Seni Budaya Indramayu : Filosofi Tersembunyi di Batik Pantura

Filosofi Tersembunyi di Batik Pantura
Oleh : Nurochman Sudibyo YS. Alias KI Tapa Kelana*

“Batik” Bahane Amba di titik-titik. Boleh juga Batik asal dari Kata Bahane amba gawe cantik. Demikian batik, sejak jaman dahulu kala menjadi kebanggaan dan harta yang bernilai. Setiap wanita membelanjakan uangnya untuk mengoleksi batik. Perempuan istri petani dan nelayan di Pantura tanpa disadari berinvestasi dengan batik. Kita lihat buktinya sejak beratus tahun lalu, ibu-ibu istri petani membeli kain batik disaat panen. Lain lagi dengan istri-istri nelayan, mereka berbelanja batik disaat suaminya along, atau mendapat raman (hasil) tangkapan ikan yang berlebih.
Sementara itu, suami-suami mereka merasa tertolong disaat para nelayan paila di musim baratan, dan petani memasuki masa prihatin di musim penghujan, istri-istri mereka menjadi penyelamat dalam mengatasi saat-saat sulit dengan cara menggadaikan kain-kain batik simpanan mereka di pegadaian. Itulah sebabnya para suami-suami dari istri penyelamat tadi tidak pernah mempersoalkan disaat istrinya banyak menyimpan investasi lewat koleksi batik.
Seni Budaya Indramayu : Filosofi Tersembunyi di Batik Pantura Ternyata, batik selama ini memiliki pasar tersendiri sebagai investasi. Dan Kantor Pegadaian sejak jaman Belanda menjadi instansi yang membantu perekonomian masyarakat. Meski demikian tidak semua batik bisa menjadi sarana agunan atau jaminan yang bisa diuangkan di Kantor Pegadaian. Batik-batik tulis bermotif klasik dan bercorak unik dengan harga yang tinggi mendapat taksiran tinggi pula di kantor pegadaian. Batik-batik koleksi berharga tinggi yang utuh dan terawat dengan baiklah yang bisa dijadikan agunan. Bahkan laksana sebuah kaya lukis, batik tulis yang berusia puluhan tahun atau ratusan tahun harganya pun berliat-lipat.
Mengoleksi batik pantura, tidak dapat diklasifikasikan karena mahal harganya. Hampir seluruh batik berbahan sutra harganya mahal. Batik tulis berbahan mori Primis atau bahan primis Cent pun kalau motifnya renik, unik dan cantik bernilai mahal. Motif ini untuk Batik Pantura Indramayu diantaranya Batik bermotif Kembang Suket, Kapal Seni Budaya Indramayu : Filosofi Tersembunyi di Batik Pantura Kandas, Ganggeng Mina, Kembang Pete, Iwak Etong, Benji Tepak, iwak petek, kapal kandas, manuk bengkuk, Jendral pesta, manuk brunding dan Kreta kencana adalah beberapa motif bernilai mahal dari ratusan motif yang ada. Batik Pantura Indramayu memang dikenal kaya motif dan mengandung banyak makna filosofinya.
Makna Filosofi pada batik Pantura Indramayu, dapat dipahami dari nama-nama motif yang melegenda dan menjadi ciri khas tersendiri pada batik Pantura Indramayu. Kenapa selalu saya katakan motif-motif Batik yang ada di Indramayu, baik Batik yang dikembangkan di Desa Paoman, Pasekan, Babadan, Sindang dan Terusan, semua nama motifnya sama dengan batik yang ada di daerah Pantura, seperti Cirebon, Tegal, Pekalongan hingga Lasem dan Juana Demak.
Untuk mengindentifikasi dari mana asal mula batik tersebut, saya sebutkan Pantura Indramayu dan begitu juga untuk Pantura Cirebon untuk batik trusmi, Pantura Tegal, untuk Batik Pangkah, dan Batik Talang di Kabupaten Tegal, Begitu juga Batik Pantura Pekalongan, Batik Pantura Demak dll yang secara khusus letak geografisnya di daerah Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura).
