Seniman Indonesia Unjuk Gigi di Taman Gentong

Nurochman Sudibyo YS, Ki Tapa Kelana, Ki Tunggu WanaTeropong - 27 Desember 2009 merupakan hari bersejarah bagi kesenian dan kebudayaan Indonesia. Pasalnya sekitar 28 seniman dari 6 kota yakni; Slawi, Tegal, Brebes, Pemalang, Ajibarang – Banyumas dan Indramayu, menandai gelar budaya bertajuk “Nutup Taun 2009 Mapag Taun 2010”. Tidak tanggung-tanggung tiga penyanyi dangdut Yani Padaharja (Tegal), Nia Suparman (Slawi), dan Lucky (Slawi), turut pula menyemarakkan pagelaran ini. Di Taman Gentong, tepatnya di tepi Jalan Raya Kajen – Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Minggu 27 Desember 2009 secara non stop dari pukul 10.00 WIB sampai senja itu semakin ramai pengunjung.

Acara dibuka dengan tampilnya penyair cilik Istiqlal dari Desa Kebandingan, Kecamatan Kebandingan, Kabupaten Tegal yang membawakan salah satu sajak karya anggota Dewan Kota Tegal Abdullah Sungkar. Menyusul Penyair Nurochman Sudibyo YS dari Indramayu mendesiskan beberapa puisi Dermayonan. Ia mendapat standing applause karena dengan iringan musik pesisir yang sudah direkam lewat handphone, mampu memberikan mewakili nuasa tarling yang menggigit.

Tak kalah menarik dan membawa angan penonton pada sesuatu yang absud namun tampak jelas meluap-luapkan kritikan tajam pada situasi nasional yang sedang karut-marut, yakni ketika tampil secara apik Teater Tanam membawakan lakon bertajuk “Kilas Balik”. Teater asal Pemalang yang digawangi Djacky WS ini memberikan suguhan menarik, dan memancing penonton pikiran pada imajiner.

Bersaing ketat adalah ketika tampil Lebe Penyair Agus Tarjono yang menamakan dirinya sebagai “Raja Penyair Angkatan Tegal Tegal” membawakan dua buah puisi tegalan dan disusul Carik Penyair Rochmat Sapingi membacakan satu puisi berbahasa tegalan dan nasional sambil menebar puluhan bolpoin. Sesudah mereka beraksi, penonton disuguhi monolog berjudul “Ngablu” karya sastrawan Slawi, Moch. Hadi Utomo dibawakan monologer R. Jayeng Jaladara. Lakon tersebut sangat menggigit karena Jayeng membawakannya dengan penuh kesungguhan total hingga penonton terus mengikuti jalannya pementasan. Jayeng Jaladara, mampu memainkan karakter beberapa tokoh yang di kemas dengan baik. Ia mendapatakan tepuk tangan berkepanjangan ketika mengakhiri pementasan.

Berturut-turur muncul meramaikan acara tersebut, penyair HM, Enthieh Mudakir, Hamidin krazan, Qomaruddin Assa’adah, Diah Setyawati, Dwi Ery Santoso, Yaskur Parondina, Firman Haryo Susilo putra Ki Enthus Susmono membacakan puisi tegalan “Brug Abang” larya Dwi Ery Santoso, Abu Ma’mur MF, Linda Manise, dan penamanpilan tari moderen oleh Wahyu Boled. Turut juga meramaikan acara tersebut Kelompok Qasidah Ibu-ibu dari Desa Tegalwangi, Kecamatan Talang, dan dua pelukis dari Slawi dan Kota Tegal Indraning serta Ciptoning melakukan demo lukis.

Di tengah hiruk pikuk acaya tersebut, suasana dihangatkan oleh penampilan tiga diva pedangdut Yani Padaharja, Lucky, dan Nia Suparman. Suasana pun kian gayeng karena rata-rata pengunjung dan para seniman turut bergoyang. Acara ditutup dengan Orasi budaya oleh sastrawan Moch. Hadi Utomo, dilanjutkan dengan pemotongan kue tar dan tumpeng oleh Ny. Progo Nurdjaman (pemilik Taman Gentong) yang saat itu bertepatan ulang tahun ke 59.

Ketua Penyelenggara, Nurhidayat Poso mengatakan acara tersebut sangat penting diselenggarakan di tengah masyarakat desa karena sebuah kesenian harus dekat dengan mereka. “Kesenian harus didekatkan pada masyarakat. Maka penyelenggaraan even kesenian di tengah masyarakat desamembuka ruang apresiasi yang lebih luas,” tandas Nurhidayat Poso.

Hadir pada acara tersebut, anggota DPRD Kota Tegal Abdullah Sungkar, Penyair Zaenal Abidin MK dari Tegal, mantan Kepala dinas P&K Kabupaten Tegal, Drs. Sartono, Camat Tarub Wustadi Wuslam, mantan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tegal Drs. H. Mashuri Dahlan, MBA MM, perwakilan dari The Gopek Handoko, Ki Dalang Anton Surono, dan mantan Sekjen Depdagri Drs. Progo Nurdjaman.

Komentar