Misteri dibalik Buruknya Jasa Kereta Api




Berita Tegal--Keluhan masyarakat terkait sulitnya menggunakan jasa transportasi Kereta Api kian terkuak. Upaya penertiban yang dilakukan pemerintah dengan alasan pembelaan pada konsumen pengguna jasa kereta api, pada kenyataannya menempatkan semakin banyaknya pelaku pungli dan politik rekayasa yang berujung pada kepentingan pribadi bagi oknum bahkan mungkin juga sudah bukan rahasia umum orang dalam PT Kereta Api Indonesia melakukan kong kalingkong dengan Pihak Pelayanan jasa penjualan tiket ke masyarakat yang berbuntut merugikan masyarakat.

Kerugian di masyarakat sudah barang tentu sangat fatal. Lihat saja saat ini yidak semua orang bisa menikmati perjalanan dengan jasa Kereta Api karena setiap kali datang ke stasiun petugas loket menyatakan tiket sudah habis terjual. Beli ke biro perjalanan atau ke beberapa toko yang menyediakan tiket kereta juga bilang sudah habu kecuali kalau mau beli tiket dari orang yang tidak jadi berangkat dan harganya pun berlipat. Ini kan jelas akal -akalan. Tapi giliran keluarga PT KAI kapan saja mau bepergian dengan mudah dilayani. Apa tidak diskriminatif?


(Ket. gambar; bukti dikeluarkannya tiket dengan logo PT KAI yang beda sebagai bentuk permainan di internal KAI (NOORS))

Pengalaman yang patut jadi catatan buruknya pelayanan jasa perjalanan Kereta Api saat ini adalah sebagaimana yang diceritakan oleh Adit (35) warga Semarang yang bertujuan melakukan perjalanan usaha ke Tegal. "pada Hari Rabu 20 Juni 2012 kemarin ia membeli Tiket Di Stasiun Poncol. Petugas loket saat itu memberi informasi Tiket Kereta Api Kaligumg Mas jurusan Semarang-Tegal perjalanan terakhir pukul 16.40 kelas bisnis dengan harga tiket Rp 25.000,- berdiri--artinya tidak bertempat duduk. Karena tiket bertempat duduk sudah habis sejak beberapa hari sebelumnya. "Karena penting dan tak ada pilihan saya terima saja tiket tersebut. Anehnya sewaktu mau masuk peron petugas jaga menanyakan nama dan ktp yang tidak tertera di tiket. Karena sudah kesal dengan susahnya membeli tiket kereta api , pertanyaannya saya jawab dengan tegas"' lah wong penjual tiketnya saja tidak mennyakan ktp atau nama saya kok sampeyan mempersoalkan nama dan ktp. Aturan setiap penumpang harus sesuai tiket dan namanya ini terkesan aneh dan dibuat buat Karena dibentak dan sekuriti menghardik saya dengan kalimat anda sipa anda siapa, saya tidak terima dengan perilaku karyawan di tubuh PT KAI yang aneh aneh ini. Waktu itu kami sempat ribut dan dia ngotot menuding-nuding dengan pertanyaan anda siapa anda siapa?, Tentu saja saya jawab: kelak ada tau siapa saya, mari kita menghadap Kepala Stasiun untuk menyelesaikan persoalan kita," ujar Adit.

Dihadapan Kepala Setasiun Poncol, si petugas loket dipanggil dan posisi saya dibenarkan tidak diminta nama dan KTP dikarenakan tiket menuju Tegal yang saya miliki tidak bertempat duduk alias berdiri. Dari sini saya kembali aneh, si sekuriti ingin menegakkan aturan agar setiap penumpang memiliki tiket sesuai nama dan KTP, sementara petugas tiket atas anjuran kepala stasiun rupanya malah menebarkan penjualan tiket berdiri yang semestinya tidak dilakukan, apabila benar yang ingin diutamakan adalah kenyamanan penumpang dalam menggunakan jasa kereta api.. Sore itu oleh Kepala Stasiun saya dianjurkan untuk beli tiket langsung untuk perjalanan pulang esok harinya dari Tegal ke Semarang dengan KA Kaligung Mas pukul 12.25. Kali ini tiket yang kubeli dengan nilai sama Rp 25.000 itu tertera namaku.

Anehnya ketika aku masuk ke Gerbong Kereta yang ditunjuk, banyak kursi yang kosong. Dalam hati lalu apa yang dimaksud tiket bertempat duduk telah terjual? Aku jadi ingat informasi yang terpasang di stasiun-stasiun bahwa penjualan tiket dilakukan sejak seminggu sebelumnya bahkan ada juga yang beberpa bulan sebelumnya. Tentu saja sistem penjualan seperti ini akan menarik menjadi permainan orang dalam PT KAI karena selain menjadi alasan, semua tiket terjual bukan karena terbeli oleh konsumen tetapi oleh para makelar, orang dalam dan biro-biro perjalanan yang pada akhirnya jika sudah keluar bisa dijual lagi dengan harga melambung tinggi.

