PENYAIR INDRAMAYU JAWA BARAT INDONESIA

NUROCHMAN SUDIBYO YS , SEBUAH SINOPSIS PROSA TARI
"MATINYA SANG KORUPTOR"

Sinopsis

Di Negeri Kahuripan Sakadang Blentang, selama 45 tahun dihuni Para malling. Bahkan kini saking banyaknya malling, mereka yang secara berjamaah melakukannya tanpa dosa, sehingga kaum minoritas musuh mereka menyebut negaranya sendiri “Negeri Para Malling”.

Malling dengan huruf ‘L’ ganda ini untuk menyebut para koruptor yang sulit dan licin untuk dihabisi bahkan untuk ditangkap. Mereka punya duaribu satu alasan, duaribu satu cara menyelamatkan diri, dan duaribusatu cara melibatkan orang lain. Bahkan mereka juga melibatkan tuhan untuk melindungi kelakuannya yang jahat bak rayap-rayap yang menggerogoti rumah kita secara perlahan.

Kini disaat rumah kita sudah hampir rubuh, Kaum minoritas yang setiap harinya tak lepas melihat ulah para malling yang tangan kirinya mencuri uang rakyat dan tangan kanannya ditadahkan ke atas langit, berdoa meminta pengampunan, semakin jadi tak tahan. Mereka bergabung melakukan upaya pemberantasan tanpa pandang bulu. Karena para Malling sudah cukup kuat bau tubuh dan penyakitnya.

Para penumpas dengan ganas membabat setiap leher para koruptor, Para Malling dan para rayap yang semakin bebas hidup secara komunal dan berkelompok. Satu-satu leher mereka dipenggal. Setiap Malling Dipotong kepalanya, Setiap Koruptor di jagal lehernya. Darah memuncrat ke mana-mana, menjadi pupuk kesuburan negeri ini. Menjadi pembersih Altar peribadatan manusia di Negeri Kahuripan kelak. Maju lagi Sang Koruptor dengan wajah dan bau yang sama, Dipenggal lagi sampai roboh. Maju lagi para malling dengan wajah dan bau tubuh yang sama dijagal lagi kepalanya terlepas dari tubuh kotornya.

Bumi Kahuripan banjir darah dan penuh dengan potongan kepala serta tubuh yang tercabik-cabik. Begitu seterusnya bertahun Sang Pemberantas melakukan tugasnya dengan pas. Sampai lunas sudah para maling itu hengkang dari bumi Kahuripan. Dan para koruptor pemakan uang rakyat dan penggerogot harta negara itu, sirna dari muka bumi. Sang Pemberantas tak diketahui siapa sosok sebenarnya. Ia bukan dari lembaga apapun. Ia bukan dari pasukan apapun. Ia tidak berkantor dimanapun. Ia datang dan malling-pun sirna. Mereka datang Koruptor-pun binasa.

Sang pemberantas mungkin saja datang dari langit. Mereka pasukan kelas atas yang sulit ditandingi ilmu dan strateginya. Mereka tahu dimana para maling dan Koruptor bersembunyi. Mereka tahu berapa jumlah dosa para malling dan koruptor yang tegah sembunyi di Masjid, Di Gereja, di Pura, Di balai desa, di Pemda, di Kementrian, di Istana negara dan bahkan yang kini tinggal di bangker-bangker penyelamatan mereka. Semua disambangi. Semua diketemukan. Semua terdata dengan seksama. Semua dihabisi hingga tak ada sisa. Selanjutnya Pemberantas pun menghilang dan hanya meninggalkan sebuah bendera yang tertancap dengan tulisan berbunyi: ”Telah ditumpas penjahat kelas malling dan koruptor penggerogot negeri ini, untuk kemaslahatan bangsa. Tertanda: “PENUMPAS”.***

Komentar