Rt. 01 Rw. 01 Lemahabang Indramayu. 45212 fax; (0234) 27590. Alamat Surat; Gg. Sadewo, No. 22 Rt. 02 Rw.04, Dukuh Sabrang, Kec. Pangkah, Slawi, Kabupaten Tegal: Mobile: HP.085224507144 – 087828983673. E-mail:   nurochmansudibyoys@yahoo.co.id,
 

Komentar