>> berita budaya

Budaya Ngarot

Belum Disentuh Secara Maksimal








teropong-Indramayu,

Rabu 24/12 lalu Peristiwa ngarot kembali digelar dalam sebuah rentetan kegiatan budaya wong Indramayum Jawa Barat di Kecamaan Lelea. Pagi itu sebagaimana juga tahun-tahun sebelumnya masyarakat yang memlki anak gadis usia belasan tahun mendandani anaknya dengan pakaian yang mencolok. Di kepalanya dihiasi bunga-bunga hidup bercampur bunga kertas. Usai dimik up dan diberian bermacam perhiasannm anak-anak yang sudah cantk-acantik tersebut ddikumpulkan di depan rumah kuwu (kepala desa-red) dalam satu ruangan.

Pada ruang yang lain anak-anak lelaki bujangan berusia antara 13-21 dengan pakaian serba hitam dan selendang kuning tengah pula berkumpul di balairung rumah singgah Pak Kuwu. Usai menyantap sarapan dan meminum makanan khas tradisi lele seperti nasi kunng adan wedang the manis gula batu, mereka mulai mengikuti iringan pak tua yang berkjalan dengan pak kuwu menyusuri batas desa Lelea.

Menurut Kuwu lelea kegiatan ini agar dapat menunjukkan kepada generasi ,ida mengetahui batas desa dan aset-aset desanya.

Ngarot sendiri makna nya masih simpang siur. Orang tua Desa Lea Mantan Juru tulis nenerangkan bahwa ngarot merupakan kegiatan ngeruat atau meritualkan anak-anak muda agar tidak lupa pada tugas mulian dan yang utama adalah menanam padi. Seementara Kasi Kebudayaan Kantor Budpar Indramayu yang telah mengumpulkan banyak naskah cerita ngarot dari berbagai orang yang ditunjuk menunjukkan kesamaan bahwa ngarot asalkata dari ngaroot minum. Yang artinya minum-minum bersama diantara generasi muda untuk emudian menyadarkan direi perihal kesiapan bekerja di sawah.

Yang sangt di sayangkan Peristiwa yang sebegitu agung justru merambah ke berbagai desa, Padahal ngarot jika unsur histori dan ritualnya ingin duijadijkan paket wisata budaya ya harus dilarag garotan jkecuali Desa Lalea.’

Komentar