Makna filosofi Batik Pantura yang menggunakan nama motifnya Kembang Suket. Motif batik Pantura-Indramayu ini diambil dari kisah keindahan kembang suket (bunga rumput) yang kala itu banyak bertumbuhan disekitar masyarakat. Mengingat kembang suket banyak sekali tumbuh disekitar pekarangan, tanggul-tanggul, dan pinggiran jalan yang dekat sekali dengan rumah penduduk. Tamanan ini sebenarnya merupakan tanaman liar, namun saat itu tumbuh dengan subur serta tidak memerlukan pemeliharaan apapun. Bentuk kembangnya kecil-kecil dan banyak rumpunnya. Sangat indah dipandang di saat pagi dan sore hari. Kini kembang suket jarang terlihat dikarenakan lebarnya jalan-jalan, banyaknya perumahan, dan lahan rumput liar sudah termakan pembangunan trotoar, juga senderan pegganti tanggul pinggiran sungai atau solokan.
Makna filosofi dari batik Kembang Suket : Suket adalah simbol rakyat jelata. Ia sosok yang kerapkali diremehkan kehadirannya. seringkali rakyat dimarjinalkan karena kebodohannya, kesederhanaannya, bahkan karena keluguannya. Namun patut diingat pikiran-pikiran besar juga banyak tumbuh dari rakyat yang disimbolkan dengan kembang suket, bahkan banyak kekayaan-kekayaan negara serta konsep-konsep bernegara lahir dari kembang pemikiran rakyat (kembang suket). Tanpa kembang suket tak akan ada negara. Dhasyat kan manakala kembang suket menjadi motif batik Pantura Indramayu. Motif yang tanpa terasa bermakna mendalam, dan menyimpan keindahan yang luas tentunya.
Seni Budaya Indramayu : Filosofi Tersembunyi di Batik Pantura Adapun Batik Motif Kembang Perte, dipilih sebagai motif batik Pantura Indramayu karena Tanaman pete atau petai, merupakan tamanan yang tak hanya tumbuh di daerah pegunungan saja. Di sekitar wilayah perbatasan dengan dataran tinggi yang sekarang masuk wilayah subur atau wilayah agraris hingga ke wilayah Pantura (Pesisir Utara Laut Jawa) pun banyak tumbuh dan berkembang tanaman pete. Terutama di daerah Kabupaten Indramayu bagian selatan, sekitar batas Kabupaten Subang, Majalengka, Sumedang dan Cirebon pun jadi daerah penanaman pete. Bahkan kini perkembangan pohon pete bisa ditanam di pekarangan yang sejuk dimanapun. Selain pohonnya rindang, berbatang keras, berbuah panjang dan bijinya banyak dikomsumsi masyarakat karena rasanya yang khas juga digemari oleh masyarakat untuk lalaban atau campuran sambal goreng. Adapun kembang pete (bunga petai) bentuknya sangat bagus, di musim kemarau bunganya bermunculan seperti kwas halus yang berhamburan putiknya manakala diterpa angin. Sebagai wujud apresiasi di masyarakat, kembang dipilih menjadi motif yang khas di kalangan pembatik Pantura. Atas kecintaan masyarakat terhadap jenis panganan yang satu ini, maka dibuatlah motif kembang pete.
Adapun Makna filosofi Batik Kembang Pete: Kembang Pete, adalah symbol dari kebahagiaan rakyat .Manakala melihat keindahan-bunganya, rakyat pun menaruh harapan bakal memanen buahnya yang gukup bernilai. Kembang pete juga diartikan sebagai aroma energy rakyat yang mampu mewarnai berbagai tatanan kehidupan dalam bernegara yang didalamnya mencakup seni,budaya, social dan pilitik.
Seni Budaya Indramayu : Filosofi Tersembunyi di Batik Pantura Batik Lasem Urang. Motif batik pesisir, Pantura-Indramayu ini pun dipilih karena Pantura dikenal kaya akan potensi perikanannya. Selain Ikan laut, bandeng dan kepiting, hasil tambak yang terkenal diantaranya urang (udang dalam bahasa Indramayu). Urang atau udang bentuknya kecil-kecil, seperti juga kerang dan urang banyak dimakan burung atau manusia. Sedang Lasem adalah nama tempat yang banyak menghasilkan udang-udang kecil tersebut. Lasem juga merupakan daerah asal pembatikan. Terinspirasi dari cerita tersebut, maka dibuatlah motif batik Lasem Urang.
