CATATAN DARI SEMINAR NASIONAL REVITALISASI AKI DAN AKB

SLAWI- Dihadapan 1000 peserta dari berbagai kalangan insan kesehatan Kabupaten Tegal, Wakil Bupati Tegal; Muh. Heri Sulistyawan, SH. M.Hum, kamis 14/12 kemarin membuka dengan resmi Seminar Nasional Peran Stakeholder di daerah dalam upaya penurunan tingkat kematian Ibu dan anak.
Di sampaikan oleh wakil Bupati Tegal bahwa yang melatarbelakangi diselenggarakannya Seminar Nasional Peran Stakeholder di daerah dalam rangka akselerasi Penurunan Kematian Tingkat Kematian Ibu dan Kematian Bayi yang Tinggi.
Hala ini juga disampaikan ketua panitia penyelenggara Djuwani EK, SH. M.Kes.dalam sambutannya menegaskan bahwa Ibu dan Bayi adalah asset bangsa. Untuk itu perlu kiranya bersama dibahas guna menekan AKI dan AKB di Kabupaten Tegal.
Upaya Percepatan Pencapaian MDGs dalam point Penurunan Angka Kematian Ibu tersebut berkenaan dengan keinginan dimasa yang akan datang ada banyak perubahan di tingkat jumlah kematian ibu dan anak sehingga dana yang diprogramkan untuk tujuan tersebut ada pengaruhnya secara signifikan.
Adapaun Tujuan diselengarakannya seminar tersebut sebagaimana dilaporkan ketua Panitia Djuwani EK, SH. M.Kes; merupakan pelaksanaan Pembangunan Bidang Kesehatan sebagaimana Pembangunan Kesehatan yang pro Rakyat, juga Adanya komitmen dari Stake holder dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
Pengarahan & Pembukaan Seminar yang disampaikan Wakil Bupati Tegal Muh. Heri Sulistyawan, SH. M.Hum, diantaranya juga mengharapkan kerjasama yg baik antara Pemda (Dinkes) IBI dalam rangka peningkatan kesehatan Ibu dan Anak. Hal ini dikarenakan Bangsa Indonesia telah mendatangani kesepakatan MDGs maka konsekuensinya percepatan MDGs à Percepatan AKI dengan Jampersal (mohon dihindari penyalahgunaan Jampersal) karena Target MDGs cukup jelas.
Bahkan lebih lanjut wakil Bupati berusaha mengajak stakeholder dalam rangka percepatan akaselarasi percepatan penurunan AKI dan AKB dengan seminar Nasional Narasumber yang kompeten di Bidangnya.
Dalam kegiatan seminar tersebut secara terinci usai dibacakannya DO’A oleh Akhuchori, SMKM, M.Kes. Dilanjutkan Laporan Panitia Djuwani EK, SH. M.Kes, dihadiri oleh wakil sambutan Bupati Tegal, Ketua DPRD, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal dan Kepala Dinas Kesehatan se Provinsi Jawa Tengah yang dihadiri berbagai Organisasi Profesi, IDI, IBI, dan IAKMI
Pada pelaksanakan seminar dilakukan pemaparan permasalahan yang disampaikan oleh para Narasumber :Prof. Dr. Laksono T, M.Si. Ph.D. (UGM), Dr. Anung Sugihantono, M.Kes. H.M. Rojikin AH, SH, SE, Muh. Ma’mun, SH. M.Hum, Dr. Jaenudin, SPOG dan Kusmiyati Slameto, SH. S.ST
Dari hasil Kegiatan Seminar Nasional tersebut disampaikan oleh PROF. Dr. LAKSONO. M.Sc. PhD. dan Dr. Widodo Joko Mulyono, M.Kes. MMR; untuk mencapai Angka Kematian Ibu menjadi Nol di akhir Desember 2015.
Apakah itu Mungkin? prediksi tersebut dapat menjadi kenyataan. Kematian Ibu di Singapura kematian bisa menjadi Nol Bagaimana pun dapat ditiru. Bgaimana caranya? Apakah untuk tujuan tersebut perlu melibatkan Peran berbagai pihak? Lalu Berapa tahun untuk AKI dan AKB menjadi nol? ini semua menjadi Masalah dan tantangan bersama?
Jika Angka kematian Ibu Meningkat, Kegiatan Penangganan pun harus Total. Program pencegahan sekunder dan Primer (Hulu) yang meliputi (level keluarga dan level masyarakat) dan Program Pencegahan tertier (kuratif) bisa dilakukan di RS (hilir)
Apa sajakah Prinsipnya?: HIT dan Target: Menurunkan Kematian bayi dan Ibu à Deteksi Awal sebelumnya, tetap AKI.
Menurutnya pula hal ini menjadi Tantangan yang Menarik. Bagaimana Dinas Kesehatan mampu berperan secara inovatif dan komprehensif dalam akselerasi pencapaian MDGs 4 dan MDGs 5.
Karena semua Membutuhkan kepemimpinan tinggi dari Dinkes. Serta Membutuhkan dukungan para pemimpin di Kabupaten Tegal dan juga Membutuhkan dukungan sleuruh masyarakat.
