Mengajak Masyarakat Komit pada pencapaian 0 % AKI dan AKB

PROF. Dr. LAKSONO. M.Sc. PhD. Dari UGM, saat menandatangani Deklarasi Komitmen mencapai AKI dan AKB  Nol Persen  (Noors)BERITA SLAWI -- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Dr. Widodo Joko Mulyono, M.Kes. MMR. Selaku moderator si seasiont pertama mengajak 1000 peserta seminar nasional kesehatan di Aula Pendopo Kabupaten Tegal dengan penuh simpatik dan menarik. Tak pelak seluruh audien pun terpusat perhatiannya sejak acara dimulai hingga akhir.

Pembicara Utama Prof. Dr. Laksono. M. Sc. PhD. Dari Universitas Gajah Mada dalam pemaparannya memberikan pancingan di hadapan 100 peserta seminar siang itu perihal bagaimana Angka Kematian Ibu menjadi Nol. "Apakah Mungkin?" pertanyaan yang menantang ini disambut gegap gempita oleh audien denga serempak, "mungkin1".
Ia mencontohkan kasus kematian Ibu di pemerintahan Singapura. Mereka dipandang berhasil menekan angka kematian ibu dan anak menjadi Nol persen. Menurutnya keberhasilan di Singapura ini bisa menjadi contoh kongkret dan dapat dilakukan pula di Indonesia.

"Bagaimana caranya, Peran berbagai pihak? Siapa saja? Dan Berapa tahun untuk mencapai AKI dan AKB menjadi nol? Dan bagaimana Masalahnya ?" kembali ia bertanya.
Menurutnya apabila Angka kematian Ibu Meningkat, maka Kegiatan Penangganan Total. Programnya melalui pencegahan sekunder dan Primer (Hulu) yang meliputi level keluarga, dan level masyarakat. Selanjutnya dilaksanakan Program Pencegahan tertier (kuratif) di Rumah Sakit (hilir).

"Adapun Prinsipnya menurut Profesor Dr. Laksono Hit dan Target: Menurunkan Kematian bayi dan Ibu bisa di deteksi semenjak Awal. Tentu saja sebelum-sebelumnya, tetap AKI lah yang jadi penanganan utamanya" jelasnya pula.
Lebih jauh ia utarakan juga tentang banyaknya tantangan menarik yang akan dihadapi guna mencapai tujuan mulia tersebut. Ia memprediksi semua itu dapat tercapai dengan Bagaimana Dinas Kesehatan mampu berperan secara inovatif dan komprehensif dalam akselerasi pencapaian MDGs 4 dan MDGs 5.

"Guna meraih tujuan tersebut membutuhkan kepemimpinan tinggi dari Dinkes, Membutuhkan dukungan para pemimpin di Kabupaten Tegal, dan Membutuhkan pula dukungan seluruh masyarakat Kabupaten Tegal, " ujarya pasti.

Adapun saat itu Profesor Dr. Laksono menjelaskan adanya kecenderungan AKI di seluruh Jawa naik. Untuk itu penanggulangannya perlu memperoleh dukungan dari Pemda, dan Masyarakat.

"Sebagai contoh dalam upaya penurunan AKI dan AKB di Yogyakarta : pemerintah mencanangkan program Pemberian reward bagi Desa yang AKI dan AKB nol dalam 1 tahun. " Ini bisa dicontoh oleh kabupaten lainnya". ulasnya.

Selanjutnya ia tegaskan pula perlu adanya kebijakan dalam memperbaiki pelayanan, memperbaiki sistem pelayanan, mengembangkan regulasi dan menata perilaku masyaakat guna mencapai tujuan bersama tersebut.

Dalam pemaparannya pula Profesor Dr. Laksono menyentil perihal Kebijakan Pembayaran untuk tenaga kesehatan. Hl ini terkait Bagaimana mekanisme pembayaran untuk dokter spesialis bisa berjaga on site di Rumah Sakit. Begitu juga bagiamana mekanisme pembayaran untuk bidan.

Ia pun menyoroti mengenai Kerangka Pengorganisasian dalam menyatukan komitmen pencapaian 0 persen AKI dan AKB. Demikian juga untuk Ibu RISTI yang butuh SC dicatat dan diserahkan ke Rumah Sakit untuk meningkatkan pelayanan.

"Pembenahan Sistem Informasi Kesehatan, Pembenahan Komunikasi Sosial dan Desa Siaga, Melakukan pelatihan, serta melakukan Kebijakan Regulasi. Menjadi bagian penting yang harus dilakukan guna mencapai tujuan penekanan AKI dan AKB," jelasnya pula.
Adapun pelaksanaan Regulasi PONEK 24 jam, termasuk penguatan 1 Rumah Sakit sebagai full PONEK 24 jam. Juga Regulasi dokter umum di RS Pemerintah untuk melakukan emergency medik, Regulasi praktek bidan, termasuk hubungannya dengan ibu risti. Bahkan Regulasi rujukan. Rujukan untuk kasus sulit hanya boleh pada Rumah Sakit yang PONEK -nya 24 jam. Semua itu dapat mempercepat proses penekanan dan pencapaian AKI dan AKB hingga ke prosentasi yang rendah.

Prof. Dr. Laksono mengingatkan pada kalangan insan di dunia kesehatan untuk bebas berkreatifitas dalam memperjuangkan penurunan AKI. "Kreatifitas itu boleh saja, akan tetapi jangan sampai merugikan ibu hamil dan anggota masyarakat kita," tegasnya.
"Berapa lama kan menghasilkan angka kematian ibu menjadi nol?" kembali ia memberi pancingan.

Kemudian diuraikannya secara gamblang. Untuk tujuan tersebut membutuhkan: Kerjasama antar profesi di bidang kesehatan. Mereka diantaranya; SPOG, SPD, SA, dr. Umum, Bidan, Perawat dan Manajer Dinas Kesheatan serta Rumah Sakit. Dilanjutkan dengan dukungan dan peranan Pemerintahan Daerah (Pemda).

Ajakan untuk seluruh lapisan masyarakat membangun Sikap Mendukung program ini semata untuk mengurangi kematian Ibu dan Anak. Berlanjut dengan upaya Penambahan Anggaran bagi Rumah Sakit untuk membiayai para penunggu ibu-ibu hamil yang hendak melahirkan di Rumah Sakit. Semua memerlukan Dukungan Seluruh Kelompok dan Lapisan masyarakat. Sehingga soal kesehatan dan bagaimana kesehatan dapat meningkatkan diri untuk mengelola sistem.

Di akhir pemaparannya Profrsor Dr. Laksono M.Sc. PhD. Dari UGM, mengajak seluruh komponen untuk memberi pernyataan komitmen pada tujuan utama mencapai penurunan 0 % AKI dan AKB di akhir Desember 2015. Langkahnya diikuti oleh Kepala Dinas Kesehatan Prov. Jateng dan Ketua DPRD Kab. Tegal juga perwakilan lembaga kesehatan yang hadir pada seminar nasional tersebut. *** (Noors)

Komentar