Makna filosofi : Jadilah seperti urang, atau Udang yang banyak manfaatnya. Selain banyak mengandung sumber protein hewani, urang juga menjadi bahan pembuatan terasi (bahan utama penyedap masakan dan sambel). Maka urang atau udang yang mampu memberi penyedap dalam kehidupan bahkan vitamin bagi kesehatan manusia. Motif Batik Lasem Urang, dipilih menjadi motif pembatikan di daerah Pantura karena menyimpan makna filosofi tinggi dimana manusia semestinya bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan bangsanya.
Batik Motif Kereta Kencana. Motif ini melambangkan kendaraan khusus para jendral (penguasa) yang dimasa jaman kolonial dijadikan kendaraan untuk meninjau kamp-kamp. Ketika para penguasa saat itu berkeliling di sepanjang Wialayah Pantura. Karena anggapan mereka basis Masyumi berada di daerah sekitar Indramayu dan sekelilingnya adalah lawan mereka yang tangguh. Sesampainya di daerah tersebut mareka berteriak sambil meniupkan slompretan (terompet) sebagai pertanda waktu alarm. Padahal tujuan penguasa saat itu untuk mengangkat harta pribumi sebagai bahan perbekalan penjajah Belanda. Istilah sekarang garong di malam hari. Itulah kisah kekejaman penjajah yang digambarkan dalam motif batik ini.
Makna filosofi motif Batik Kereta Kencana: Kereta kencana jadi Simbol kekuasaan, kemegahan, kebijaksanaan, kebangsawanan dan kekayaan puncak dari status sosial di masyarakat. Makna ini mengandung histori dimana rakyat menjadi tumbal atas kekuasaan penjajah. Untuk mengenang kepedihan dan keperihan rakyat, dipilihnya motif Kereta Kencana sebagai Simbol pencapaian atas perang meraih kemerdekaan. Batik ini pun harganya cukup mahal.
Seni Budaya Indramayu : Filosofi Tersembunyi di Batik Pantura Batik motif merak ngibing. Motif ini dipilih oleh para pembatik karena menggambarkan perundingan antara Belanda dengan warga pribumi. Karena Tentara Belanda sering berbuat licik maka perundangan ini sering ditolak warga pribumi. Warga sudah kesal dan menderita karena kehabisan bahan pangan dan sering dirampok oleh KNIL Belanda. Ada sebagian warga yang dipaksa jadi koki/pembantu juru masak dan karena ketidakperdayaan mereka, akhirnya mengikuti semua erintah Belanda. Mereka menyiasati kondisi tersebut, maka warga berpura-pura mau diajak berunding, padahal kaum bapak-bapak sudah menyiapkan taktik dan merencanakan peperangan diwaktu malam hari, karena belanda tidak bisa melawan waktu malam hari, dan terjadilah perang geriya. Berdasarkan latar belakang sejarah tersebut, maka dibuatlah motif Merak Berunding ini.
Makna filosofinya : Merak brunding, symbol dari kepiawaian rakyat dalam bersiasat, mengatur strategi, saat berpolitik, untuk meraih kemenangan dan pencapaian atas kesempurnaan hidup. Orang yang pandai berunding masuk kategori intelektual, dan masyarakat kritis, atau masyarakat yang befikir. Berunding adalah strategi dalam menentukan kemufakatan, Adapun merak adalah simbol kepiawaian dan kegagahan. Merak adalah binatang berbulu Indah yang hanya ada di Pulau Jawa.
Batik Motif Manuk Drawes. Manuk drawes adalah sejenis burung yang banyak beterbangan dan hinggap di sekitar rumah-rumah di sekitar desa-desa di Pantura. Dulu burung ini banyak hidup di Desa Babadan, yang ada di sebelah barat Pantura Indramayu. Burung ini punya kebiasaan suka ngiler /mengeluarkan air liur untuk menarik mangsanya. Ia burung pemakan serangga. Karena begitu akrabnya dengan lingkungan keseharian para penduduk, masyarakat pembatik pun mengabadikan manuk drawes bentuk motif batik Pantura Indramayu.