Saat ini ada Kecnderungan AKI di Jawa Naik. Untuk itu Perlu kiranya dukungan dari Pemda, dan Masyarakat.
Menurut Kadis Kesehatan Provinsi Jateng Di Yogyakarta :dilakukan Pemberian reward bagi Desa yang AKI dan AKB nol dalam 1 tahun. Untuk melakukannya memang Perlu ada kebijakan (memperbaiki pelayanan, memperbaiki sistem pelayanan, mengembangkan regulasi dan menata perilaku masyaakat). Selain itu ada perubahan Kebijakan Pembayaran untuk memberi motivasi positif bagi tenaga kesehatan.
Bagaimana mekanisme pembayaran utk dokter spesialis bisa jaga on site di Rumah Sakit. Bagiamana mekanisme pembayaran untuk bidan dan Kerangka Pengorganisasiannya.
Ibu RISTI yang butuh SC dicatat dan diserahkan ke RS untuk meningkatkan pelayanan. Pembenahan Sistem Informasi Kesehatan dan Pembenahan Komunikasi Sosial à Desa Siaga,Melatih munculnya Kebijakan Regulasi di dunia kesehatan egeri ini.
Adapun Regulasi PONEK 24 jam, termasuk penguatan 1 RS sebagai full PONEK 24 jam. Regulasi dokter umum di Rumah Sakit Pemerintah untuk melakukan emergency medik
Regulasi praktek bidan, termasuk juga hubungannya dengan ibu risti. Regulasi rujukan. Rujukan untukk kasus sulit hanya boleh pada RS yang PONEK 24 jam
Kreatifitas boleh saja tetapi jangan sampai merugikan ibu hamil/ di masyarakat.. Lalu Berapa lama akan menghasilkan angka kematian ibu menjadi nol? Semua
Membutuhkan: Kerjasama antar profesi di bidang kesehatan (SPOG, SPD, SA, dr. Umum, Bidan, Perawat dan Manajer Dinas Kesheatan dan RS) juga Dukungan Pemda
Sikap dukung mendukung ini semata untuk mengurangi jumblah angka kematian.
begitu juga Penambahan Anggaran bagi RS utk membiayai penunggu ibu-ibu hamil yang mau melahirkan RS. Dukungan Seluruh Kelompok dan Lapisan masyarakat
Bagaimana kesehatan meningkatkan diri untuk mengelola sistem. itu semua dipaparkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Sementara itu Dr. Anung Sugiyantono, M.Kes memandang Kurikulum Vitae dari Analisas Kematian Ibu Kabupaten Tegal Tahun 2011
(Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah) sebagai Gambaran Umum Penduduk :adapun untuk Kasus AKI, AKB dan AKBA Di Kab. Tegal dapat diantisipasi dengan cara Kenal dini, serta pencegahan dini.
ia juga berpendapat Alur Konsep Pikir Pendekatan (5 P) dalam Penurunan AKI dan AKB. Persoalan, peralatan, prosedur, Pelaksanaan, Performance baik di Poskesdes/PKD, Puskesmas, dapat melalui penguraian simpul Masalah yaitu pada: Masyarakat, Kontak dgn Bidan, Kontak dg Pelayanan Kesehatan.
menurutnya pula Hal yang paling penting adalah pengembangan aspek manajemen: sinkronisasi, dan integrasi potensi SDM dan Masyarakat
Penguatan MONEV pelayanan dari Dinkes dan atau Pemda.
lain lagi dengan ROJIKIN, AH, SH, SE. selaku Ketua DPRD kabupaten Tegal; ia memberi judul dalam pemaparan di seminar ; “Peran Legislatif dalam Komitmen pembiayaan Kesehatan”.
Lebih jauh Rojikin melihat Tanggung jawab kesejahteraan rakyat adalah di Pemda (ada di tangan Bupati & DPRD). Artinya jika AKI dan AKB tingggi maka à “Bupati & DPRD” à ikut bertanggung jawab dalam upaya menurunkan AKI dan AKB.
Untuk tugas dan tanggungjawab tersebut ,Camat mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan pelayanan kesehatan (karena pelayanan kesehatan membutuhkan dukungan dan Peran serta dari semua pihak). Kebijakan DPRD dalam upaya penurunan AKI dan AKB tidak secara langsung tetapi hanya sebatas dlm anggaran (Musrenbangcam, kab à nota keuangan). Kebijakan dari DPRD Kabupaten Tegal pada tahun 2012 adalah meningkatkan anggaran untuk Program peningkatan kesehatan Ibu dan Anak sebesar 310%.
yang sangat spesifik menurut ketua DPRD Kab. Tegal H. Rojikin; DPRD merasakan masih kurang adanya anggaran dalam bidang kesehatan. "Saat ini anggaran di bidang kesehatan tidak terlalu kecil , namun juga tidak bisa dibilang cukup besar. Kami akan berupaya terus menaikkan anggaran asalkan masyarakat kesehatan dalam hal ini yang memiliki tanggungjawab di bidang pelaksanaan pembangunan kesehatan di kabupaten Tegal mampu memberi bukti peningkatan yang signifikan terhadap proses pembanguanan terpenting bagi masyarakat Kabupaten Tegal tersebut. ( NOORS )

Komentar