MALAM SURONAN DI CIREBON

Malam minggu 8 Januari kemarin di teras depan gedung Kesenian Nyi Mas Rara Santang telah digelar peristiwa budaya berkwalitas nasional bahakan internasional. Bagaimana tidak, informasi pertemuan tiga dalang yang agaknya terdengar aneh tersebut justru memberi pengalaman baru bagi ratusan penonton yang bersaksi malam itu.

Kepanitiaan paguyuban masyarakat muslim Cirebon ternyata ingin memberikan sajian baru untuk sebuah peristiwa budaya. Jika di tahun 2009 lalu, untuk acara yang sama diselenggarakan di Kraton Kacerbonan, kini Hbb. Soleh menjelaskan bahwa pilihannya itu berbebagai untuk memberi ruang yang lebih luas bagi penonton yang berdatangan dari berbagai kota.

Selain tu Saleh bersama jajaran panitia menentukan tajuk untuk pergelaran yang digagasnya Palagan Kurusetra. Dalam kegiatan memperingati tahun baru Islam tersebut, diisyukan Tampil 3 dalang; selain Slamet Gundono, Elang Hery dan Ponimin.

Pertunjukan tamu jauh diawali dengan semacam sambutan dari tamu jauh malam itu. Ada H. Dedi Mulyadi Bupati Purwakarta, Mr Rafsanjani atase Kebudayaan Negeri IRAN, dan orasi budaya oleh ahmad Syubanudin Alwy. Pemandu acara Edeng Samsul Ma'arif memberi suasana malam semakin semarak. Hadir penonton dari berbagai kota tak kurang dari 600 lebih. Bahkan panitia menggratiskan arena parkir, buklet bahkan konsumsi.

Pelayanan gratis ini menurut Iday salah seorang panitia yang paling sibuk menyiapkan segala administrasi, publikasi, acara bahkan juga artistik pagelaran sebagai bentuk penghormatan bagi masyarakat penonton dari Cirebon dan sekitarnya. "kami tidak merekrut sponsor, meminta sumbangan baik dari pemeintah setempat atupun masyarakat swasta, hal ini agar dapat membuktikan bahwa kesenian tanpa harus dipayungi oleh lembaga yang bukan mengatasnamakan kebudayaan namun lebih mengutamakan esensi wisata, tetap akan jalan. Terbukti dari kerukunan umat muslim, dan dukungan organisasi seni serta doa-doa para seniman Indonesia, ternyata dapat berhasil mewujudkan sebuah kegiatan kesenian yang menunjang pembangunan mental dan spiritual bangsa," tegasnya.

Begitu juga yang dituturkan oleh Ahmad Syubanuddin Alwy melalui orasi kebudayaannya. "Kita bisa mengambil spirit dari peristiwa suronan di Cirebon ini. Denga tampilnya Slamet Gundono, Elang Heri, dan Ponimin melalui kesenian yang disuguhkannya, akan memberikan kekuatan bagi keberlangsungan pembangunan budaya di Indonesia. Semestinya dalam peristiwa kebudayaan ini tidak cuma atase kebudayaan Irak, Bupati Purwakarta dan para seniman dari berbagai kota saja yang hadir. Ketidakhadiran kalangan penting birokrat, aparatur negara, para politisi di Cirebon, menunjukkan betapa mereka lebih mengutamakan kepentingan politik dan kekuasaannya dengan cara menafikan peristiwa besar kebudayaan seperti ini. Menurut saya semestinya Prsiden SBY dan Menteri Kebudayaan Jero Wacik pun hadir dalam kegiatan ini," ungkap Alwy.

Dalam tampilannya Sanggar Sekar PAndan dari Kraton KAsepuhan menampilkn kisah "Bisma Gugur". Menurut Elang Reri memiliki nilai-nilai penting yang bisa menjadi spirit masyarakat cirebon, mengingat Resi Bhisma selain tokoh berwibawa dan sakti mandraguna, namun juga bisa gugur dikarenakan kesalahan fatal yang pernah dilakukannya saat menolak cinta dan bhakti suci kasihsayang seorang dewi Amba dari negeri Pancala.

Lain lagi dengan MP Ponimin selaku penyaji pertunjukan kedua. IA justru memilih spirit dari peperangan Kurusetra dimana Abimanyu alias Angkawijasa Sang Putra Arjuna dihabisi dan dianiaya oleh pasukan Kurawa di Perang Bharata Yudha yag sejatinya perang saudara dalam peristiwa penegakkan kebajikan dan jati diri seorang ksatria bangsa. "Matinya Abimanyu di Padang Kurusetra atau Peristiwa berdarah dipancungnya kepala Angkawijaya sang Putra Aarjuna memiliki kesamaan dengan Mega Tragedi yang dialami Syayidina Ali Hasan Husein yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Karbala dan umat muslim di dunia memperingatinya sebagai peristiwa Suronan," jelas Ponimin.

Lain lagi dengan Ki Slamet Gundono selaku Komandan Padepokan Wayang Suket di Solo , ia dengan sigap menjelaskan bahwa pertunjukannya kali ini untuk melengkapi apa yang telah dipaparkan dalam kisah Bhisma Gugur-nya Sekar PAndan dan Gugurnya Abimanyu oleh Puser Langit. Dari pertunjukan yang disampaikan kedua padepokan seni tersebut memperlihatkan potensi-potensi seni dan lokalitas yang ada. Untuk pertunjukan saya bertajuk "Wanita dan Airmata", merupakan manifestasi dari 2 kisah yang telah disajikan oleh Elang Heri dan Ponimin," ujar Dalang Wayang Suket sembari melepas lelah seiusai pentas.

Dalam pentas Palagan Kurusetra Ini Sanggar Sekarpandan menampilkan gamelan iringan wayang purwa di atas kelir dengan kombinasi adegan wayang wong di pentas dengan pemain komponen seniman Kraton Kasepuhan pimpinan Elang Heri. Adapun MP Ponimin menampilkan pertunjukan sendratari dengan musik pertunjukan yang diperkuat dengan Narasi Diah Setyawati dan Nurochman Sudibyo. Adapun Slamet gundono juga dalam pentasnya diperkuat oleh seniaman ISI Solo, Wangi Indria asal Indramayu, Ali Lerian asal Tegal, dan 4 penari Sekar Pandan Cirebon termasuk Elang Tomi cs.

Pertunjukan dengan durasi 2.5 jam ini memberikan pencerahan yang spektakuler. Khususnnya bagi keluarga besar masyarakat Muslim Cirebon dan sekitarnya yang memiliki kaitan dengan keturunan cucu nabi Muhammad SAW . (NORRS)

Komentar