Makna filosofi : Manuk Drawes saat ini sudah punah, namun peran manuk drawes menjadi symbol keakraban manusia dengan lingkungannya. Ada simbiosis mutualisme di saat itu antara masyarakat dengan burung-burung yang memangsa serangga. Mengkaji dari symbol manuk drawes, manusia mampu hidup bersama-sama dengan keahliannya masing-masing tanpa harus bermusuhan. Motif ini mengingatkan kita agar menjaga kelestarian lingkungan dan tidak mengekploitasi obat-obatan kimia yang secara tidak langsung merusak keseimbangan alam sekitar manusia.
Batik Merak Ngibing. Motif ini diangkat dari kisah jaman Pendudukan Belanda. Untuk melepaskan belenggu penjajahan dari bumi pertiwi, rakyat bahu-membahu berperang melawan belanda. Strategi perang yang dilakukan oleh rakyat pribumi Pantura-Indramayu adalah perang bergerilya di waktu malam hari, utamanya pada saat KNIL Belanda sedang tidur lelap. Rakyat menyerang secara sembunyi-sembunyi dari balik hutan-hutan belukar sehingga Belanda tidak menduga datangnya penyerangan. Peperangan dengan taktik gerilya ini banyak dimenangkan oleh rakyat. Untuk mengenang luapan kegembiraan rakyat Indramayu pada saat memenangkan peperangan melawan KNIL Belanda, maka divisiualisasikan oleh masyarakat pembati dalam motif merak ngibing.
Makna filosofi : Merak ngibing symbol kegembiraan, sebagaimana tarian merak, juga merupakan bentuk sorak sorai rakyat menikmati kemenangan yang membuahkan kemerdekaan. Adapun merak ngibing juga merupaknan simbol dan kemenangan rakyat. Merak menamanka simbol kegagahan rakyat dalam berjuang. Lihat merak yang gagah, indah dan berani, meski tinggal dan hidup di hutan.
Batik Motif Pacar Cina. Pacar adalah tanaman yang berasal dari daratan Cina dengan karakteristik daunnya kecil, dengan bentuk pohon tidak begitu besar dengan bunganya bulat kecil-kecil. Fungsi dari daunnya yaitu untuk bahan pembuatan kutek (pemerah kuku). Banyak orang Belanda menaruh simpati pada wanita muda Pantura-Indramayu, karena jari tangannya lentik dengan cat kuku berwarna merah. Kebanyakan gadis Indramayu berbadan kecil, cantik dan langsing semampai dengan pakaian panjang serta berkebaya. Para pembatik melukiskan kebiasaan yang terjadi di masyarakat ini dengan motif batik Pantura Indramayu bermotif, Pacar Cina.
Makna filosofi Batik Pacar Cina : Adalah symbol kecantikan yang mengundang gairah asmara. Kesempurnaan dalam tampilan wanita. Mempersolek diri dengan pacar cina menambah anggun dan charisma seorang wanita. Berkain batik atau berbaju batik motif Pacar Cina akan menambah cantik, gagah, anggun dan brwibawa.
Motif-Motif batik Pantura Indramayu lainnya akan dijelaskan secara panjang lebar di waktu yang lain. Yang paling penting dan patut menjadi kebanggan kita Begitu kayanya motif batik Pantura Indramayu dan hingga kini jumlahnya masih belum terdata semua. Karena disamping sudah limaratusan motif yang telah didata, ternyata masih banyak motif tua dan yang baru tengah diciptakan sesuai dengan pesanan masyarakat pecinta batik Pantura Indramayu yang tidak hanya Wong Indramayu saja, tetapi juga sudah dikenal di pasar Nasional dan Internasional.

* Penulis adalah pemerhati budaya dan penyelenggara Festval Batik Pantura serta peneliti seni dan budaya Pantura secara independen.

Ini adalah bagian satu dari 125 tulisan hasil penelitian batik Pantura dan motif batik Indramayu adalah yang paling terkaya. Namun nama-nama motifnya sebagian besar sama dengan di Tegal, Pekalongan, dan Juwana Demak. Bahkan sampai pesisir Jawa Timur.

Komentar

Unknown mengatakan…
matur kesuwun infone kang