Lucunya saya di dalam gerbong ditawari bisa duduk dengan membayar Rp 5000 ,- pada kondektur, karena saya menunjukkan hasil pertemuan saya dengan Kepala Stasiun si kondetur malah menukar tiket saya yang tak bernama dengan tiket bernama orang : pur-indro dengan No KA. 57 dan tempat duduk 1B. Dia tidak berani meminta uang ganti kursi. Data tiket berkode JS 6220 ini tentu saja menarik dan saya simpan untuk bukti gaya permainan mereka, bahkan nampaknya masing-masing petugas juga sudah mengantungi tiket bernama. Sesampai di Tegal saya memeriksa keabsahan tiket saya tersebut ternyata ada keanehan pada tiket yang diberikan kondektur masih menggunakan logo PT KAI yang lama sedang pada tiket yang saya miliki untuk perjlanan pulang dari Tegal ke Semarng berlogo baru. Dengan kode TL 8165.(lihat gambar),

Apa yang dialami Adit pernah juga dirasakan oleh Widodo (61) yang berniat membeli tiket perjalanan pulang dari Surabaya ke Tegal dengan rencana membeli tiket KA Jayanegara tujuan Jakarta. Namun ketika samapai di Stasiun Pasar Turi meski hari itu tanggal 13 dan ia berniat membeli tiket untuk tanggal 19. Namun dikatakan oleh semua pihak di Stasiun tiket sudah terjual habis sampai tanggal 25. Anehnya setelah gagal membeli tiket di loket diluar dodo dikejar para calo . Atas petunjuk seorang petugas stasiun, Dodo disarankan membeli tiket kereta lewat jasa perantara. Namun apa lacur, tiket bernilai Rp 35.000 itu di tangan para calo meningkat menjadi Rp150.000,-. "Ini harga umum!" katanya kecewa ia kian sadar dirinya sebagai penduduk Indonesia mulai dipersulit menggunakan jasa Kereta Api. Sembari ngedumel ia menimbang-nimbang jaman lalu dengan jaman sekarang.

Pengalaman lain juga dirasakan oleh A Nugroho (38) redaktur media ternama di jawa barat. Ia berniat hendak membelikan tiket dua orang saudaranya yang hendak menjenguk ibunya di surabaya. Meski menggunakan keterangan orang media dan kartu wartawan, ia tak bisa difasilitasi kepala stasiun Cirebon dengan alasan hanya anggota TNI /ABRI dan POLRI serta keluarga PT KAI saja yang bisa memperoleh fasilitas mendadak tersebut.. KOon Sdiperlukan tapi tidak ada jatah untuk wartawan meski penting sekalipun. Namun giliran Nugroho kontak pada seorang kawan yang secara kebetulan menggunakan jkereta yang hendak ia tumpangi, dijelaskan bahwa kereta yangg ia naiki itu kosong banyak kursi yang tak terisi. Jika dibilang sudah terbeli misalnya di Tegal dan di Semarang juga malamnya teman tersebut tidak benar. Kursi hingga Surabaya tetap tak berubah kecuali didudukin sendiri oleh karyawannya. Lalu siapakah sebenarnya pembeli tiket yang tak jadi pergi itu? Benarkah mereka jumlahnya begitu banyak setiap harinya? Jika benar apa ini tidak menjadi bahan pertimbangan jika konsumen dirugikan. Artinya setiap orang bisa membeli tiket untuk kapan saja dan dia bisa menjualnya lagi atau mengembalikannya sebelum kereta berangkat. Kemudian pihak PT KAI tak berkesempatan menjualnya pada pelanggan atau masyarakat yang hendak menggunakan jasa kereta api. Apa ini tidak cukup sebagai bukti bahwa penduduk Indonesia disulit sulit untuk naik kereta api? Lalu kenapa tiket tidak dijual menjelang pemberangkatan? Atau memang ini sejenis permainan?," keluh Widodo yang sekarang lebih sering pakai bus ketimbang kereta.

Cerita mengenaskan yang lain adalah saat melihat ada pengumuman di kantor stasiun Slawi tentang batasan pembelian tiket untuk masyarakat Slawi hanya 60 orang saja selebihnya tidak dilayani. Bentuk pelayanan seperti ini tentu sajamerupakan tipudaya pihak PT KAI yang menimbulkan keresahan masyarakat pegguna PT KAI, utamanya kereta Kaligung. Banyak warga mengaku dikecewakan karna gagal memperoleh tiket tujuan Semarang, dengan alasan jatah untuk penumpang Kaligung dari Stasiun Slawi dibatasi 60 orang saja. Selebihnya banyak yang menggunakan jasa bus dan ada juga yang disarankan membeli tiket di Stasiun kota Tegal karena disana peluangnya lebih banyak. Dan benar saja saat salah seorang anak muda yang berkendaraan motor seyelah gagal membeli karcis di Slawi langsung ngebut menuju kota , ia membeli tiket di stasiun Kota Tegal. Benar saja di stasiun Tegal ia lega pasalnya Bu Kapsah dan putranya yang mahasiswa UPS itu berhasil memperoleh tiket. Herannya sewaktu kereta datang dari arah slawi dan seluruh penumpang asal kota tegal naik, banyak kursi di tujuh gerbong gerbong kereta itu kosong melompong. Dalam hati si mahasiswa ngedumel; "model dan aturan apalagi yang dikenakan PT KAI pada masyarakat ini? Sudah keretanya jorok pintu wc tak bergerendel bau dan setiap kursi penuh coro. Penumpang benar-bear dibuat tidak nyaman.

Bentuk permainan dan rekayasa pegawai PT KAI dalam bisnis perjalanan kereta memang banyak modusnya, ham[ir semuanya tak ada keberpihakan pada kenyamanan pelanggan dan penumpang. Cerita masyarakat indonsia yang bisa naik kereta sembari bernyanyi asyik dalam gerbong sembari ngobrol kanan kiri dan bisa mencicipi perjalanan lengkap dengan jajanan khas pada kenyataanya hanya isapan jempol belaka. Yang pasti orang miskin atau yang ekonomi lemah dilarang naik kereta, dan berjualan di kereta. Kenikmatan naik kereta api itu kini cuma mimpi saja. Buktinya hampir semua tiket di berbagai stasiun mrngaku sudah terjual hingga menjelang hari raya tahun ini. Bahkan sesudah hari lebaran pun masyarakat tidak bisa membeli tiket padahal saat ini kan masih awal bulan Juni. Dahsyat bukan pelayanan jasa Transportasi Kreta api? Yang kayanya melayani transportasi untuk masyarakat negeri ini?

Adit , widodo dan banyak masyarakat pengguna jasa kereta api berharap presiden RI dan khususnya Bapak Menteri Perhubugan mengetahui kebobrokan dalam tubuh PT KAI ini."Kalau nggak percaya Bapak Menteri sekali-kali menyamar jadi rakyat biasa untuk mencoba naik kereta api. Jangan percaya omongan bawahan semua bohong dan infonya asal bapak menteri senang. Adit dan Dodo. Minta sekali waktu pak Menteri mencoba cari tahu apa yang terjadi dengan PT KAI terhadap masyarakat pengguna jasa kereta api. Misalnya saja Jika pak mentri menggunakan jasa Cirebon Ekspres atau CIREK dari Gambir pukul 09.00, pertama naik saja bapak akan disodorkan fasilitas tambahan yang semuanya dibomboni uang.apa lagi nanti sampai di Cirebon pasti pak menteri akan tau betapa pihak stasiun Cirebon memanfaatkan kursi kosong penumpang yang turun dari Jakata, di Cirebon digunakan untuk perjalanan wisata program PAUD dengan alasan pengenalan anak-anak pada kereta api. Mereka tentu saja tidak membeli tiket khusus karena tak ada tiket Cirebon- Brebes. Artinya kekosongan dari Cirebon menuju tegal untuk kursi bekas penumpang Jakarta Cirebon bisa jadi pemasukan gelap untuk petugas stasiun dan kondektur. .

Rombongan guru siswa dan ortua murid taman kanak-kanak itu memenuhi dua samapai tiga gerbong. Dan ketika sampai di stasiun Brebes, mereka turun dan menikmati pemandangan stasiun dan para pedagang makanan. Pulangnya mereka dijemput oleh kereta yang sama yang mebawa penumpang dari Tegal menuju Jakarta yang pasti rombongan PAUD kembali ke Cirebon, menempati gerbong yang kosong atau jatah Penumpang CIREK yang sudah menanti di Cirebon menuju Jakarta. Benar saja sampai cirebon mereka turun karena penumpang CIREK di Cirebon akan menggunakan kursi yang mereka tempati menuju Jakarta Betapa piawai cara berkorupsi kepala stsiun cirebon bekerjasama dengan organisasi PAUD di cirebon dengan alasan Program Wisata Kereta Lalu kalau tidak mengaku korup dikemanakan laporan pembelian tiket PAUD selama berbulan bulan ini? Apakah masuk managemen PT KAI?

Keluhan yang lain juga dirasakan oleh Adit saat menanti KA Kaligung Mas Di Stasiun Tegal saat menunggu diperon ia terkantuk di kusi peron. Saat itu padahal agak sepi namun saat terbangun dan hendak naik ke atas gerbong HP miliknya hilang dicopet orang, Dari keterangan warga yang sesama menumpang Kaligung diperoleh keterangan Stasiun Tegal sejak dulu dikenal jadi markas para begal dan copet yang bebas meliarkan aksinya di sekitar stasiun. Kondisi ini semakin emnunjukkan Keberadaan PT KAI lebih mencari keuntungan semata ketimbang kenyamanan penumpang dan pelanggan Kereta Api.(NOORS)

Komentar